Oh malam... [Changbin]

441 60 3
                                    

"Lo ngapain sih!"

"kan udah gue bilang gak usah lo ladenin taruhan itu!"

Changbin marah-marah dengan tangannya yang sibuk memakaikan ku jaket untuk menutupi tubuh ku.

"Lo tau kan tempat itu kayak gimana?!"

"Lo gak boleh masuk ke tempat itu, gak usah cari masalah deh!"

Aku sama sekali tidak marah, malah sebaliknya.

Aku senang... senang dia mempedulikan ku. 

Changbin berdecak dan mengacak rambutnya.

"Lo gak apa?" Nada bicara Changbin melembut.

Aku menggeleng pelan.

"Maaf, gue telat dateng, gue gak tau lo akan tanggepin taruhan itu dengan serius."

"Lagi pula, lo punya otak kan?! setidaknya lo belajar bela diri dulu atau apalah supaya lo bisa hajar temen-temen gue yang brengsek itu!" 

Changbin kembali berapi-api.

"Mana sempat," sahut ku yang membuat Changbin melotot.

"Gue telpon Yena aja, supaya lo lebih nyaman," ucap Changbin yang sudah menempelkan layar Hp di telinga kirinya.

Aku hanya diam.

Aku masih memikirkan kejadian beberapa menit yang lalu, kejadian itu masih tergambar sangat jelas di benak ku.

Sungguh mengerikan dan aku sangat takut.

Aku kalah taruhan dengan Changbin, jujur aku sangat membenci cowok kaya yang berperilaku seenaknya pada semua orang seperti Changbin. 

Aku membenci orang kaya

tidak

aku benci karena ayah ku tega meninggalkan ibu hanya karena selingkuhannya yang kaya raya itu.

Sangat menjijikan. 

Aku tidak miskin.

Aku, ibu, dan adik perempuan ku hanya hidup sederhana.

Segala kebutuhan kami masih bisa terpenuhi dengan baik, dengan keadaan seperti itu, aku sangat bersyukur karena dengan kondisi ini aku bisa menghargai segala hal di dunia ini.

Oh ya, balik lagi ke kejadian beberapa menit yang lalu.

Changbin meminta ku untuk mendatanginya di club malam dengan pakaian sebagaimana nuansa club malam itu.

Awalnya aku sangat percaya diri  menang taruhan karena aku cukup jago bermain basket namun Changbin itu cerdas sehingga aku kalah.

Tentu, aku tidak ingin Changbin menganggap ku remeh dengan tidak menepati kesepakatan.

Jadi, aku memutuskan untuk datang dan itu pertama kalinya untuk ku.

Bukannya bertemu Changbin aku malah bertemu lelaki berhidung belang dan teman-teman Changbin yang brengsek itu. 

Aku sangat takut, tubuh ku bergetar, aku ingin teriak dan menangis tapi bibir ku kelu, untungnya Changbin segera datang.

Lalu ia menghajar teman-temannya dan membawa ku keluar dari club. 

Changbin melihat ku yang duduk di kursi masih diam dan menunduk.

Ia segera mengambil sebuah kain di dalam mobilnya yang letaknya tak jauh dari keberadaan ku lalu menutupi bagian bawah tubuh ku yang terekspos. 

Beberapa menit setelah aku dan Changbin sama-sama terdiam, seseorang meneriakan nama ku.

"Y/n! lo gak apa kan?" tanya Yena khawatir.

Stray Kids Imagine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang