29

1K 125 5
                                    

Hari berlalu, dua minggu sepertinya hanya sebentar saja, pernikahan Ali dan Prilly akan berlangsung hari ini, diadakan di sebuah gedung mewah yang sangat-sangat megah.

Sebetulnya jantung Prilly tak berhenti berdebar sejak kemarin, hari ini statusnya akan berubah, dan semuanya akan di mulai dengan awalan yang baru.

Sekarang Prilly akan menjadi seorang istri, dia bukan lagi seorang putri yang akan di manja oleh kedua orang tuanya.

Prilly meremas jemari tangannya, dia gugup bahkan sangat gugup, sebentar lagi, sebentar lagi dia akan menjadi Nyonya Syarief.

Mampukah dia menyandang status itu? Bisakah dia menjalankan kehidupannya nanti? Segala pertanyaan berputar di benaknya.

"Prilly." Prilly menoleh, dia tersenyum saat Ibunya menghampiri, Ibunya mengusap bahunya pelan.

"Putri Ibu sebentar lagi akan menikah, Ibu pasti akan sangat merindukanmu."

"Aku pasti akan mengunjungi ibu"

"Prilly saat kau sudah menjadi seorang istri, patuhlah kepada suamimu."

"Iya bu, aku mengerti."

Ibu memeluk Prilly, air matanya turun dari matanya segera Ibu menghapus air matanya.

"Semoga pernikahan kalian bahagia sampai kalian dipisahkan oleh kematian."

Prilly tersenyum dalam hatinya dia bertanya mampukah pernikahannya berjalan seperti apa yang ibunya katakan? Kalau pun ya berarti Ali memanglah jodoh yang sudah di persiapkan Tuhan untuknya.

"Ayo, calon suamimu dan keluarganya sudah datang."

Prilly mengangguk, dia segera keluar dari ruangannya di dampingi oleh Ibu dan Arini. Rasanya sangat aneh, mengingat dia tidak mempunyai hubungan apapun dengan Bos nya dan sekarang dia akan menjadi istrinya.

Prilly menuruni anak tangga, Ali menatapnya tanpa berkedip. Hari ini Prilly menjadi ratu sehari, dia begitu cantik sampai Ali pangling melihatnya.

Ali terpesona, ternyata Prilly memang sangat cantik, bukan hanya wajahnya tapi hatinya pun sangat cantik.

Sampai Prilly duduk di samping Ali pun, pria itu masih tak bergeming, masih menatap Prilly.

"Bos" bisik Prilly membuat Ali sadar.

Semua orang cekikikan melihat kelakuan Ali yang sepertinya sudah tidak sabar menghalalkan Prilly, Ali berdehem menetralkan debaran jantungnya.

"Bagaimana sudah siap?" Tanya pak penghulu

Ali mengangguk mantap, dalam satu tarikan nafas Ali berhasil mengucapkan janji suci pernikahan, Ali bersorak gembira saat kata sah di ucapkan.

"Akhirnya saya nikahin kamu juga." Bisik Ali

"Pak bos apaan sih norak banget pake teriak-teriak segala."

"Saya seneng, emang gak boleh teriak?"

"Tapi Norak pak."

"Biarin, saya yang norak bukan kamu."

Keduanya saling bertukar cincin dan menandatangani berkas KUA setelah semuanya selesai keduanya melaksanakan serangkaian acara.

Sekarang acara sungkeman berlangsung, Prilly tidak bisa menahan air matanya saat sungkeman kepada kedua orang tuanya, teringat saat masih kecil dulu Prilly sering duduk di pangkuan Ibunya sekarang dia sudah memiliki kewajiban lain.

Sungkeman selesai, keduanya dan keluarga melakukan sesi foto, mengabadikan momen bahagia mereka.

Walau kenyataannya keduanya terpaksa menikah tapi dari senyumannya, keduanya tampak bahagia dan tidak ada paksaan sama sekali.

"Kamu bahagiakan nikah sama saya?" Tanya Ali di sela banyak orang yang menyalaminya.

"Kegeeran banget sih, saya coba bahagia aja." Jawab Prilly.

"Alah gak usah bohong, ngaku aja kalau kamu emang bahagia nikah sama saya."

"Aduh pak bos ini, gak mau ngalah banget sih."

"Makanya kamu iyain aja ucapan saya."

"Iya aja deh bos"

"Nah gitu dong, kalau kamu ngelawan terus saya cium."

Prilly memutar bola matanya malas, bos nya ini memang sangat menyebalkan dan juga sangat pemaksa.

"Ternyata ucapan kamu beneran Li, Nikahin sekretaris kamu sendiri." Diandra menatap Ali, ternyata memang Ali sudah melupakannya.

"Kan udah saya bilang." Jawab Ali

"Selamat ya, semoga pernikahan kalian bahagia dan semoga tidak ada pengganggu dalam hubungan kalian."

"Kan kamu pengganggunya." Sindir Prilly, Diandra hanya tersenyum, dia sudah sadar Ali tak mungkin kembali bersamanya, dia hanya harus mengikhlaskan kalau Ali tidak bisa lagi dia dapatkan.

Dia memang sudah melakukan kesalahan karena meninggalkan Ali, sekarang dia harus berlapang dada menerima semuanya.

Diandra undur diri, memang selama ini dia mendekati Ali karena hartanya tapi sekarang dia sadar dia menyayangi Ali, dan dia akan berusaha ikhlas untuk semuanya mungkin ini adalah hukuman untuknya karena sudah menyia-nyiakan cinta yang tulus padanya.

Aduhh

"Sorry"

Diandra bertubrukan dengan seseorang, Diandra mengusap air matanya yang berhasil lolos.

"Saya juga minta maaf." Diandra menatap orang itu, dia diam memperhatikan orang di depannya.

"Adam." Panggilnya, yang di sebut Adam menatapnya lekat

"Diandra."

Adam dan Diandra pernah satu fakultas, memang Diandra mengambil jurusan yang berbeda dengan Ali saat itu, dan Adam adalah teman yang selalu mendengarkan curhatannya sampai dia akhirnya memutuskan untuk pindah ke luar negeri.

"Apa kabar?" Tanya Adam

"Baik."

"Apa Ali yang sering kamu curhatkan itu Ali yang ada di pelaminan?"

"Ya, begitulah."

"Dan perempuan yang aku sering ceritakan bersanding di pelaminan."

Diandra terkejut mendengarnya, Adam memang selalu menceritakan seorang perempuan padanya tapi dia tidak tahu siapa namanya.

"Kita senasib."

"Ya, tapi aku ikhlas melihat dia bahagia."

Adam memperhatikan senyum bahagia Prilly, ada rasa sakit melihat dia bahagia bersama dengan orang lain, tapi dia bisa apa? Ini adalah takdir dan Prilly bukan jodohnya.

"Aku juga berusaha mengikhlaskan Ali, ini adalah karma karena aku sudah meninggalkannya dulu."

Ya Diandra sadar, kesalahannya dulu memang sangat fatal. Andai saja dia tidak tergoda akan harta mungkin sekarang dia akan bahagia.

Keduanya sama-sama menghela nafas, sama-sama berusaha mengikhlaskan, sama-sama berusaha untuk melupakan, sama-sama untuk move on dan semoga mereka sama-sama di persatukan.

.

Jangan lupa Vote-nya, oh ya satu lagi jangan lupa baca cerita terbaru Aku

"Aliandra Agatha"

Yok ramaikan lapaknya.

M I N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang