~Chapter 9

574 126 3
                                    

[Happy reading!!]

Tangan Justin sibuk memotong bawang. Tidak pandai sebenarnya, tapi berhubung ini mimpi, jadi kena tangan pun tidak akan terluka, 'kan? Iya, Justin sedang berkunjung ke dunia Lily. Matanya melirik pada gadis berambut pendek yang tengah menyalakan kompor. Hari ini Lily memakai apron berwarna coklat muda. Beberapa helai rambut juga disisikan ke samping dan dijepit dengan jepit rambut meski poni enggan pindah dari dahinya. Hari ini Lily sangat cantik, apalagi ketika sedang memasak.

"Justin, bawangnya sudah dipotong?" tanya cewek itu tanpa menoleh.

Justin tersadar, buru-buru ia lanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda akibat sibuk mengamati Lily dalam diam. Dua menit kemudian, dua buah bawang merah dan putih sudah selesai dipotong meski bentuknya tidak meyakinkan. Lily tersenyum menerima potongan bawang dari Justin, kemudian mulai mengolahnya.

Pekerjaannya sudah selesai, Justin bebas sekarang. Daripada duduk menunggu di meja makan, Justin lebih tertarik memperhatikan Lily yang tengah memasak. Terlihat serius sekali, juga bahagia. Aura positif yang menguar darinya tak ayal membuat Justin ikut tersenyum.

"Gak ada niat panjangin rambut?" tanya Justin tiba-tiba.

Lily berpikir sejenak sebelum menjawab. "Ada. Tapi, rambut pendek seperti ini lebih nyaman," katanya.

Justin mengamati pergerakan bibir Lily saat bicara. Itu dilakukan tanpa sadar. Segera ia menggelengkan kepala guna menepis pikiran yang tidak-tidak.

"Rambut panjang cantik, loh," celetuk Justin.

Kalau disuruh memilih, Justin memang akan memilih perempuan berambut panjang daripada perempuan berambut pendek. Ada poin plus tersendiri ketika mata memandang.

Lily terkekeh. "Saya begini saja sudah cantik, apalagi kalau rambut panjang? Nanti kamu naksir," ujarnya jenaka.

Justin terdiam sejenak, tampak berpikir. Dalam hati ia mengiyakan. Candaan Lily tak sampai sepertinya. Justin malah menganggapnya serius.

"Iya, bener juga," gumam Justin agak pelan, namun terdengar jelas di telinga Lily.

Dan gadis ini dengar semuanya. Kendati tangan sibuk pada peralatan masak, telinganya jeli luar biasa. Ia dengar tiga kata itu. Dalam diam salah tingkah luar biasa. Merah menjalar sampai ke telinga. Sedikit menunduk, dalam hati berharap Justin tidak menyadarinya.

*

"Mau tahu di duniamu sekarang pukul berapa?" ujar Lily tiba-tiba.

Justin menatap langit-langit dengan gestur berpikir. Irisnya kembali menyorot sisi wajah Lily yang tengah mencuci piring bekas mereka makan. Sebelah tangannya menyodorkan sebuah piring basah pada Justin. Justin sedikit tersentak sebelum akhirnya mengambil piring tersebut dan mengeringkannya dengan lap bersih.

"Sekarang pukul lima lewat empat puluh menit," kata Lily sebelum kembali memberikan sebuah piring bersih yang masih basah.

Justin menganggukkan kepala. Tangannya mengambil alih piring basah tersebut. Selagi mengelap piring, ia menolehkan kepala pada jendela yang ada di sisi kiri ruangan. Di sini masih siang. Bagaimana Lily bisa tahu jam di dunia nyata? Atau asal tebak saja?

"Tau dari mana?" tanya Justin.

Lily menoleh ke arahnya. Cewek itu mengernyitkan dahi. Wajahnya menunjukkan kalau dia sedang berpikir. Ekspresi serius berubah jenaka. Lily tersenyum geli.

That Woman in My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang