Suatu hari nanti kau akan kembali pada tulisan ini; tersenyum, pipi merona dan mata berkaca. Perlahan kau usap layar ponselmu, sembari berkata bahwa sebelum kita menjadi ayah ibu, pernah ada kisah dua orang gila yang mati-matian akan mimpinya. Malang semesta mematikan segala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Pergimu
PuisiJika kelak kau bertanya, kemana perginya detak yang tak sempurna berwarna? atau di mana makam perasaanku yang terlahir tanpa nama? Aku jawab; langkahnya telah lama patah, usia pun tak mampu membunuhnya, ia masih di detak yang sama; rumah yang kau ti...