16. Tentang Aku dan Kamu

725 100 36
                                    

Tiga tahun kemudian

Happy birthday to you
Happy birthday to you
Happy birthday
Happy birthday
Happy birthday honey

Suara lembut itu membuat seorang pemuda yang baru menginjak usia dua puluh lima tahun tersenyum menatap tunangannya. Dia tidak menyangka jika akan mendapat kejutan di usianya yang sudah seperempat abad. Terlebih dari tunangannya yang sedang sibuk mengurus tugas kuliahnya. Dia bahkan lupa jika hari ini adalah hari ulang tahunnya karena sibuk bekerja.

Rio lantas bangkit dari kursi kerjanya. Lalu berjalan mendekat menuju seorang gadis yang berstatus sebagai tunangannya sejak dua tahun lalu.

"Makasih, sayang." Ujar Rio seraya memeluk lalu mencium kening tunangannya.

"Make a wish dulu dong." Seru gadis itu penuh semangat. Seraya menyuruhkan kue tart dengan hiasan lilin angka 25 ke arah Rio. Pemuda yang sudah ia cintai sejak mereka bertemu. Ya, siapa yang bisa menolak pesona Rio?

Rio memejamkan matanya sejenak kemudian meniup lilin itu hingga padam.

"Yay! Selamat ulang tahun sayang. Semoga panjang umur dan makin sayang sama aku."

"Amin." Sahut Rio kalem. Mengusap rambut gadisnya dengan sayang.

"Kangen." Gumam gadis itu seraya memeluk Rio. "Kamu sibuk banget satu bulan ini. Sering keluar kota."

"Ya, mau gimana lagi. Aku mesti banyak belajar buat nanti gantiin kakek. Sabar, ya?" Kata Rio menenangkan. Membalas pelukan kekasihnya agar tidak merajuk lagi padanya.

"Kan buat kamu juga nanti." Tambah Rio masih dengan nada tenang seraya mencium puncak kepala gadisnya.

"Buat kita." Ralat gadis bertubuh mungil itu. Berada dalam pelukan Rio membuatnya tenggelam hingga terasa hangat dan nyaman. Dia sangat suka berada dalam pelukan pemuda ini. Ibarat kata, jika dia sedang dalam keadaan lelah ataupun frustasi, pelukan Rio mampu menenangkannya. Itulah kenapa dia begitu merasa tergantung pada tunangannya ini.

"Hem, buat kita." Sahut Rio dengan pandangan menerawang.

"Kamu besok ada waktu luang, nggak?" tanyanya mendongak.

Rio melepas pelukannya dan menunduk kecil. "Kenapa?"

"Anterin aku ke kampus."

Rio menaikkan sebelah alisnya. "Emh coba aku pikir dulu."

"Ih kan, sehari aja masa nggak bisa, sih? Kamu kan bosnya."

Rio tertawa kecil. Jika tunangannya sudah protes seperti ini, itu selalu menjadi hiburan untuk Rio. Dia lantas menyentil hidung kekasihnya dengan gemas. "Justru bos harus kasih contoh yang baik buat bawahannya."

"Tapi kan-"

Rio terkekeh. "Iya-iya. Besok aku anterin deh."

"Beneran, ya? Kamu udah janji, ya? Nggak boleh di tarik lagi."

Rio mengangguk seraya menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga kekasihnya. "Iya. Janji."

"Tunggu deh aku punya sesuatu buat kamu."

Rio memiringkan kepalanya, memperhatikan tunangannya yang tampak mengambil sesuatu dari dalam tas selempangnya.

"Jangan ngintip. Tutup mata!" serunya nyaring. Rio tidak ingin membantah dan langsung menurut saja.

"Taraaa open your eyes!."

Rio perlahan membuka matanya dan melihat apa yang ada di hadapannya dengan wajah kaget.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang