Kedua manusia yang tengah duduk bersebarangan di sofa ruang tamu itu hanya diam, sesekali Lisa meneguk whiskey nya dan menatap datar wanita di depannya itu."Huhhhh.. c'mon sampai kapan kau akan menatapku seperti itu?" Akhirnya salah satu dari mereka membuka suaranya, mencoba menghilangkan kecanggungan diantara keduanya.
"Kau membawa rokok?" Tanya Lisa yang mengabaikan pertanyaannya.
"Kau waras bertanya seperti itu padaku? Kau tau aku tak pernah merokok jinja.."
"Ah mianhae aku lupa.."
"Lagi pula apa kau lupa sedang berada dimana? Kau ingin jennie mencekikmu? Cari mati rupanya"
"Yaa.. kim jisoo kau cerewet sekali sih, aku sedang pusing kau tau!" Lisa kembali meneguk whiskey nya, Jisoo yang melihatnya pun merebut botol yang sudah bampir kosong itu darinya.
"Sudah.. nanti kau mabuk pabo!"
"Ck.. cepat katakan apa yang kau lakukan disini? Ah ani, sejak kapan kau tau apartemen jennie?" Lisa menatap Jisoo sinis, sedangkan yang ditatap sedikit gugup. Jisoo menelan ludahnya menatap Lisa, dia harus menjelaskan semuanya
"Huhhhh.. baiklah, dengarkan baik-baik dan jangan menyelaku" Jisoo akhirnya membuka suara, sedangkan Lisa masih menatapnya datar.
"Sebelumnya aku ingin meminta maaf, mianhae lisa-ya.. aku sempat membencimu karena kau yang mencampakkan jennie. Kau tau, aku yang selalu menjadi tempat dia bercerita, bahkan aku tau semuanya tentang kalian, tentang songkang hingga nancy.."
"Lalu hanya karna alasan itu kau membenciku dan menghalangiku untuk mengejar jennie waktu itu? Kau tau aku ingin kembali memperjuangkannya dan kau yang menggagalkannya, kau bilang jennie akan kembali dalam waktu dekat namun apa?! Dia tak pernah kembali" Lisa mencoba menahan emosinya, namun efek alkohol membuatnya tak terkontrol dan memarahi sahabatnya itu.
"Ani.. aku punya alasan yang kuat untuk membencimu dan melakukan itu padamu" ujar Jisoo, Lisa menoleh menatapnya meminta jawaban.
"Aku mencintai jennie.." sontak Lisa menatapnya nyalang, dia kaget tentu saja. Namun sesaat kemudian dia terkekeh.
"Yaa kim jisoo, aku tak butuh bualanmu.."
"Aku mencintainya jauh sebelum dia mengenalmu, aku cukup sadar diri disitu karena dia tak mungkin membalas perasaanku.. aku terus menyimpan perasaanku padanya dan menukarnya dengan persahabatan, tempatnya berkeluh kesah dan membagi cerita, hingga akhirnya dia menemukanmu dan aku yang harus merelakannya untukmu. Satu yang perlu kau tau, aku tak pernah menyesal tak berterus terang padanya tentang perasaanku, menjadi orang terpercayanya dan tempat berbaginya sudah cukup untukku.. prioritasku adalah kebahagiaannya, jika itu tak dia dapat darimu, aku yang akan turun langsung menyingkirkanmu.." Lisa terdiam menatap Jisoo lekat, tak menyangka bahwa sahabatnya menyimpan perasaan terhadap kekasihnya. Ini sungguh diluar nalar, dia pikir selama ini di circle mereka hanya dia, Jennie, Seulgi, dan Irene yang menyimpang, ternyata tak menutup kemungkinan Kim Jisoo juga ikut masuk di dalamnya, dan bahkan kekasihnyalah yang menjadi alasannya. Lisa tertawa hambar memikirkannya.
"Astaga kekasihku.. banyak sekali yang menggilainya" gumamnya.
"Kau tak perlu khawatir.. aku tak akan merebut jennie darimu, justru aku kemari karena khawatir dengan hubungan kalian" sontak Lisa menatap Jisoo serius.
"Apa maksudmu?"
"Aku tau daddy tak memberikan restu pada kalian" Lisa terkejut, sejauh mana Jisoo mengetahui semuanya, bahkan baru tadi siang perdebatan itu terjadi.
"Yaa.. apa saja yang kau tau? Kau benar-benar menakutkan kim jisoo" Tanya Lisa dengan suara rendahnya, dia benar-benar serius kali ini.
"Semuanya.. bahkan perdebatan kalian tadi siang aku tau, itulah kenapa aku berada disini sekarang" Lisa semakin dibuat tercengang dengan pernyataan Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories | Completed
Teen Fiction"Ini adalah sebuah perjalanan, dan kamu adalah persinggahan" -Lisa "Ini adalah yang pertama, dan semoga tidak ada yang berikutnya" - Jennie Pernahkah kalian sadari. Orang yang kau suka saat umur 16 tahun, akan berdampak pada hidupmu selamanya. Warn...