Aku tidak bisa menyentuhmu lagi, tetapi doa-doaku memelukmu seperti pelukan-pelukan yang pernah kutulis dalam puisi.
Begitu banyak perihal yang mengibaratkan segala tentangmu; matamu yang purnama, juga bibirmu yang puisi. Semuanya abadi dalam sebuah kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Pergimu
شِعرJika kelak kau bertanya, kemana perginya detak yang tak sempurna berwarna? atau di mana makam perasaanku yang terlahir tanpa nama? Aku jawab; langkahnya telah lama patah, usia pun tak mampu membunuhnya, ia masih di detak yang sama; rumah yang kau ti...