25

1K 125 10
                                    

Menatap rumah besar yang menjulang di hadapannya, ini masih sore dan Ali sudah membawanya kerumahnya. Padahalkan makannya nanti malam, ini sih Prilly di suruh masak buat dinner nanti.

"Ayo masuk,"

"Ck. Sabar kali bos, maksa banget." Cibir Prilly kesal, sedari tadi bos nya itu memaksanya terus.

"Mikir apa lagi sih? Tinggal masuk aja."

Ali menyeret tangan Prilly, membuat gadis itu mau tak mau melangkahkan kakinya mengikuti Ali yang menarik tangannya.

Bukannya Prilly menolak, tapi dia malu takut orang lain mengatakan hal yang tidak benar.

Kemarin saja di kantor dia dengar karyawan Ali sedang bergosip ria membicarakan kedekatannya dengan bos nya itu.

Ada yang mengatakan ini-itu, Prilly sih emang bodo amat tapi lama-lama risih juga, apalagi lihat tatapan mereka seakan ingin menghakiminya.

Kalau saja mereka tahu Prilly jago bela diri, pasti mereka gak akan berani membicarakannya.

"Assalamualaikum, Ali pulang."

Ali dan Prilly duduk di sofa ruang tamu, ini kedua kalinya Prilly bertandang kerumah Ali.

"Waalaikum salam, eh ada nak Prilly juga." Mama menghampiri keduanya.

Keduanya menyalami punggung tangan Mama, orang tua Ali memang sangat baik.

"Mam tinggal kalian disini ya, lagi Masak."

Mama kembali kedapur membereskan pekerjaannya, merasa tak enak diam saja Prilly menyusul Mama ke dapur.

Membantu memotong sayuran dan memasak juga, Prilly memang serba bisa karena dia juga biasa memasak di rumah. Ya walaupun hanya makanan sederhana tapi rasanya yang luar biasa.

Tak terasa hari sudah bergulir menjadi malam, semuanya sudah berkumpul di meja makan hanya tinggal menunggu Papa nya Ali pulang.

"Mmm, Ali Mama lupa kalau malam ini Papa ngajakin Mama makan malam di luar."

"Loh terus ini gimana dong?" Tanya Ali.

"Yaudah kalian makan aja berdua, Mama mau nyusulin Papa dulu."

"Kan bisa di telepone Papanya Ma, suruh pulang."

"Kamu kayak yang gak tahu Papamu gimana? Yaudah Mama pergi ya. Assalamualaikum."

Mama meninggalkan keduanya, ini memang rencana Mama dan soal Papa yang mengajak makan malam diluar itu semuanya hanya kebohongan justru Mama yang melarang Papa pulang.

Mama ingin Ali dan Prilly lebih dekat lagi atau kalau perlu malam ini juga keduanya menikah.

Ide yang bagus, Mama sudah mempersiapkan semuanya. Kalau tidak begini Ali tidak akan menikah, terpaksa Mama melakukan ini.

Ali mengambil nasi dan lauk pauknya, rasa lapar membuat dia tidak bisa memikirkan apapun.

"Kamu mau saya ambilin atau gimana? Kamu gak laper apa?"

"Laper bos, tapi gak enak Tante malah pergi lagi."

"Daripada mikirin yang lain mendingan makan"

Prilly mulai mengambil nasi dan lauk pauknya, keduanya makan dengan lahap dan makan dalam diam.

Usai makan keduanya membereskan meja makan, membawa piring kotor ke wastafel.

"Kamu aja yang nyuci piring, saya mau bikin kopi."

"Lah kok saya sih bos? Saya tamu disini."

"Itung-itung belajar jadi istri yang baik."

Ali melengos pergi, Prilly mendengkus sebal siapa juga yang mau menjadi istrinya?.

M I N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang