Part 20

10 3 0
                                    

Plak!

"Punya mulut tuh dipake! Jangan diam aja kaya orang bisu!"

Raina memegang pipinya yang sudah ia pastikan akan membekas. Raina masih terdiam, tidak mau menanggapi ucapan jihan yang sedari tadi merendahkannya.

"Lo sadar gak sih? Banyak orang yang risih ngeliat kedekatan lo sama raindra! Padahal beberapa hari lalu lo nempel mulu sama rainhard!"

Kini, Raina memberanikan diri untuk menatap Jihan yang terlihat angkuh di hadapannya. "Mau lo apa?"

"Rainhard atau raindra?"

"Kalau gue enggak mau milih?"

"Berarti lo jalang yang suka nyari kesenangan sana-sini!"

Plak!

"Jaga ucapan lo!"

"BANG–"

Plak!

"Punya mulut tuh dijaga! Jangan suka nasihatin orang lain kalau perilaku lo belum benar!"

Kedua pipi Jihan terlihat merah karena tamparan Raina. Diluar toilet, terdengar suara gaduh kedua sahabat Jihan. Mungkin mereka mengkhawatirkan kondisi Jihan saat mendengar suara tamparan.

Tanpa disadari oleh Raina, di genggaman tangan Jihan sudah terdapat sebuah pisau kecil. Entah dari mana Jihan mendapatkannya, Raina sendiri pun tidak tahu karena sedari tadi ia menatap pintu yang terlihat di dobrak.

Jihan berjalan mendekati Raina sambil mencodongkan pisau kecil itu, "Jauhi rainhard....."

Raina yang terlihat pasrah sambil memundurkan langkahnya mampu membuat Jihan tersenyum iblis.

"Gue peringatin sekali lagi. Jauhi rainhard! Atau lo mau, pisau ini melukai wajah mulus lo?"

Raina tertegun dengan ucapan Jihan. Kalau ia tahu Jihan menyimpan pisau kecil di saku bajunya, ia tidak akan membalas perlakuan Jihan.

"Kenapa diam? Lo takut? Atau lo enggak mau menjauh dari rainhard? Lo enggak boleh maruk. Lo cukup pilih raindra, dan semuanya selesai"

"Raindra sahabat gue!"

"Sahabat? Tapi kenapa dari tatapan raindra. Dia kaya menyimpan rasa sama lo? Oh, atau mungkin kalian beneran pacaran? Lo pura-pura nganggap raindra sahabat, karena lo ingin mendapatkan rainhard juga?"

"Gue enggak semurahan itu! Lo bukan sekedar suka sama rainhard. Tapi obsesi! Lo mikir gak sih? Dengan memperlihatkan sifat lo seperti ini, lo terlihat kekanak-kanakan. Mungkin saat rainhard ngeliat semua ini, dia akan menjauh dari lo!"

Jihan tidak terima mendengar ucapan Raina. Matanya sudah menggelap, kini ia tidak memperdulikan apapun selain menyingkirkan Raina.

Saat Jihan ingin menusuknya. Dengan cepat, Raina menahan pisau itu tanpa berpikir panjang. Ia mengabaikan tangannya yang kini sudah berdarah. Ia hanya ingin merebut pisau itu, lalu membuangnya.

Dengan sekali tarikan, pisau itu sudah berada di dalam genggaman Raina. Ia mencabut pisau itu yang menancap di telapak tangannya. Raina membuang pisau itu saat Jihan ingin merebut kembali pisau miliknya. Tanpa disadari olehnya, lengan Jihan tergores ujung pisau.

Jihan menarik rambut Raina dengan sangat kuat. Kali ini Raina tidak mau membalasnya, ia hanya berusaha untuk melepaskan jambakan itu. Raina berhasil menyelamatkan diri, tetapi tidak dengan Jihan. Kini wanita yang sangat membencinya tergeletak di lantai dengan wajah yang terlumuri darah Raina.

Entah kebetulan dari mana, pintu toilet terbuka. Nisa dan Gea menghampiri Jihan yang sudah tidak sadarkan diri karena kepalanya terbentur tembok.

"Lo apain sahabat gue?!" tegas Gea saat melihat ada darah di hidung, dahi, dan sudut bibir Jihan. Padahal itu darah Raina.

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang