Jennie POVHuhhhh.. akhirnya aku menghirup udara di negara ini lagi. Aku telah kembali ke Indonesia, saat ini aku tengah menuju rumah pacarku.
Selama pertengkaran lima hari yang lalu, kami tidak pernah lagi bertukar kabar. Dia tidak pernah mau ku hubungi, bahkan ponselnya tidak pernah aktif lagi. Aku mengunjunginya untuk menyelesaikan masalah kemarin, aku tidak ingin kehilangannya.
Tak terasa aku sudah sampai di rumahnya. Segera ku tekan bel rumahnya dan beberapa saat pintu terbuka.
"Jennie!" Ujar kak Krystal terkejut karena melihatku berada disini.
"Kapan kamu kembali?" Tanyanya sembari menpersilahkanku masuk.
"Baru aja sampe.. lisa ada kan kak?"
"Ada.. dia dikamar. Tunggu dulu, kalian berantem ya?" Selidiknya.
"Ada sedikit salah paham kak" jawabku.
"Dia nggak pernah keluar dari kamarnya lima hari ini jen, makan pun harus diantar ke kamarnya. Tiap ditanya dia kenapa nggak pernah mau jawab.. Sebenarnya masalah kalian itu apa?"
Kali ini dia menatapku lekat-lekat mencari sebuah jawaban. Aku bingung harus menjawab seperti apa.
"Baiklah apapun masalah kalian, cepat selesain yah, aku nggak tega ngeliat lisa murung seperti ini, untung mama sama papa lagi dirumah nenek"
"J-jadi mama sama papa nggak tau lisa kayak gini kak?" Jujur aku sangat gugup saat ini.
"Nggak jen, aku malah nggak tega kalo mereka tau, makanya aku sampe ninggalin kerjaanku diluar kota buat ngrawat dia pas seulgi ngabarin malem itu" ucapnya sendu membuatku semakin bersalah.
"Maafin jennie ya kak.." dia malah tersenyum menatapku.
"Nggak papa jen, kakak yakin ini cuma salah paham aja karena kalian lagi jauhan juga kan kemaren" senyumnya sangat tulus, bagaimana bisa aku mengecewakan keluarga pacarku sendiri.
"Jennie boleh temuin lisa kak?" Tanyaku gugup. Dia tersenyum dan menepuk bahuku.
"Temuin aja.. selesain masalah kalian" aku mengangguk lalu menuju kamar kekasihku.
Ku buka pintu kamarnya dan.. Ya Tuhan ini sangat berantakan. Botol minuman dan puntung rokok berserakan dimana-mana, beberapa bungkus rokok diatas nakas yang aku yakin itu sudah habis isinya, Astaga kekasihku sangat hancur.
Aku melihatnya, dia duduk di depan jendela sembari menyesap rokok dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya memegang botol vodka.
Aku menghampirinya, bau rokok dan minuman menyengat di indra penciumanku, dia belum menyadari keberadaanku yang kini mematung di belakangnya.
"Lisa nggak mau makan kak.." ucapnya lemah dan serak, sepertinya dia mengira aku adalah kak Krystal.
Aku menempelkan tubuhku dengan punggungnya, ku peluk dia dari belakang, ku sandarkan kepalaku di bahu belakangnya dan ku hirup aromanya dalam-dalam. Oh Tuhan.. aku sangat merindukan wangi tubuhnya.
"Sejak kapan kak ital pakai parfumnya jennie?" Ucapnya yang enggan menolehkan wajahnya.
"Makasih kak.. seenggaknya rinduku ke dia bisa sedikit terobati" lanjutnya yang saat ini mengusap tanganku yang berada di perut datarnya.
Dia masih merindukanku? Bahkan setelah aku menyakitinya dia masih mengharapkanku, aku tidak bisa membendungnya lagi, air mataku menetes membasahi punggungnya yang hanya mengenakan kaos.
"Uh? Kak ital nangis?"
Dengan sigap dia membalikkan tubuhnya, dia terkejut lantas menatapku datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories | Completed
Teen Fiction"Ini adalah sebuah perjalanan, dan kamu adalah persinggahan" -Lisa "Ini adalah yang pertama, dan semoga tidak ada yang berikutnya" - Jennie Pernahkah kalian sadari. Orang yang kau suka saat umur 16 tahun, akan berdampak pada hidupmu selamanya. Warn...