Lee Know

646 74 5
                                    

Berulang kali Lino menghembuskan napas berat.

Melihat adiknya yang selalu pulang malam membuatnya risih.

"Lo ngapain sih baru pulang jam segini? ini udah jam sebelas malem tau."

"Makanya gw bilang, kunci rumah biar gw bawa satu. Lo gak usah capek-capek nungguin gw," sahut ku.

"Gak mau lah, pokoknya lo gak boleh pulang larut malem gini! Gue aduin juga lo ke mama sama papa!" ancam Lino.

"Whatever!"

"Dek! uang jajan lo gw potong!"

"Lah! siapa ya? yang kasih gw uang kan papa bukan lo!"

"Ya tinggal gw laporin papa lah!"

"Bodo!"

Itulah pertengkaran kecil antara kak Lino dan aku yang tidak pernah mau menurut padanya.

Capek nurut kak Lino dari dulu sampai tahun lalu, udah selama 13 tahun aku nurut sejak aku berusia 5 tahun.


---

"Dek! bangun udah pagi! punya adek cewek males banget!" teriak Lino di depan pintu kamar.

"y/n! bangun oyy! buatin gw sarapan kek!"

Aku menggelengkan kepala kesal lalu menutup kedua telinga ku dengan bantal.

"y/n! bangunnnn!" teriak kak Lino seraya menggedor pintu kamarku berulang kali.

Rasanya ingin sekali berteriak di depan wajahnya namun aku masih sadar dia kakak ku, kakak angkat ku.

Kedua orang tua ku mengadopsi kak Lino sebagai pemancing agar ibu ku bisa hamil, dan lahirlah aku.

Sejak aku mengetahui kebenaran itu, aku merasa bahwa aku tidak harus menurut padanya karena kita tidak memiliki hubungan darah.

Cklek

Aku membuka daun pintu kamar dengan kasar, tatapan kesal ku melembut saat melihat wajah kak Lino.

"Akhirnya, bangun juga," ujarnya disertai kekehan kecil.

"Lo kenapa?" tanya ku pelan.

"Kenapa apanya? buatin sarapan sana."

"Lo sakit? muka lo pucat," ujar ku tanpa menggubris permintaannya.

Kak Lino memalingkan wajah, ia menghindari kontak mata dengan ku. 

"Ok gue buatin sarapan, lo duduk manis aja."

Aku segera turun menuju dapur dan membuatkan kak Lino bubur ayam, resep yang biasa diajarkan mama ku.

Berulang kali aku berpikir, kak Lino sakit tapi masih cukup bertenang untuk teriak-teriak dan menggedor pintu kamar ku.

Namun, aku tidak mau ambil pusing, aku membuat sarapan bubur untuk kak Lino dengan sepenuh hati.

"Nih, dimakan," ucap ku lalu memberikan nampan berisi semangkuk bubur ayam, segelas air mineral dan sebuah vitamin.

Kak Lino membenarkan posisi duduknya, "Biar gue aja deh." Aku mengambil alih sendok di tangan kak Lino lalu menyuapinya bubur hingga habis.

"Kalau sakit itu bilang, gak usah emosi," ucap ku seraya meletakan mangkuk diatas nampan.

"Lo marah karena gw gak kasih tau lo ya?" tanya kak Lino.

Aku mendengus.

"Lo bakal menghindar dan gak anggep gw kakak lagi?"

"Bawel."

Aku dapat mendengar kak Lino menghela napas.

"Lo akan balik ke ortu lo?" tanya ku.

"Iya, makanya lo jangan pulang malem terus. Nanti yang jagain lo siapa kalau bukan gw?"

"Ya gw lah," sahut ku.

"Makasih sarapannya," ucap kak Lino seraya bangkit dari duduknya.

"Kak," panggil ku.

"Apa?" kak Lino menoleh.

"Gimana pun, kakak itu tetap kakak gw. Jangan gak akuin gw adek lo ya," ujar ku.

Kak Lino terkekeh, "Sini."

"Ngapain?" tanya ku sambil mengerutkan dahi.

"Sini aja dulu."

Aku bangkit dan berdiri di depan kak Lino.

Pletakk

"Aww!" pekik ku.

Kak Lino baru saja menyentil dahi ku cukup keras hingga aku kesakitan sekarang.

"Ya kali gw gak akuin lo!" seru kak Lino lalu ia mengacak rambut ku gemas, aku yang sebal hanya bisa menghela napas berat dan membiarkan dia yang terus mengacak rambut ku.


...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Punya kakak kayak Lino sepertinya rada nyebelin tapi sayang, gimana yaa hm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Punya kakak kayak Lino sepertinya rada nyebelin tapi sayang, gimana yaa hm...

Stray Kids Imagine ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang