33

1K 124 10
                                    

Sore yang indah, Ali membawa Prilly berjalan-jalan menyusiri pesisir pantai. Sebentar lagi Matahari akan tenggelam menambah keindahan lautan, jarang sekali Prilly bisa pergi ke pantai dan menikmatinya, dan sekarang dia akan memanjakan matanya dengan menatap keindahan ciptaan Tuhan.

"Kamu gak bosen apa liatin pantai mulu? Liatin saya aja kenapa?"

"Muka kamu bosenin." Jawab Prilly santai, matanya masih ingin berlama-lama menatap keindahan pantai dan juga sunset yang sangat indah ini, sungguh nikmat mana yang kamu dustakan? Tuhan menciptkan segalanya dengan sangat sempurna.

"Tapi saya gak bosen loh mandangin kamu" Prilly menoleh kearah Ali yang sedang menatapnya, di bandingkan dengan Prilly yang sibuk memandangi keindahan lautan dan sunset Ali justru lebih senang memandang wajah cantik Prilly, masih membekas dalam ingatannya dimana dulu dia menolak untuk mencintai sekretarisnya, tapi nyatanya sekarang perempuan yang dulu dia menolak segala nya kini menjadi istrinya, entah kapan perasaan suka itu ada tapi yang jelas kini Ali tidak ingin Prilly pergi darinya.

"Alah gombal,"

"Saya serius, kamu itu cantik jadi wajar aja kalau saya gak akan pernah bosan mandangin kamu."

Prilly hanya diam saja, menganggap perkataan Ali hanyalah bualan belaka walau kenyataannya Ali mengatakan itu memang tulus dari hatinya, Prilly masih belum bisa menerima semua nya dia masih berusaha untuk membuka hatinya meski begitu Prilly merasa Ali memang orang yang tepat untuk dirinya.

Matahari sudah terbenam sejak tadi, tapi keduanya tetap betah memandangi pantai yang gelap hanya suara deburan ombak yang terdengar dan juga beberapa lampu di tengah lautan yang berasal dari kapal para nelayan.

"Pulang yuk"

"Pulang? Kemana?"

"Ya, ke kamar hotel lah. Emang kemana lagi?"

"Saya kira pulang ke Jakarta."

"Kamu pikir kita disini sehari aja gitu? Sebelum seminggu kita akan masih stay di sini"

"Iya-iya aku tahu, lagian buat apa kita kesini cuman buat sehari aja buang-buang duitt."

"Itu kamu tahu, yuk." Ali menggandeng tangan Prilly membawanya menuju hotel tempat mereka menginap.

Ali membawa Prilly makan malan di restaurant hotel, Prilly hanya menurut saja dan makan-makanan yang sudah di siapkan Ali.

"Makanannya gak enak, enakan masakan kamu"

Hampir saja Prilly tersedak mendengar penuturan Ali, makanan hotel kalah dengan masakannya? Yang benar saja, Ali hanya mengada-ngada.

"Saya bukan mengada-ngada tapi ini kenyataan, masakan istri itu pasti jauh lebih nikmat dari masakan siapapun karena istri masaknya pake cinta."

"Kamu belajar ngegombal sama siapa? Bayu?"

"Bayu? Siapa juga yang gombal, ngomong-ngomong soal Bayu, dia sama Marsha mau nikah sebentar lagi. Sekarang mereka lagi mempersiapkan pernikahan."

"Lho bukannya Bayu sama Saskia ya?"

"Mereka udah putus karena sama-sama punya pilihan masing-masing, mereka kan di jodohkan."

"Syukurlah kalau gitu, mereka menemukan pasangan mereka."

Keduanya larut dalam makan malam ini dan sesekali berbincang-bincang membicarakan hal yang sama sekali tidak penting.

**

Arini membereskan pakaiannya kedala koper, berbekal dengan uang yang di berikan Prilly sebelum menikah dan juga uang simpanan milik ibunya Arini nekat pergi menyusul Ali dan Prilly pergi ke Lombok menggunakan penerbangan Malam.

Dia tidak boleh setengah-setengah menjalankan rencananya, apapun yang dia inginkan harus dia dapatkan bagaimana pun caranya.

"Arini kamu mau kemana?" Tanya Ibu

"Merebut apa yang harusnya jadi milik aku." Jawabnya berlalu meninggalkan Ibu nya.

"Maksud kamu apa Nak?"

"Udah deh Bu, aku mau liburan." Tukasnya, meninggalkan rumah, Ibu hanya bisa diam melihat kepergian Arini toh selama ini anak itu tidak akan pernah mau mendengarkannya, ini memang salahnya yang selalu mengabaikan dia selama ini tapi bisakan dia menghargai Ibu karena sudah membesarkannya?

Arini masuk kedalam taxi, dia sudah tahu jika dirinya bukanlah anak Ibu dan Bapak, awalnya dia tidak sengaja mendengar pembicaraan orang tuanya, jadi sebab itulah orang tuanya selalu membanding-bandingkan dia dengan Prilly karena kenyataannya dia hanyalah anak angkat yang tidak sengaja mereka temukan.

Kebencian di hatinya kian memuncak, dia akan mencari orang tua kandungnya dan membalaskan sakit hatinya selama ini karena selalu di banding-bandingkan dengan kakaknya, dia tidak peduli meski dia harus melukai hati orang tua yang sudah membesarkannya dia tetap akan melakukan apapun untuk merebut kebahagian keluarga Prilly, supaya mereka tahu bagaimana rasanya sakit hati.

Taxi yang dia naiki berhenti di Bandara, Arini membawa kopernya turun setelah memberikan ongkos kepada supir taxi, dia masuk kedalam bandara.

"Tunggu aku, kebahagianmu akan segera lenyap." Gumam Arini.

**

Pagi hari yang cerah, Ali berjalan menyusuri pesisir pantai sendirian. Sedangkan Prilly masih mandi di kamar hotel mereka, nanti setelah selesai Prilly akan menyusulnya begitu kata Prilly tadi sebelum Ali meninggalkannya.

Suasana yang cukup indah di pagi hari yang cerah, masih belum ada banyak orang di pantai ini mengingat ini masih pagi, kemungkinan orang-orang akan datang agak siangan menikmati sinar matahari untuk berjemur.

"Mas Ali," seseorang memanggilnya, Ali menoleh keasal suara dan mengernyit heran, pasalnya bukan istrinya yang memanggil tetapi orang lain yang dia kenal.

"Arini? Ngapain kamu disini?" Tanya Ali saat memastikan pandangannya kalau ini benar adik iparnya.

"Ternyata benar kamu, aku disini sedang ada kegiatan dari kampus Mas." Jawab Arini di sertai senyuman termanisnya.

"Sendirian? Teman-teman kamu mana?"

Arini gelagapan, "ah, mereka masih tidur di hotel Mas."

"Oh, kegiatan kampus apa?"

"Mm, adalah pokoknya mas. Kak Prilly dimana ya?"

"Masih di hotel, biasalah cewek kalau dandan suka lama."

Tak berapa lama orang yang di bicarakan muncul, Prilly tersenyum manis melihat suaminya dan mengenyitkan dahinya heran melihat Arini ada disini.

"Arini, ngapain di sini?"

"Kegiatan kampus kak, kebetulan banget kita ketemu disini."

"Kegiatan kampus? Uang darimana kamu kesini?"

"Ya di tanggung sama pihak kampus dong kak."

Prilly semakin bingung, biasanya jika ada acara seperti ini yang ingin ikutan harus menyiapkan dana untuk keperluan semuanya, sejak kapan pihak kampus yang menanggungnya?

"Oh, kamu sama siapa aja disini?"

"Banyak lah Kak, mereka masih pada tidur."

Prilly tak banyak bertanya lagi, di pikirannya pun adiknya tidak mungkin berbohong, sedangkan Arini dia tersenyum licik melihat kakaknya mudah di bohongi, lagian untuk apa kampus mengadakan kegiatan disini?.

Arini melihat Ali yang membawa Prilly menjauh darinya, seharusnya dia yang ada di posisi Prilly sekarang, harusnya dia yang berada di sana dan bukan Kakaknya Prilly.

"Satu persatu akan aku buat semua orang membencimu."




.

M I N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang