43

1K 113 12
                                    

Arini tersenyum senang karena ternyata rencanabya kali ini berhasil, Mama Ali menuntut cucu segera dari Prilly berkat pengaruhnya, gampang saja dia hanya mengatakan kalau sebaiknya Prilly secepatnya hamil kembali. Nyatanya Mama Ali mempermudah segalanya demgan mengancam Prilly, Arini sangat senang sekali mendengarnya.

Hari ini rencananya dia akan menggagalkan rencana Prilly dan Ali yang akan melakukan program bayi tabung, Arini akan selalu tahu apa yang akan di lakukan pasangan itu.

"Hallo, kerjakan sekarang."

Tidak perlu turun tangan langsung, dengan uang semuanya akan beres dengan cepat.

"Arini, kemana kan semua uang yang kamu pakai ini?" Tanya Rudy memberikan dokumen penarikan uang di ATM nya.

"Gak usah kepo deh, itu uang gue mau di kemanain juga terserah gue. Tugas lo cuman ngurusin perusahaan dan gue gaji lo tinggi." Ketus Arini, anak ini sungguh tidak ada sopan santunnya, padahal mau bagaimana pun perlakuan Rudy dan Maria mereka tetap orang tua kandungnya.

"Jangan mentang-mentang kamu cucu Ayah saya kamu bisa seenaknya, lihat aja nanti apa yang akan saya lakuin dan saat itu tiba kamu akan menyesal."

"Siapa suruh kalian buang gue waktu kecil? Jangan harap gue bakalan baikin lo berdua setelah apa yang kalian lakuin sama gue, udah sana mendingan lo pergi dan urus perusahaan dengan benar."

Rudy menggelengkan kepalanya, memang dia salah karena telah menyia-nyiakan anak nya itu, tapi dia juga tidak sepenuhnya salah. Waktu Arini di lahirkan anak itu tertukar dan Rudy tidak tahu jika anak kandungnya di buang, setelah mengetahui semua itu dia mencari tahu dimana keberadaan anaknya itu.

Dia sudah lama tahu dimana anaknya berada hanya saja istrinya tidak pernah menginginkan kehadirannya, bahkan anak yang sempat dia kira anaknya mereka titipkan di panti asuhan.

Maria, dia merasa bahwa gara-gara anaknya dia menjadi tidak sempurna. Dia jadi tidak bisa mengandung kembali padahal dia sangat menginginkan anak laki-laki, karena dengan adanya anak laki-laki maka semua harta warisannya akan jatuh semua kepada anak lelakinya tapi kenyataannya semua harta itu akan di wariskan kepada anak yang dia buang.

Kasih sayang? Maria bahkan tidak mencintai suaminya, dia menikahi Rudy karena suaminya berasal dari keluarga yang kaya raya, awal pertemuan mereka pun sebenarnya tidak lah baik, Maria menjebak Rudy agar menidurinya dan memanfaatkan itu supaya Rudy mau menikahinya.

Maka sifat Arini tidak beda jauh dengan Ibunya, karena buah yang jatuh tidak akan pernah jauh dari pohonnya.

***

Prilly mencoba melupakan apa yang di bicarakan Mama mertuanya, hari ini dia mendatangi kediaman mertuanya dengan harapan jika Mama mertuanya masih sama, dan kemarin Mama hanya marah dan bicara sembarangan.

Dengan berbekal tekad dan kue buatan tangannya, Prilly memantapkan langkah dan hatinya meyakinkan dirinya jika semua yang terjadi kemarin hanyalah sebuah kesalahpahaman saja.

"Assalamualaikum" Prilly mengetuk pintu rumah Mertuanya.

Tak lama seorang asisten rumah tangga membukakannya pintu, Prilly tersenyum ramah.

"Eh! Non Prilly, mari masuk."

"Makasih bi, Mama sama Papa ada?"

"Nyonya ada kalau Tuan sudah berangkat dari tadi, mau minum apa?" Tabya Bibi saat Prilly baru duduk di ruang tamu.

"Gak usah repot bi, nanti saya bisa ambil sendiri."

Bibi mengangguk segera masuk kedalam memanggil nyonya nya, Prilly memperhatikan rumah itu dia hanya sekali menginjakkan kaki di rumah besar itu, dan dari sana juga dia bisa menikah dengan Ali.

Dia tidak pernah menyesal atas apa yang sudah terjadi, justru dia merasa sangat bersyukur karena dengan pernikahan itu dia mendapatkan lelaki yang memang bisa menjaga dan menyayanginya layaknya suami yang selama ini dia idamkan.

"Mau ngapain kamu kesini?" Prilly mengalihkan pandangannya kepada sang Ibu mertua.

"Mama, ini tadi Prilly bikin kue terus inget Mama jadi main deh kesini" Prilly menyodorkan bingkisan yang dia bawa.

"Aduh kamu kasih aja sama Bibi sana, saya mau pergi."

"Pergi kemana Mah? Prilly boleh ikut?" bukan ingin di beri gratisan tapi Prilly merasa harus lebih dekat dengan Mama Mertuanya itu.

"Mendingan gak usah deh, Mama mau pergi sama Arini, mau shoping. Kamu mana ngerti fashion"

"Arini mah?" Sejak kapan Mama dekat dengan Arini?

"Iya kenapa? Tuh dia udah datang, taruh aja kue kamu di dapur atau kasih sama Bibi aja."

Mama pergi setelah mendengar bunyi klakson di depan, Prilly menghela nafasnya sesak rasanya memang di perlakukan seperti itu oleh mertuanya, dulu dia begitu di sayangi tapi sekarang setelah dia tidak berguna di campakkan begitu saja.

"Loh, Prilly sejak kapan disini?" Suara Papa menyadarkan Prilly, kelihatannya Papa balik lagi kerumah.

"Baru aja Pa" Prilly menyalimi tangan Papa mertuanya

"Oh, Mau ketemu Mama?"

"Iya tapi Mama enggak ada

"Mama emang suka pergi akhir-akhir ini, papa buru-buru ada meting tapi berkasnya malah ketinggalan lagi."

"Iya Pa, ini Prilly bawa kue Papa bawa aja ke kantor kalau Papa gak mau boleh Papa kasih ke karyawan Papa"

"Kamu ngomong apa sih? Pasti Papa suka kue buatan mantu Papa ini." Prilly sedikit terhibur dengan perkataan Papa, setidaknya Papa masih menyayanginya saat ini.

"Yaudah Papa pergi ya" Prilly mengangguk, kembali sepergian Papa dia termenung. Apa sebegitu fatal kesalahannya hingga Mama nya dengan mudah berubah? Apa karena perihal cucu Mamanya berbalik tak menyukai nya? Dokter mengatakan masih ada kemungkinan dan Prilly percaya kemungkinan itu akan terjadi, Allah Maha pengasih lagi Maha Penyayang. Prilly yakin, Allah telah menyiapkan sesuatu yang indah atas apa yang menimpanya dan Prilly sangat Yakin akan Kekuasaan-Nya.

Biarlah Mama mertuanya mungkin marah untuk saat ini, tapi dia yakin kemarahan Mama tidak akan lama dan akan kembali seperti semula.

Prilly yakin itu!


.

M I N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang