Part 3

64 13 0
                                    

Suasana kelas 12 Ipa 2 sangat berisik. Beberapa murid sedang asik mengobrol, memukul-mukul meja, dan ada juga yang sedang memainkan handphone. Berbeda dengan raina, sedari tadi ia sibuk menulis sesuatu dibuku yang biasa ia gunakan jika moodnya sedang tidak bagus.

"ANAK-ANAK JANGAN BERISIK!"

Terdengar teriakan seseorang yang baru saja memasuki kelas mereka. Siapa lagi kalau bukan wali kelas mereka yang mengajar biologi, Pa Bagas. Dalam sekejap, kelaspun menjadi sunyi.

"Anak-anakku yang bapak cintai. Hari ini bapak akan melanjutkan materi minggu lalu. Buka buku catatan kalian"

Semua murid menuruti arahan yang diberikan oleh pa bagas. "Jadi, pengertian dar-"

"Pa. Minggu lalu bapa udah ngejelasin materi itu, ko sekarang dijelasin lagi sih?"

Pa bagas menatap raindra garang. Memang sudah biasa ucapannya selalu dipotong oleh anak muridnya yang satu itu, tetapi kali ini ia tidak bisa marah. Karena ia juga salah, minggu lalu ia sudah menerangkan materi ini.

"Maaf ya, bapa lupa"

Beberapa murid tersenyum senang. Akhirnya mereka tidak akan mendengarkan penjelasan dari wali kelasnya itu. Beberapa murid memang ada yang tidak suka jika pa bagas menerangkan materi, karena ia selalu menjelaskan semua materi dengan teliti. Bahkan mereka pernah pulang telat karena pelajaran biologi berada di jam terakhir.

"Oke kalian siapin kelompok ya, 1 kelompok berisi 3 orang. Bapa kasih waktu 5 menit buat nyari teman kelompok kalian"

Kelas sedikit berisik karena mereka sedang ribut memilih teman kelompoknya. 5 menit sudah berlalu, raina dengan santainya masih berdiam diri, ia tidak ikut mencari kelompok karena ia selalu bersama dengan raindra jika mengerjakan sesuatu. Tidak perduli jika kelompoknya kurang, mereka malah senang karena tidak ada orang yang mencari tahu hubungan mereka.

"Pa, rainhard belum dapat kelompok" ucap tristan, para siswi menatap rainhard dengan senyum malu-malu. Ada beberapa kelompok yang ingin mengeluarkan temannya, dan menyuruh rainhard bergabung dengan kelompok mereka.

"Raina, raindra. Kalian berdua doang kan?"

"Iya pa"

"Oke. Rainhard, kamu masuk di kelompok mereka"

Rainhard hanya meng'iya'kan ucapan pa bagas. Ia merasa sedari tadi raina menatapnya, iapun akhirnya menatap balik. Dengan sigap, raina membuang tatapannya kelain arah. Rainhard tersenyum tipis, teman kecilnya itu selalu saja membuat ia gemas dengan tingkahnya itu.

"Minggu depan kalian ada praktek. Nanti bapa infokan lagi kalau ada sesuatu yang harus disiapkan. Selamat siang"

Setelah pa bagas keluar dari kelas. Merekapun ikut keluar dan menunggu bel pulang didepan kelas mereka. Baru saja raindra bangkit dari tempat duduknya, raina langsung memegang lengannya. "Mau kemana?"

"Ketemu rainhard bentar. Gue mau minta nomor telponnya"

Rainapun melepaskan genggamannya. Raindra berjalan mendekati rainhard yang sedang berbicara dengan tristan, "Hai bro, minta nomor telpon lo dong. Takutnya ada info dadakan, yang ada gue bingung mau hubungin lo lewat apa"

Rainhard mengambil handphone raindra lalu mengetik nomor teleponnya. Dengan singkat, rainhard melirik raina yang sedari tadi fokus menulis sesuatu dibukunya.

"Thanks you bro" ucap raindra lalu kembali menghampiri raina.

Tristan menyadari sesuatu. Dari awal masuk sekolah, tristan beberapa kali melihat rainhard seperti mengawasi raina dan raindra. Ada apa dengan temannya itu?

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang