16.30"Bagaimana dokter?"
"Daehan tak apa, anklenya hanya terkilir, saya akan memberikan resep untuk meredakan nyerinya" ujar Jennie sembari tersenyum manis menatap pasien dan walinya.
"Apa daehan bisa bermain bola lagi dokter?" Tanya seorang anak yang masih berumur 8 tahun tersebut. Jennie tersenyum mengusap kepala bocah tersebut.
"Tentu saja.. daehan bisa bermain bola nanti ne saat kakinya sudah benar-benar sembuh, untuk saat ini daehan hanya perlu banyak istirahat.. arasseo?" Ujar Jennie lembut dan berhati-hati agar tak menyakiti bocah tersebut. Daehan tersenyum memamerkan giginya dan mengangguk mengerti.
"Arasseo dokter cantik.. ah apa daehan bisa bertemu dengan dokter cantik lagi nanti?" Tanyanya bersemangat.
"Daehan bisa datang tiga hari lagi jika kakinya belum sembuh" ujar Jennie membuat Daehan tersenyum senang.
"Jja.. ini resepnya, ingat jangan bermain bola dulu, makan teratur dan minum obatnya" ujar Jennie sembari memberikan secarik kertas kepada wali Daehan dan mendapat anggukan semangat dari bocah tersebut.
"Khamsahamnida dokter, kami permisi dulu" ujar ibu Daehan sembari membungkuk kemudian membantu anaknya yang berjalan dengan tongkatnya.
"Khamsahamnida dokter, sampai jumpa.." ujar Daehan.
Jennie membalas dengan tersenyum sembari membungkuk.
Jennie menghembuskan nafasnya dan menyandarkan punggungnya di kursi. Selepas kejadian pagi tadi Jennie langsung menuju rumah sakit setelah mengantar Lisa pulang ke apartemennya. Jennie menitipkan Lisa pada Lia, sedikit cemburu memang, tapi setidaknya masih ada yang bisa diandalkan dari sekertaris Lisa itu.
"J.." Jennie terkesiap mendapati Jiwon tiba-tiba memasuki ruangannya.
"Ck.. bisakah mengetuk pintunya dulu? Kau membuatku kaget" Dokter wanita itu hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal melihat Jennie mengomel.
"Ah kau sudah tak memiliki pasien lagi?" Tanya Jiwon ketika mengingat tujuannya. Jennie menggeleng sembari menatapnya.
"Ada apa?" Tanyanya. Jiwon menghembuskan nafasnya.
"Mianhae J.. kau mendapat masalah" ujarnya.
"Apa maksudmu?"
"Pergilah ke UGD, kau akan menemukannya.. aku pulang dulu my partner. Fighting!!" Ujar Jiwon kemudian berlalu meninggalkan ruangan Jennie.
Jennie bingung dengan pernyataan sahabatnya itu, dia mengambil ponselnya lalu beranjak menuju UGD untuk mengetahui apa maksud yang dikatakan Jiwon padanya.
Sesampainya di UGD Jennie terkesiap mendapati Yoonsol yang terkulai di brankar dengan berbagai luka lebam di wajahnya. Jennie menghampirinya dengan tergesa.
"Sol-a, apa yang terjadi?" Tanya Jennie namun hanya mendapat jawaban rintihan dari wanita yang tengah meringkuk di ranjangnya sembari memegangi bagian perut atasnya.
Jennie berbalik mendapati suster Nam yang baru saja datang entah darimana.
"Suster nam, apa yang terjadi?" Tanyanya.
"Ah dokter J.. dia terlibat perkelahian di bar, dokter song-hwa sudah mengambil CT-scan dan rusuknya patah, kami akan mempersiapkan operasinya" ujar suster Nam menjelaskan.
"Suster nam, masukkan aku ke list operasinya" ujar Jennie kemudian mendapat anggukan dan senyuman dari suster Nam.
"Sol-a, jangan membungkuk, berbaringlah dengan benar" ujar Jennie seraya membenarkan posisi tubuh Yoonsol agar berbaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories | Completed
Novela Juvenil"Ini adalah sebuah perjalanan, dan kamu adalah persinggahan" -Lisa "Ini adalah yang pertama, dan semoga tidak ada yang berikutnya" - Jennie Pernahkah kalian sadari. Orang yang kau suka saat umur 16 tahun, akan berdampak pada hidupmu selamanya. Warn...