27

3.4K 268 100
                                    

Hai, thisismikasa!

Hello, yeorobun!

Semuanya sehat? Aduh, aku udah lama banget gak nyapa kalian.

Maaf ya, aku jadinya hiatus lama banget dan book ini jadi bener-bener slow update.

Ada banyak hal yang aku lakukan di real life sini. Dalam akhir 2021 sampai sekarang, jujur aku sempat disibukkan sama KKN, seminar proposal, dan kesibukanku sekarang adalah penelitian dan skripsi.

Jadi... Ya begitulah.

Tapi aku bakal berusaha banget untuk selalu update dan selesaiin book ini. Jadi, tolong tetap tunggu updatean book ini terus, ya.

Now,




Enjoy it



.
.
.
.




Suara teriakan lelaki jangkung sudah reda sejak sepuluh menit lalu. Kini hanya tersisa isak tangis dan ringisannya yang keluar saat merasakan kesepuluh jemari tangannya yang nyeri bukan main. Saat ini ada suara asing yang memenuhi ruangan kedap suara itu.

Suara benturan besi dan batu asah.

Salah jika berpikir penyiksaan Guanlin akan berhenti sampai di kuku yang habis ditanggalkan. Karena pada kenyataannya, adegan baru akan terjadi.

Gadis kecil yang disapa Nona Jeong itu masih serius mengasah pisau di meja samping Guanlin. Mata anak tunggal keluarga Wu yang kini merah dan berkaca-kaca, melirik tajam penuh takut dan bertanya-tanya. Nona Jeong balas melirik.

"Kau penasaran dengan pisau ini?" Tanya Nona Jeong dengan mata yang kembali fokus ke pisau mengkilap dengan pegangan hitam legam.

Tidak ada suara tanggapan dari lawan bicara.

"Akan aku anggap kalau kau memang penasaran." Katanya.

"Kau penasaran akan tujuannya atau rasanya?" Tanyanya lagi, tapi kembali tidak dijawab.

"Baik, aku anggap kau penasaran akan keduanya."

Sesi asah itu selesai. Mata indah Nona Jeong melihat dengan seksama mata pisaunya cukup lama. Kemudian, jarinya menyentuh lembut ujung pisau dan seketika itu juga darahnya keluar. Senyum puasnya tercetak.

"Lai Guanlin- itu namamu, kan?" Nona Jeong bertanya dengan posisi membelakangi Guanlin.

"Kalau kau diam, berarti benar." Lanjutnya.

"Apa kau pernah menonton film Harry Potter?" Kembali tidak ada jawabnya.

"Di series ketujuh, trio itu tertangkap dan dibawa ke Malfoy Manor. Harry dan Ron ditahan di ruang bawah tanah, sedangkan Hermione dibawa oleh Bellatrix untuk ditanyai. Bellatrix marah karena Hermione memiliki Pedang Gryffindor yang harusnya tersimpan di brankasnya di Bank Gringotts. Jawaban Hermione membuat Bellatrix tidak puas dan fakta bahwa Granger adalah keturunan darah lumpur membuatnya semakin marah. Itulah mengapa Bellatrix mengeluarkan mantra crucio, menyiksanya, dan menuliskan kata Mudblood di lengannya, membuat Hermione pingsan dalam rasa sakit dan takut yang teramat dalam."

Nona Jeong menoleh dan menatap Guanlin sangat intens, "Kau tahu?" Tanyanya.

"Aku hampir menangis melihat adegan itu." Ekspresi matanya berubah, "Hermione tidak bersalah. Bukan salahnya Pedang Gryffindor ada pada mereka, pedang itu yang memilih mereka. Bukan salah Hermione juga kalau dia Mudblood. Lantas mengapa dia harus disiksa dengan kejam seperti itu untuk sesuatu yang bukan kesalahannya sama sekali?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNRAVEL [GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang