Lisa POV
Seminggu berlalu dan Jennie masih mendiamkanku, di apartemen pun jarang, kami hanya akan bertemu saat pagi dan menjelang tidur. Dia lebih sering menemani Yoonsol untuk pemulihannya, yah.. aku paham dia masih marah padaku, tapi bisakah sisakan waktu sedikit saja untukku? Aku juga butuh perhatiannya. Ini bukan berarti aku tak menyukai perhatian lebihnya kepada Yoonsol, tidak, dia perlu melakukan itu setidaknya sampai sahabatnya itu benar-benar pulih. Tapi ayolah.. seminggu dia mendiamiku dan lebih memilih bersama orang lain tanpa mempedulikanku membuatku sedikit takut dan cemburu, aku takut dia meninggalkanku dan lebih memilih Yoonsol karena dia berfikir aku yang tak mau berjuang untuknya. Ah ini hanya pemikiran negatifku yang berlebihan.
"Khamsahamnida.."
Rosie menghampiriku dengan dua buah daging ayam tusukan ditangannya, dia bilang itu adalah sate Korea. Kami sedang berada di Hongdae street food. Aku bertemu dengannya siang tadi dan mengeluhkan Jennie kepadanya, dia mencoba mengerti posisi kami, lalu mengajakku untuk mengenalkan Korea, ah tidak, aku yang meminta karena sebenarnya dia sedang sibuk dengan sebuah kasus.
"Otte?" Tanyanya setelah melihat aku mengunyah jajanan ini.
"Emm.." aku mengangguk tersenyum memberikan respon, ini enak.. tak begitu buruk, karena jujur aku bukan tipe orang yang bisa menilai makanan, jika aku diberi makanan yang bisa dimakan aku akan mengatakan itu enak. Tapi jika itu masakan Jennie, aku akan mengatakan sangat enak, karena aku tak pernah menemukan kecacatan di masakannya, selalu sesuai seleraku.
Aku mengamati jalanan Hongdae yang cukup ramai orang berlalu lalang. Langit terlihat jingga karena sebentar lagi gelap, aku mengambil kamera di leherku lalu membidik beberapa pedagang street food yang sedang melayani pembeli. Sementara aku sibuk dengan kameraku, Rosie mengambil video dari ponselnya lalu mengarahkan kepadaku.
"Lisa.." panggilnya dan aku menoleh, tersenyum menatap kamera di ponsel Rosie yang mengambil videoku.
"Kemana lagi sekarang?" Tanyanya setelah menyimpan ponselnya.
"Sebenarnya aku penasaran dengan teokbokki" ujarku, aku benar-benar penasaran dengan jajanan itu sejak lama, hampir sebulan aku berada disini tapi Jennie selalu melarangku untuk mencicipi makanan itu, dia bilang itu sangat pedas dan kalian tau sendiri bagaimana dia memperhatikan pola makanku.
"Ah.. aku punya rekomendasi kedai teokbokki terenak, kau pasti suka" aku berbinar mendengarnya, tapi kemudian Rosie menatapku heran.
"Yaa berapa lama kau disini? Bahkan kedai teokbokki dimana-mana tapi kau belum pernah merasakannya?" Ujarnya.
"Jennie selalu melarangku kau tau.."
"Wae?"
"Dia bilang itu sangat pedas, tak baik untuk--"
"Ah yasudah tak jadi saja" potongnya membuatku kecewa.
"Oci ayolah.. aku hanya ingin mencobanya saja, janji tak akan makan banyak"
"Ck.. jika jennie saja melarangmu, aku tak mau mengambil resiko" ujarnya namun terlihat sedikit kasihan padaku. Aku semakin memperlihatkan raut kecewaku padanya, Rosie menatapku iba.
"Ssshh.. baiklah, tapi kau hanya boleh mencobanya saja" ujarnya yang membuatku kembali bersemangat.
"Arasseo.."
Kami sedang berada di kedai teokbokki. Sedari tadi aku tak henti memakan jajanan ini, kuahnya memang sangat pedas, tapi ini enak dan sesuai seleraku, aku tak menyangka teokbokki seenak ini, ini akan menjadi makanan Korea favoritku.
"Yaa lalisa.. gemanhae, kau sudah terlalu banyak makan" Rosie sedari tadi menghentikanku, dan aku tak menggubrisnya, ini enak.. kenapa aku harus berhenti makan, aku akan menghabiskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories | Completed
Genç Kurgu"Ini adalah sebuah perjalanan, dan kamu adalah persinggahan" -Lisa "Ini adalah yang pertama, dan semoga tidak ada yang berikutnya" - Jennie Pernahkah kalian sadari. Orang yang kau suka saat umur 16 tahun, akan berdampak pada hidupmu selamanya. Warn...