21

1K 121 3
                                    

"Lo sama Prilly beneran mau nikah?" Tanya Bayu yang penasaran.

Mama Ali sudah heboh di group whatsapp keluarga mereka, membicarakan pernikahan keduanya.

"Menurut lo?"

"Ck. Yang tadinya gak mau mati-matian eh ujung-ujungnya mau juga sama si Prilly, apa kata lo kemarin-kemarin? Gue gak mau sama Prilly. Ck. Ck. Ck."

"Bacot lo, hati siapa yang tahu kan?"

Ali juga bingung dengan perasaannya, berada di dekat Prilly memang membuatnya merasa lebih bahagia ya walaupun dengan cara membuat Prilly kesal.

Dibilang cinta sih belum, tapi menurutnya berada bersama Prilly lebih lama hatinya pasti akan kembali mencintai.

Mencoba membuka hati gak ada salahnya kan'? Apalagi hati Ali sudah lama kosong.

Prilly mungkin jodoh yang terbaik untuknya, biarkan saja Mamanya melamar Prilly untuknya. Dia sih mau-mau aja.

Tapi Prilly belum tentu mau kan? Mengingat perkataannya yang selalu menolak kehadiran Ali di kehidupannya.

"Iya sih, hati siapa yang tahu? Kayak gue." Sedih Bayu

"Kenapa lo?"

"Gue bentar lagi nikah sama Saskia, sedangkan hati gue buat Marsha."

Masih dengan cinta segitiga antara Sahabat atau tunangannya, coba saja Bayu jujur pada perasaannya lebih dulu.

"Sebelum semuanya terlambat, gue saranin lo mantapin hati lo buat seseorang yang nantinya akan menemani di sisa hidup lo" saran Ali bijak.

"Gue takut mutusin Saskia, nyokap sakit."

"Dan lo mau nyakitin hati lo sama Saskia gitu?"

Bayu bimbang, ingin hidup bahagia dengan cintanya tapi takut sang Mama kembali jatuh sakit.

Ingin membahagiakan Mama nya tapi hatinya yang sakit, Bayu jadi pusing tujuh keliling.

"Jujur sama Saskia Bay, sebelum semuanya terlambat."

Menepuk bahu sepupunya, menyemangatinya dalam hidup padahal dia sendiri hidupnya belum jelas.

Hubungannya dengan Prilly pun hanya pura-pura'kan? Sekarang apa hubungan mereka akan di perjelas.

"Lo juga, lo harus nikah sama Prilly. Karena gue yakin Prilly pasangan yang tepat buat lo."

"Bisa aja lo kayak peramal aja."

"Percaya deh sama gue, Tuhan nyiptain lo berdua itu buat saling melengkapi."

Menoyor kepala Bayu, bisa-bisanya dia berkata seperti itu, seolah dia tahu saja rencana Tuhan untuknya.

"Bisa ae lo bambang, lo aja bimbang siapa yang bakalan lo pilih."

Bayu meringis mendengar perkataan Ali, emang iya sih dia aja bingung nentuin pilihan.

"Yaudah deh, gue cabut dulu mau ketemu sama Saskia."

Bayu berlalu, Memikirkan perkataan Bayu tentang Tuhan menciptakan Prilly untuknya mungkinkah benar? Sebab Ali merasa hatinya nyaman berada di dekat gadis itu ya walaupun kadang dia sangat menyebalkan.

.

Bayu duduk di sebuah kursi taman, tak lama seseorang yang dia tunggu datang.

Hanya diam tanpa banyak berkata, keduanya larut dalam pikirannya masing-masing."

"Bay"

"Sas"

Keduanya menoleh, Jujur dengan perasaan mereka mungkin akan lebih baik daripada di paksakan. Melukai diri sendiri.

"Kamu duluan" mempersilahkan Saskia berkata terlebih dahulu.

Melepas cincin yang tersemat di jari manisnya, Saskia lalu memberikannya di telapak tangan Bayu.

"Aku mau jujur sama perasaan Aku, maaf selama ini aku gak pernah cinta sama kamu aku hanya menuruti perkataan orang tuaku."

Bisakah Bayu berteriak bahagia? Ternyata Saskia sama seperti dirinya dipaksa untuk bersama sedang kan hatinya untuk yang lain.

"Aku juga mau jujur sama kamu, selama ini aku gak pernah cinta sama kamu. Ada seseorang di hati aku tapi aku takut membuat Mama kecewa dan kembali jatuh sakit."

Saskia menggenggam tangan Bayu mencoba meyakinkan semuanya akan baik-baik saja.

"Kita jujur sama orang tua kita masing-masing aku yakin mereka akan mengerti."

Bayu menganggukan kepalanya, setelah itu  dia pamit pergi meninggalkan Mantan tunangannya.

Setelah kepergian Bayu air mata Saskia lolos begitu saja, Saskia sebenarnya sangat mencintai Bayu tapi Saskia tahu bukan dia yang pemuda itu cintai.

Sepupunya berhak mendapatkan kebahagiaan dan juga cinta Bayu, Saskia melakukan semua ini supaya bisa membuat Bayu sadar dengan perasaannya sendiri.

Saskia Rela menahan sakit hatinya, melihat orang yang dicintainya bahagia daripada dia harus memaksakan kehendaknya sendiri.

Dia bukanlah orang yang egois, menutup mata melihat semuanya, dia hanya ingin yang terbaik untuk semuanya meski harus dengan menyakiti hatinya sendiri.

Menyeka air matanya, Saskia mencoba ikhlas dan menjalani semuanya dengan senyuman. Tidak ada yang boleh tahu perasaannya sekarang bagaimana yang harus mereka lihat Saskia yang bahagia terlepas dari Bayu itu saja.

.

M I N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang