07

1K 109 1
                                    

"Pagi Neng Prilly, mau berangkat kerja ya?" Sapa pemuda kampung disana, Prilly hanya menanggapinya dengan senyuman

"Abang anterin yak" Nandu, anak juragan tanah di sana yang berujar, Nandu memang sejak lama menyukai Prilly tapi gadis itu selalu menolak dirinya

"Gak usah bang, makasih" tolak Prilly halus melanjutkan langkah kakinya yang sempat terhenti

"Udah mending abang anterin, biar cepet." Nandu masih memaksa

"Bang Nandu jangan paksa Prilly, Abang tahu kan kalau Prilly punya sabuk hitam karate?" Nandu menelan salivanya, memang benar gadis ini memiliki ilmu beladiri yang cukup tinggi sehingga preman kampung pun menghormatinya.

"Hehe, Abang kan cuman nawarin tumpangan kalau gak mau juga gak papa" Nyalinya sedikit menciut, mau di bilang apa sama orang kampung kalau seorang Nandu anak juragan tanah di hajar perempuan macam Prilly.

Prilly hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat Nandu yang pergi katanya Cinta tapi baru di ancam begitu aja langsung kabur

Prilly keluar dari gang dan menunggu bus angkutan umum lewat, memang jarang tapi kalau sabar menunggu pasti akan dapat

Cukup lama Prilly disana tapi tidak ada tanda-tanda bus itu akan datang, apa terlambat lagi? Pikir Prilly

"Asepp" Teriak Prilly melihat motor Asep salah satu anak buah preman kampung keluar dari gang

Yang di panggil menoleh dan buru-buru menghampiri gadis itu, masih membekas dalam ingatannya bagaimana gadis itu menghajarnya dan kawan-kawannya dengan brutal bos nya saja babak belur sampe harus di rawat di rumah sakit karena mereka menggoda Prilly yang baru pulang kuliah, sejak saat itu para preman di kampungnya selalu takut kepada Prilly

"Ada apa non?" Tanya Asep sungkan

"Anterin gue ke kantor" Prilly menaiki motor vespa Asep, tanpa banyak bicara Asep langsung tancap gas

Prilly sejak kecil memang menyukai olahraga bela diri maka dari itu dia selalu ikut dalam extrakulikuler bela diri di sekolahnya bukan hanya di sekolah dia juga belajar di sebuah perguruan silat yang tidak jauh dari kampungnya.

Motor Asep berhenti di sebuah gedung yang menjulang tinggi setelah tadi Prilly memberitahukan tujuannya di jalan

"Makasih ya Sep"

"Sama-sama atuh Non, kalau butuh tumpangan lagi Asep mah selalu siap buat non Prilly" Prilly hanya tersenyum menanggapi ucapan Asep, Senyum yang bagi Asep menyeramkan karena di balik senyum manis itu terdapat oukulan yang mematikan Asep sampai bergidik ngeri membayangkan kembali pukulan-pukulan yang mengenai tubuhnya

"Ngapain masih disini? Sana pulang lo" usir Prilly, Asep langsung tersadar dan pergi meninggalkan Prilly

"Temen lo?" Prilly terlonjak kaget karena suara di belakangnya

"Pak Bayu, iya itu temen saya"

"Tampangnya kayak preman"

"Emang dia preman kampung saya, kenapa emangnya?"

"Seriusan Lo? Lo temenan sama preman?" Tanya Bayu tak percaya, jarang sekali perempuan macam Prilly ini bwrgaul dengan preman

"Seriusan lah pak, lagian gak ada salahnya kan kalau kita bergaul sama mereka asal kita pinter jaga diri aja pak" ujar Prilly segera masuk ke dalam kantor meninggalkan Bayu yang bengong

"Unik juga nih cewek, deketin sama Ali ah" gumam Bayu tersenyum jahil.

**

"Prilly, ambilin berkas laporan keuangan sana" teriak bos nya dari dalam ruangan, sekarang meja Prilly sudah berpindah tempat di depan ruangan Ali

Dasar bos idiot dari pada teriak-teriak bisakan lewat telepon? Pikir Prilly segera dia mengambilkan apa yan di minta bosnya

"Ini pak" Prilly menyodorkan berkas keuangan tersebut di meja bosnya

"Udah sana pergi" usir Ali

"Tapi tunggu.." Prilly kembali menghadap kepada bosnya itu

"Ini kamu kembalikan keurangan kepala keuangan saya lupa kalau sudah memeriksa berkasnya tadi" Prilly ingin berteriak tapi dia tahan segera dia mengambil kembali berkas itu dan berjalan keluar

"Tunggu.." kembali Ali memanggilnya

"Baliknya jangan lupa bawain saya kopi" Prilly menghembuskan nafasnya dan tersenyum kepada Ali, senyum yang di paksakan

"Baik pakk." Seru Prilly, dia membanting pintu bos nya itu cukup keras.

Bisa-bisanya bos nya itu mengerjainya awas saja Prilly akan membalasnya

Kembali Prilly membawa sebuah nampan di tangannya dia masuk kedalam ruangan Ali dan menyimpan nampan itu Ali mengernyit heran, di nampan itu ada cangkir gelas, wadah kopi, wadah gula dan termos kecil tak lupa sendok kecil di
sana

"Ini bos bikin sendiri aja ya, saya banyak kerjaan" Prilly keluar dari ruangan Ali memang Prilly sedang membuat proposal itu pun atas perintah Ali dan harus selesai hari ini juga dan bos nya itu malah menyuruhnya ini dan itu

"Abis di kerjain pak bos ya?" Tanya Celia yang memang meja mereka berdekatan

"Gue kerjain balik"

"Sumpah lo berani banget gak takut di pecat?"

"Tinggal cari kerjaan lain, gue pinter banyak yang mau nerima gue" kekeh Prilly, membuat Celia mendelikkan matanya ternyata Prilly bukan hanya ramah tapi sombong juga. Pikir Celia

"Prilly keruangan saya sekarang" itu suara bos nya

Prilly berjalan kedalam ruangan bosnya dia duduk di sofa yang ada di ruangan itu

"Ngapain kamu duduk disana?"

"Cape bos."

"Berdiri"

"Bos aja yang berdiri, jangan mentang-mentang bos bisa nyuruh seenaknya" oceh Prilly

"Mau saya potong gaji?"

"Ada juga Rambut bapak yang saya potong" balas Prilly

"Kamu ini"

"Apa bos? Bos ini saya kan di suruh buat proposal kalau di suruh ini sama itu gimana mau selesai nya?"

"Saya bukan mau nyuruh kamu saya mau tanya sabtu ini kamu ngajak saya pergi kan?" Prilly mengangguk hampir saja lupa

"Nanti saya jemput kamu di gang kemarin"

"Seriusan pak?" Mata Prilly langsung berbinar

"Iya"

"Oke bos, nanti bos pasti akan terkejut pokoknya".







.

M I N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang