Setahun tujuh bulan telah berlalu..
Kini menginjak bulan kedelapan.
Perasaan ini masih sama, semua rasa bersalah terus menghantui ku..
Ada 2 kata yang selalu aku ucapkan, hampir setiap hari, yaitu
Andai saja... aku tidak menetap, andai saja... aku tidak menuruti kata-katanya, andai saja... pada saat itu keberanian ku lebih besar daripada rasa takut.
Andai saja...
Dua kata yang melambangkan penyesalan, bagi ku.
Semenjak kepergian adik ku, ada sosok di dalam diriku yang juga ikut pergi..
Adik ku yang selalu mengatakan bahwa ia baik-baik saja, dia ingin aku melanjutkan pendidikan di Amerika, dan aku yang tidak berani menentang keputusan orang tua ku.
Semua hal itu sudah aku lakukan, namun apa yang aku dapat?
Sebuah kabar mengerikan yang tidak pernah aku bayangkan.
Aku kehilangan adik ku, tepat setahun tujuh bulan yang lalu.
Adik ku yang berlagak kuat, padahal dia sangat ketakutan.
Kasus pembullyan yang berujung nahas, untuk apa sekolah elite kalau manusia di dalamnya seperti sampah?
Air mata ku kembali menetes membasahi pipi mulus ku.
Seseorang tiba-tiba saja menangkup wajah ku dan menghapus air mata itu.
"Jangan diinget terus, sayang," ujarnya.
Aku menepis tangan Seungmin.
Aku tidak bisa menahan rasa sedih ku yang sudah tertanam cukup dalam ini.
"Ini semua salah ku, aku yang salah min," lirih ku sembari terisak.
Aku menutup kedua mata ku dengan telapak tangan, air mata mengalir tanpa henti.
"Adik ku masih muda min, kenapa.. kenapa dia harus pergi di usia yang seharusnya dia bisa bersenang senang sama temen-temannya atau lagi berjuang kejar impiannya."
"Kenapa min?!"
"Orang tua ku bahkan gak pernah ikut serta dalam kesulitan hidup adik ku di dunia yang kejam ini."
"atau sekedar nanya, apa dia baik baik aja? gimana di sekolah? apa kabar? gak! mereka gak pernah tanya itu."
"Kenapa aku gak ngelindungin dia sampai akhir!" teriak ku marah.
Dada ku terasa sangat sesak, kejadian itu tidak pernah bisa aku lupakan, penyesalan itu tidak pernah lepas dari diriku dan kesalahan ku tidak akan pernah bisa aku maafkan.
Seungmin segera menghapus buliran air mata yang hampir jatuh dari pelupuk matanya, ia menarik napas dalam dan menghembuskan perlahan.
Berikutnya ia menarik ku kedalam pelukannya, ia menepuk dan mengelus punggung ku bermaksud memberi kehangatan sekaligus ketenangan.
Tangisan ku semakin menjadi jadi, aku sangat membenci diriku yang tidak bisa melindungi salah satu harta berharga di hidup ku.
Ku remas baju Seungmin untuk menahan dada ku yang terasa sesak.
Takut, marah, sedih, kesal, semua emosi itu bercampur aduk hingga tidak bisa aku definisikan bagaimana perasaan ku saat ini.
Aku tahu, adikku tidak sekuat itu, walau ia masih bisa menahan semuanya tapi ia tetap memerlukan seseorang di sisinya.
Seorang gadis berusia 16 tahun, adik yang selalu tersenyum ceria di depan ku, ternyata menyimpan banyak luka yang baru aku ketahui setelah aku melihat memar di bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stray Kids Imagine ✔
Fanfiction[Tahap Revisi] Beberapa Chapter akan di-unpublish karena masih dalam proses revisi. Kisah random anak nyasar . Develop our Imagination Dibaca aja dulu, siapa tau nyantol. . . Stray Kids x You #4 on Stay (020721) #12 on Yang Jeongin #18 on Kim Seun...