26

2.4K 261 45
                                    

hai, thisismikasa!

Hello, yeorobun. Kita malah ketemunya di penghujung tahun begini, ya.

Jadi gini...

Ternyata aku ga sengaja hiatus. Mendadak pergi tanpa kabar aja.

Ada banyak hal yang musti aku kerjakan dan ternyataaaaaa kerjaannya gak habis-habis.

So, jadi dampaknya ke sini.

Next time, aku bakalan usahain untuk update teratur.

Now,






Enjoy it



.
.
.
.





Ten tersenyum melihat tubuh jangkung yang sudah bersandar tak berdaya di sofa di dalam ruangan khusus di bar miliknya. Mulut berbibir tebal itu sudah berbicara ngalor-ngidul, sambil terus menegak kasar minuman yang disodorkan Ten.

Tawa ibu dua anak itu lantas terdengar pelan. Sesuai dugaannya, Lai Guanlin tidak sepandai itu dalam mentoleransi alkohol. Kasihan, kalau begini kan tugas Ten jadi gampang.

"Guanlin-ie, Tante boleh bertanya padamu?" Ten berbicara tepat di samping anak SMA tersebut.

"Biasanya aku tidak suka banyak ditanyai, tapi khusus untuk Tante, silakan tanya sepuasnya."

Ten tersenyum senang, kemudian mencubit gemas pipi putih itu. Tidak bisa Ten pungkiri, anak muda ini sangat tampan. Kalau dia tidak bajingan, rasa-rasanya Ten ingin mengangkatnya menjadi sugar baby.

"Kau baik dan tampan sekali, ya." Guanlin tersenyum bangga.

"Orang seluar biasa dirimu ini, apakah masih perjaka?" Tanya Ten to the point.

Tawa Guanlin meledak, "Tentu saja tidak! Wanita itu lemah dan bodoh. Aku senyumi saja sudah mau diajak ke ranjang. Aku hampir tiap hari tidur dengan banyak wanita."

Ten melotot kaget, "Berarti kau sangat perkasa, ya." Katanya, "Mereka puas?"

Guanlin melihat Ten dengan mata sayu, kemudian menunjuk selangkangannya, "Dia besar dan mampu menusuk sampai ke perut."

Ten ber-wow takjub, "Besar juga berarti." Gumamnya.

Tidak heran, sih. Ukuran tangannya besar, anak ini tinggi, dan body-nya bagus. Fisiknya hampir menyerupai Johnny. Berarti itunya, setidaknya mirip-mirip dengan punya Johnny, meski mungkin agak lebih kecil sedikit.

Ten langsung terkesiap dari batinannya yang random setelah merasakan ada hawa kurang enak.

"Kau tidur dengan banyak wanita begitu, apa kekasihmu tidak marah?-- Eh, kau punya kekasih tidak?"

Guanlin mengangguk.

"Dia senior di sekolah. Chenle itu boooooooodoh sekali. Sesuai perkiraanku, dia terlalu tunduk pada cinta. Padahal aku tidak pernah memberikannya cinta."

"Kalian-- kau dan Si Chenle itu, masih bersama-sama?"

Guanlin mengangguk lagi. Lagi-lagi Ten menuangkan minuman ke dalam gelas dan langsung ditenggak habis oleh Si Anak Muda.

"Iya. Hubungan kami bertahan karena kebodohan dia yang terlalu mengagungkan cinta yang kuberikan. Aku pun tidak masalah bersamanya."

Belum sempat Ten buka mulut, Guanlin sudah mengubah posisinya jadi berhadapan dengan Ten dan wajahnya seketika berubah antusias.

"Kalau Tante lihat Chenle.... Aduh, body-nya bikin sakit kepala." Katanya semangat, "Kulitnya seperti porselen. Putih, mulus, dan tak bercacat. Ukuran dadanya sangat besar untuk anak seumuran dirinya. Bokongnya, aku berani bersumpah sangat menyenangkan meremasnya." Tangannya membuat gestur meremas.

UNRAVEL [GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang