29. Rasa Kita

677 86 61
                                    

Tidak ada yang Rio pikirkan selain Ify. Tidak ada tempat yang  bisa Rio tuju selain ingin bertemu dengan Ify. Tidak ada hal yang ingin Rio lakukan selain ingin memeluk Ify. Hanya Ify. Rio hanya menginginkan Ify. Bukan siapapun. Rio hanya ingin Ify-nya kembali. Ify-nya yang dulu mencintainya. Bersikap manja padanya dan selalu mengandalkan dirinya.

Sungguh! Benarkah keinginan Rio itu sangat sulit untuk terkabul saat ini? Benarkah dia harus rela melepas semua kenangan masa lalunya? Benarkah kisahnya bersama Ify tidak akan bisa di mulai lagi? Benarkah?

Rio menunduk menatap ujung sepatunya yang sedikit berdebu. Berdiri seraya menyandarkan pantatnya di kap mobil. Rio berusaha mengendalikan perasaan rindu yang setiap detiknya semakin kuat. Perasaan ingin memaksa dan mendekap Ify agar bersedia menerimanya lagi. Perasaan egois itu tak pernah berhenti mengganggu pikiran Rio hingga membuatnya sampai di tempat ini. Tempat di mana dia bisa mewujudkan keinginannya. Melampiaskan rasa rindunya dan menjadikan keegoisannya menjadi nyata.

Setelah mengetahui semua fakta dari Cakka beberapa hari yang lalu, setiap hari setiap pulang dari kantor, Rio selalu ke tempat ini. Dengan jarak cukup jauh. Ya, katakan saja Rio pengecut. Tapi, dia juga butuh waktu untuk menatap sendiri perasaannya yang sedang amat teramat berantakan. Belum lagi, Rio harus menguatkan hati dan mentalnya jika saja Ify masih enggan untuk menerimanya lagi.

"Rio?"

Suara itu terdengar pelan. Namun nada kaget itu cukup membuat Rio tersenyum kecil lalu mendongak.

 Namun nada kaget itu cukup membuat Rio tersenyum kecil lalu mendongak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai." Rio membuka suaranya dengan menyapa.

Sementara Ify yang baru jalan beberapa langkah dari salon masih di liputi perasaan tak percaya bisa melihat Rio duduk di atas mobilnya yang terparkir tak jauh di halaman tempatnya bekerja.

Ify tak tahu harus bersikap bagaimana. Rasa menyerahnya beberapa hari lalu membuat Ify sulit untuk berpura-pura saat ini. Melihat orang yang beberapa hari ini menguasai pikirannya. Memenui perasaan rindunya. Membuat pertahanan Ify yang sudah ia bangun dengan kuat kini runtuh secara perlahan.

"Aku tahu semuanya." Hampir terdengar seperti bisikan karena Rio mengatakan kalimat itu sambil menunduk. Rio bahkan terdengar seperti menahan tangisnya yang ingin tumpah.

Sementara Ify yang masih mendengar ucapan Rio, semakin terdiam di tempatnya berdiri. Kedua tangannya reflek mencengkeram tas punggungnya. Kakinya bergerak mundur secara perlahan. Kepalanya menggeleng pelan dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Please!" Rio mendongak dengan wajahnya berurai air mata. "Ijinin aku buat tanggung jawab atas hidup kamu." Lanjut Rio memohon. Memohon dengan wajahnya yang terlihat kesakitan dan tersiksa.

Ify masih menggelengkan kepalanya. Masih tidak percaya jika Rio akhirnya mengetahui semuanya. Rio akhirnya tahu semua penderitaannya. Tidak! Tidak bisa begini. Rio tidak boleh tahu semua hal buruk tentangnya.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang