51

447 61 6
                                    

Dua Minggu telah berlalu kini tiba waktunya Ali dan Arini menikah, sedari tadi Ali tidak pernah tenang memikirkan bagaimana dia bisa terbebas dari semua ini sungguh dia tidak ingin melakukan ini sama sekali tidak mau meski dalam mimpi sekali pun, pikirannya kini buntu apalagi setelah melihat Prilly menangis semalam tanpa wanita itu ketahui Ali melihat istrinya menangis dalam doa nya Ali tahu sekuat apapun Prilly dia pasti memiliki sisi yang lemah dan semalam Ali melihat kelemahan istrinya itu.

"Mas, kok malah melamun? Ayo kita berangkat nanti terlambat"

Ali memegang tangan Prilly lembut, dia menatap manik mata istrinya yang seperti nya lelah

"Jangan lakukan ini, ayo kita pergi dari sini dan memulai kehidupan kita yang baru"

"Apa maksud kamu mas?"

"Saya gak mau melakukan ini Prilly, saya tahu hati kamu sakit jadi ayo kita pergi dari kota ini atau kalau perlu kita pergi meninggalkan negara ini"

"Dan meninggalkan seorang wanita yang menunggu kamu di sana?" Lanjut Prilly melepaskan genggaman suaminya

"Saya tidak pernah mengharapkannya, dan sekalipun saya gak ingin dia menjadi bagian dari hidup saya"

"Tapi sekarang dia akan menjadi bagian dari hidup kamu mas"

"Kalian yang memaksaku, Prilly aku mohon jangan keras kepala. Mari kita hentikan semua ini sebelum terlambat"

"Mas sebaiknya kamu menuruti semua perkataanku atau kamu akan menyesal"

"Saya gak akan pernah menyesal meninggalkan wanita itu demi kamu"

"Mas" Prilly menatap Ali dalam agar membuat suaminya sadar kalau semua ini sudah terlambat, semuanya telah menunggu mereka dan kalau mereka tidak datang maka sesuatu yang buruk akan menimpa mereka.

"Baiklah, saya menyerah jangan salahkan saya kalau kamu terluka" Ali melengos pergi, Prilly hanya menghela nafasnya dia tahu apapun keputusannya pasti ada resiko nya dan Prilly akan menerima resiko itu, demi kebaikannya dan juga suaminya.

Ali dan Prilly segera ke tempat acara yaitu di rumah Mama Ali sendiri, mereka sepakat ah lebih tepatnya Mama Ali menyarankan agar melaksanakan pernikahan Arini dan Ali di rumahnya dan mengundang beberapa tamu spesial, Arini tidak keberatan dengan itu selagi itu menyangkut kebahagiaannya maka dia akan lakukan apapun juga.

Sesampainya di sana semua orang telah menunggu mereka, dengan berat hati Ali turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah dengan di gandeng oleh istrinya sendiri, tidak ada raut bahagia dalam wajahnya Ali tampak dingin dan muram, ini bukan bayangan hidupnya ini adalah sebuah kemalangan dalam hidupnya.

Prilly dengan senyuman nya yang mengembang dia menggandeng suaminya menuju pelaminan, hatinya begitu pedih tapi dia harus bisa menahannya demi citra keluarga suaminya, beberapa tamu undangan mulai berbisik tentang dia yang tidak bisa memiliki anak padahal kenyataannya dia masih punya harapan untuk itu.

Ali duduk di kursi yang sudah di sediakan di hadapannya kini sudah ada penghulu dan juga Ayah Arini yang duduk di samping pak penghulu, sedangkan di dalam kamar Arini terus tersenyum bahagia beberapa menit lagi dia akan  menjadi nyonya Aliando Syarief, dia tidak bisa menyembunyikan raut wajah bahagia nya biarlah orang mengatakan kalau dia bersenang-senang di atas penderitaan kakaknya yang jelas dia sangat bahagia hari ini

"Arini kamu sudah siap?" Tanya mama Ali, Arini hanya mengangguk.

"Mari kita mulai acara ini" Mama membawa Arini keluar dari kamarnya menuju kursi di samping Ali

Ali bahkan tidak melihat ke arahnya seperti yang orang lain lakukan, dia hanya menatap Prilly yang duduk di samping nya. Jujur saja kalau dia bisa menghilang saat ini maka dia akan melakukannya sekarang.

M I N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang