53

402 34 0
                                    

"Arini kabur?" Pekik Ali dan Prilly bersamaan, mama mengangguk Prilly menatap suaminya yang sepertinya punya pemikiran yang sama dengannya

"Apa ini ada hubungannya sama Arini?"

"Maksud kamu apa?" Tanya mama

"Ini ma, barusan ada yang ngirim Prilly foto bapak sama ibu yang lagi di Iket dan si pengirim nelepon katanya kalau mau mereka selamat kita harus datang ke sana dan jangan beritahu kan polisi"

"Menurut mama ini memang perbuatan Arini, dia itu sudah enggak waras masa mau nyelakain orang yang udah gedein dia sih?" Ujar mama merasa geram akan apa yang di perbuat Arini

"Aku gak nyangka demi ambisi nya dia rela nyakitin ibu sama bapak" lirih Prilly sedih, betapa tidak? Arini dan dia tumbuh bersama suka dan duka mereka lewati bersama, dia tidak pernah membayangkan adiknya akan jadi seperti ini memang kekayaan membutakan segalanya dia tidak bisa lagi membedakan mana yang benar dan salah.

"Sekarang kita ke tempat ibu sama bapak di sekap dia udah ngirim alamatnya"

Prilly segera bangkit dan membuntuti suaminya, mereka berdua akan pergi ke sana sedangkan mama dan papa sebisa mungkin akan mencari celah agar bisa membawa para polisi ke sana, dalam perjalanan Prilly tak hentinya berdoa semoga saja bapak dan Ibunya di selamatkan dan tidak terluka sedikit pun dia sangat takut Arini melakukan hal yang tidak pernah di inginkan karena orang nekat seperti Arini mampu melakukan apa saja

"Kamu yang sabar ya, dan terus berdoa supaya Ibu dan Bapak baik-baik aja"  Ali mengelus rambut istrinya memberikan dia kekuatan agar terus bersabar

Sedangkan di tempat lainnya, Ibu dan Bapak perlahan bangun dan melihat ke sekeliling, tangan dan kakinya terikat serta mulutnya yang di sumpal membuat bapak dan Ibu tidak bisa mengucapkan kata dengan jelas, Arini menghampiri keduanya dan membuka sumpalan mulut keduanya.

"Arini, apa yang kamu lakukan nak?" Tanya Ibu

"Jangan panggil aku anak Ibu, aku bukan anak kalian" jawab Arini begitu dingin, membuat hati Ibu seperti tercubit

"Apa yang kamu bicarakan? Meski kamu bukan terlahir dari rahim ibu tapi kamu tetap anak ibu dan bapak"

"Lantas kalau memang aku anak ibu dan bapak kenapa aku gak bisa dapetin apa yang aku mau?"

"Memang apa yang kamu inginkan Arini?" Kali ini bapak yang bertanya

"Ali, aku menginginkan suami kakakku dan kehancuran hidup Prilly" Jawab Arini tertawa, dia kini seperti orang yang tak waras

"Kenapa kamu seperti ini nak? Ibu dan Bapak selalu berusaha untuk bisa memberikan apa yang kamu mau"

"Aku cuman mau Ali, dan aku minta itu sama kalian apa kalian akan mengabulkannya?"

"Arini dengar bapak, jodoh, maut dan rezeki itu enggak ada yang tahu. Ali mungkin sudah di takdirkan menjadi pasangan hidup kakak kamu dan kamu harus ikhlas menerimanya siapa tahu kamu akan mendapatkan seseorang yang lebih daripada Ali" Bapak berusaha menasihatinya

"Takdir? Takdir itu gak ada pak, kalau pun ada maka aku akan merubah takdir hidup aku"

"Arini sadar nak, jangan seperti ini. Lepaskan Ibu dan Bapak"

"Aku gak akan lepasin kalian sebelum Prilly setuju melepaskan suaminya untuk aku" Arini tersenyum dan setelah itu dia meninggalkan Ibu dan Bapak yang tidak tahu lagi harus dengan cara apa mereka mengingatkan Arini.

Tak lama suara mobil terdengar dari luar, semua anak buah Arini berjaga di depan pintu masuk menghalangi kedua orang tua itu, satu anak buah Arini membukakan pintu dan terlihat Ali dan Prilly sudah ada di sana, anak buah Arini menodongkan pistol ke arah mereka dan menggiring mereka menghadap kepada Arini

"Selamat datang Calon suamiku dan istrinya yang sebentar lagi akan jadi janda" ujar Arini dengan lantang, kini dia sedang duduk di sebuah kursi sembari membersihkan kuku nya.

"Arini lepaskan Ibu sama Bapak"

"Aku bakalan lepasin mereka tapi ada syaratnya"

"Apa syaratnya? Kamu mau kakak cabut tuntutannya? Kakak akan melakukan nya"

"Aku gak butuh kamu cabut tuntutan itu yang aku mau itu suami kamu"

"Kamu sudah gila Arini, sampai kapanpun saya gak akan pernah mau menikahi kamu" geram Ali, ingin sekali rasanya dia mencekik wanita itu.

"Uhh! Santai dong sayang, kamu mau atau enggak keputusannya ada di tangan istri kamu, gimana Prilly kamu mau menukarkan suami kamu dengan Ibu sama Bapak?"

"Arini, aku sudah kehabisan kata buat kamu. Aku mohon hentikan semua ini, kamu harus ingat siapa yang sudah membesarkan kamu selama ini, apa hanya karena kamu enggak bisa memiliki apa yang kamu mau, kamu mengorbankan orang yang sudah merawat kamu selama ini?"  Bentak Prilly, kesabarannya sudah habis

"Aku gak peduli sama mereka, apa yang aku mau maka aku harus dapetin"

"Arini"

Dorr..

Prilly terdiam mematung, anak buah Arini menarik pelatuknya dan mengarahkan ke langit-langit memberikan peringatan kepada Prilly

"Kamu lihat sendiri kan, apa yang akan terjadi sama Bapak dan Ibu seandainya kamu menolak keinginan aku kan?" Arini tersenyum sinis, Prilly tidak akan mempunyai pilihan lain selain melepaskan suaminya.

"Arini, kalau kamu memang mencintai saya seharusnya kamu bisa melepaskan saya dan membiarkan saya bahagia bersama dengan pilihan saya, karena cinta itu gak harus memiliki"

"Kalau cinta memang gak harus memiliki, maka Prilly harus mengikhlaskan cintanya untuk aku" kekeh Arini

"Arini saya dan Prilly saling mencintai, kamu ada di antara kita dan itu menghalangi kebahagiaan saya"

"Maka cobalah bahagia bersama aku" Arini masih kekeh terhadap pendiriannya, seperti kata pepatah semua adil dalam cinta dan perang, maka dia akan mendapatkan cintanya apapun caranya.

"Pikirkan baik-baik Prilly, kalau kamu memang mau melihat Ibu dan Bapak kehilangan nyawa maka sekarang juga kamu pergi bersama suami kamu, tapi kalau kamu melepaskan suami kamu maka kamu boleh pergi bersama Ibu dan Bapak"

"Arini, aku mohon jangan lakukan ini padaku"

"Aku gak butuh permohonan kamu, yang aku mau jawaban dari kamu. Aku kasih kamu waktu lima belas menit, kalau kamu masih belum memutuskan maka aku yang akan memutuskan"

Prilly bingung apa yang harus dia lakukan, kalau saja anak buah Arini tidak memegang senjata Api maka dia akan mudah mengalahkan lima belas orang itu, apalagi Ali pasti akan membantunya Arini benar-benar memperhitungkan nya dia pasti tahu kalau Prilly mempunyai ilmu bela diri yang mumpuni kalau begini Prilly bisa apa?

"Waktu kamu hampir selesai"

"Prilly, saya tahu kamu akan memilih yang terbaik untuk saat ini. Apapun yang menjadi pilihan kamu maka saya akan menerimanya" bisik Ali

"Arini, apa aku boleh berbicara dulu kepada Bapak dan Ibu?"

"Baiklah, kamu boleh menemui mereka hanya lima menit dan setelah itu kamu harus menjawabnya"

Prilly langsung berlari kearah Ibu dan Bapak dia memeluk keduanya.

"Prilly, kamu sudah menikah dan istri yang baik akan selalu patuh dan taat sama suaminya, sekarang surga kamu ada pada suami kamu"

"Tapi pak, aku gak mau bapak dan Ibu kenapa-kenapa"

"Prilly percayakan semuanya sama Allah, dia pasti akan melindungi hambanya yang benar, pilihlah suami kamu"

Sekali lagi dia memeluk keduanya, tanpa anak buah Arini ketahui dia menyelipkan silet kepada tangan bapak

"Berusahalah, membuka ikatan ini Pak" bisik Prilly.

Dia kembali menghadap Arini, anak buah Arini tidak pernah melepaskan tatapan mereka kepada gadis itu.

"Baiklah, apa yang kamu pilih"

"Aku memilih..."

M I N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang