06

1.1K 103 1
                                    

"Pak bos, saya pamit pulang ya" ujar Prilly bersiap untuk pulang

"Temenin saya lembur"

"Nemenin lembur? Ngapain bos? kerjaan saya kan udah beres semua" protes Prilly

"Udah nurut aja kali, saya mau kamu nemenin saya lembur"

Prilly kembali meletakkan tasnya dan duduk sembari menghembuskan nafasnya, bos nya memang membuatnya harus menyetok rasa sabar sebanyak mungkin

"Terus saya harus ngerjain apa disini bos?"

"Ya bantuin saya ngerjain ini kek apa kek atau buatin saya kopi"

"Pak bos gak takut saya masukin racun diminumannya?"

"Ngapain takut palingan saya mati terus kamu dipenjara seumur hidup karena ngebunuh saya." Celetuk Ali

"Pak bos" panggil Prilly, Ali menoleh dan bertanya lewat tatapan matanya.

"Pak bos gak bisa senyum? Masa tiap hari saya liatin mukanya gitu-gitu aja"

"Kamu ngatain saya?"

"Saya gak ngatain pak bos, saya bicara fakta coba aja pak bos murah senyum"

"Gak usah urusin hidup saya"

Kembali Prilly menghembuskan nafasnya, di kasih tahu malah marah memang apa salahnya? Bukannya benar kalau Ali murah senyum dia banyak yang suka?

"Pak bos hari sabtu biasanya kemana?" Tanya Prilly tiba-tiba

"Ngapain nanya-nanya? Mau ngajak aaya kencan saya gak mau."

"Siapa juga yang mau ngajak kencan tembok?" Gumam Prilly

"Kamu bilang apa?"

"Enggak pak, udah deh jawab aja apa susahnya?"

"Saya gak kemana-mana emang mau ngapain?"

"Nanti saya ajak bos kesuatu tempat"

"Tuhkan kamu ngajak saya kencan, saya gak mau"

"Pokoknya mau gak mau harus mau" kekeh Prilly, Ali jadi berpikir siapa bosnya disini? Dia atau gadis ini?

Ali menghela nafasnya, sekretarisnya yang baru ini unik jika biasanya sekretaris akan patuh akan perintahnya tapi kali ini dia yang harus patuh padanya.

Memang Ali akui Prilly cantik tapi bibirnya itu membuat Ali ingin menjahitnya rapat

"Pak bos saya mau pulang, ini udah malem dan angkutan umum gak ada yang lewat jalan kerumah saya." Prilly melihat jam dipergelangan tangannya sudah menunjukan angka 8 sedari tadi dia hanya diam memperhatikan Ali yang sesekali menandatangani sebuah berkas

Ali menolehkan kepalanya kearah Prilly, memang pekerjaannya masih menumpuk tapi membiarkan gadis pulang di jam seperti ini memang berbahaya

"Ayo kita pulang." Ali mematikan laptop didepannya dan bersiap pulang

Prilly berdiri dengan semangat setelah berjam-jam duduk diam saja, dia berjalan mendahului Ali dan keluar dari gedung kantor yang sudah sepi itu hanya ada pak satpam di luar yang berjaga

"Selamat malam Pak" sapa Prilly ramah dengan senyum merekah dari bibirnya dan Ali memperhatikan itu

"Malam, abis lembur neng?"

"Iya Pak, duluan ya" Prilly berlalu setelah tersenyum kearah satpam itu, baru dua hari disini tapi gadis itu sudah disukai banyak orang karena keramahannya ini.

Prilly menunggu angkutan lewat tapi dia tidak melihat tanda-tanda akan kedatangan angkutan itu memang di jam begini jarang sekali ada angkutan yang lewat kalau pun ada Prilly pasti akan diturunkan di tengah jalan dan hasilnya dia harus berjalan untuk sampai kerumahnya memang lumayan tapi kalau sekarang di berjalan apakah dia akan sampai kerumah dengan aman?

Tiba-tiba sebuah mobil sedan mewah berhenti tepat didepan Prilly, dia mengernyit heran dan seketika dia menyunggingkan senyumnya saat kaca mobil itu terbuka

"Malam Pak, numpang boleh gak? Nyampe depan aja" Prilly tersenyum manis menampilkan senyum terbaiknya berharap Ali akan memberinya tumpangan

"Naik" Prilly semakin melebarkan senyumnya dia segera masuk kedalam mobil Ali setelah itu mobil itu kembali berjalan

Sebenarnya Ali tidak berniat mengantarkan Prilly pulang tapi mrlihat gadis itu yang kebingungan hati nuraninya tergerak untuk membantu gadis itu tapi Ali menyesali perbuatannya itu, nyatanya gadis itu terus mengoceh sepanjang perjalanan menceritakan apa saja pada Ali padahal Ali hanya diam tidak menanggapi

"Rumah kamu dimana?" Tanya Ali

"Itu didepan ada gang berhenti disitu aja bos karena mobil gak bisa masuk" Ali mengangguk dan menghentikan mobilnya didepan gang yang ditunjuk Prilly memang gang itu gang sempit yang hanya bisa dilewati sepeda motor satu arah saja

Prilly turun dari mobil Ali setelah mengucapkan terimakasaih kepada bos nya itu dia melangkahkan kakinya kedalam gang yang sedikit gelap itu Ali yang terus memperhatikan langkah kaki Prilly hingga tak terlihat Ali turun dari mobil entah kenapa nalurinya ingin mengikuti langkah kaki gadis itu pikirannya mengatakan takut terjadi sesuatu kepada gadis itu

Hingga langkah kakinya terhenti melihat ke depan sana Prilly sedang mengetuk pintu rumah sederhana tak lama Pintu terbuka Prilly tersenyum dan masuk ke dalam rumah Ali memperhatikan gerak geriknya sedari tadi bibirnya tertarik keatas menyunggingkan sebuah senyuman yang jarang sekali terlihat lantas dia kembali ke mobilnya di ujung gang sana.

Ali melajukan mobilnya meninggalkan kawasan rumah Prilly yang jauh terbalik dengan rumahnya yang begitu mewah dan terasa hampa berbeda tadi pada saat melihat rumah Prilly dia merasakan ada kebahagiaan disana

Memang orang tua Ali masih lengkap tapi karena kesibukannya bekerja membuat dia jarang bertemu dengan orang tuanya apalagi sang Ayah yang memang juga sibuk bekerja.

Dia ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya lebih lama, dia ingin bercanda gurau bersama orang tuanya seperti dulu sebelum dia merasakan sakit yang luar biasa di hatinya di tinggal menikah membuatnya lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja dan bekerja bahkan dia tidak memperhatikan penampilannya lagi sekarang, benar kata Prilly sekarang dia jarang sekali tersenyum bahkan mungkin tidak pernah jika dulu dia bisa tersenyum kepada semua orang lain hal nya sekarang dia sudah berbeda dan itu karena rasa sakit hatinya yang teramat dalam membuat dia seperti orang mati rasa dalam artian tidak punya perasaan lagi.


.

M I N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang