2. Ingin Mengenal

1.5K 112 33
                                    

Kegiatan Rio sehari-harinya adalah membaca dan mencari refrensi buku di perpustakaan kampus. Seperti hari ini juga Rio tampak serius menatap laptopnya. Sudah dua minggu dia berkutat dengan skripsinya yang kini sudah sampai pada bab empat. Rio memang benar-benar ingin fokus menyelesaikan skripsinya tahun ini. Ah intinya, Rio benar-benar ingin fokus sekarang. Tentunya, Agar dia bisa segera lulus dan mencari pekerjaan yang layak. Khususnya, Rio tidak ingin membebani kedua orang tuanya lagi. Ingin pula Rio membanggakan mereka atas segala apa yang sudah di terimanya selama ini.

Rio akui, dia bukanlah anak yang selalu patuh pada nasehat papa dan mamanya. Sering kali Rio melanggar amanat papa. Tapi, jauh dalam lubuk hati Rio, dia tetap merasa ingin menjadi anak yang membanggakan kedua orang tuanya kelak. Lulus dengan nilai memuaskan. Mempunyai pekerjaan dengan gaji yang lumayan, membeli rumah kemudian menikah.

Menikah?

Rio menggeleng pelan dengan seulas senyum di bibirnya. Menikah memang selalu ada dalam daftar target hidup yang harus Rio penuhi. Selain karena memang untuk menjalankan sunnah rasul, Rio juga ingin membangun sebuah keluarga kecil dengan seseorang suatu saat nanti. Tapi, untuk saat ini, Rio tidak mau mengambil pusing akan hal itu. Fokus saja apa yang ada di depannya saat ini.

Rio yang semula reflek mendongak, kini sepenuhnya terpaku pada pemandangan di hadapannya. Ke sepuluh jarinya yang semula begerak di atas keybord secara otomatis berhenti.

"Hem. Fokus dengan apa yang ada di depan." Gumam Rio terkekeh kecil. Menyimpan filenya kemudian mematikap laptopnya dan memasukkan ke dalam ransel. Rio lantas bangkit seraya mencagklokkan ransel di sisi bahu kanannya.

Seperti kalu itu, dua minggu lalu, kaki Rio bergerak tanpa bisa ia hentikan ketika melihat gadis yang mampu mencuri perhatiannya akhir-akhir ini. Rio memang sengaja tidak lagi mencari tahu tentang Ify. Karena dia memang ingin fokus pada tugas akhirnya. Tapi, jika takdir menghendaki mereka bertemu, Rio tidak akan punya daya untuk menolak.

"Hai." Sapaan umum yang pasti akan bersambut.

Ify menoleh. Berpaling dari buku bacaannya. Gadis itu tampak kaget begitu tahu yang menyapanya adalah Rio. Pemuda itu bahkan sudah duduk di sampingnya.

"Hai." Balas Ify tersenyum ramah.

"Inget?"

Ify mengangguk senyum.

"Alhamdulillah."

"Kenapa?" tanya Ify tersenyum geli. Reaksi tangan Rio yang bergerak mengusap dadanya terlihat lucu saja di mata Ify.

"Nggak apa-apa. Alhamdulillah aja lo masih inget sama gue."

Ify mengedikkan bahunya. "Mana mungkin lupa sama orang aneh yang tiba-tiba nyamperin terus bilang i love you-"

"I love you too." Sela Rio membuat Ify mendelik dan reflek memukul lengan Rio.

Tanda cewek berani mukul itu artinya dia nyaman. Berarti, Ify nyaman sama Rio. Haduh belum apa-apa udah GR aja si Rio. Padahal aslinya Ify mulai tidak nyaman dengan kehadiran Rio.

"Udah resmi ya, kita?"

"Resmi?"

"Iya resmi kita pacaran." Jawab Rio nyengir.

"Apaan, nggak ada." Tolak Ify tak terima. Resmi apanya? Mana ada kayak begitu jalan ceritanya. Bagi Ify, Rio itu cowok aneh yang punya penyakit modusin cewek-cewek.

Rio terkekeh lalu melihat apa yang Ify baca sedari tadi. "Calon ibu guru nih."

"Amin." Ify mengangguk seraya kembali membaca materi pelajaran dari murid les-nya.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang