11. Something Wrong

866 97 21
                                    

"Nih, Yo. Nitip buat kak Cakka, ya?"

Rio mengernyit menatap tupperware berisi makanan yang baru saja ia letakkan di jok belakang. Pagi ini, Rio menjemput Ify sekalian berangkat kerja karena Ify ada jadwal kuliah pagi juga hari ini. Selain itu, Rio juga ingin menebus kesalahannya kemarin. Dengan maksud agar hati Ify menjadi lebih baik dan tidak marah lagi padanya.

Namun, Rio justru langsung di kejutkan oleh Ify yang baru saja masuk dengan menitipkan sebuah makanan untuk siapa tadi?

"Cakka? Ngapain kamu ngasih makan ke dia?" tanya Rio terdengar heran.

"Rahasia." Ify tersenyum seraya menjulurkan lidahnya.

Rio berdecak. "Paling kamu nyogok karena sering nanya tentang aku ke dia." Tanggap Rio kemudian. Terlihat santai, tanpa beban dan menyebalkan.

"Kok kamu tahu, sih?"

Rio tertawa. "Muka kamu tuh transparan, sayang. Gampang banget kebaca."

"Apaan. Kamu aja sering nggak peka." Tembak Ify sewot.

Rio pun kicep seketika. "Kena lagi, kan, gue." Rio bergumam pelan. Melirik Ify yang sepertinya tidak mendengar. Karena gadis itu terlihat sibuk memeriksa tas punggungnya.

"Lagian, kamu, bukannya ngasih pacar sendiri juga. Belum sarapan, nih." Lanjut Rio. Seratus persen menyindir.

Ify sontak menoleh. Kemudian menepuk keningnya karena hampir saja lupa. Ify lantas mengambil sesuatu yang ia taruh di samping kakinya. "Ada juga buat kamu, kok. Nih!" Ify menyerahkan lagi paper bag yang berisi satu kotak makan nasi goreng di dalam.

"Tahu aja kamu kesukaan aku." Cengir Rio mengintip isi paper bag yang baru di terimanya.

"Iyalah. Aku kan emang perhatian sama kamu."

Rio terkekeh. "Iya, sih. Terus gimana, nih?"

"Gimana apanya?"

"Hati aku udah nggak bisa nampung cinta kamu yang udah terlalu besar keknya."

Ify menatap Rio datar.

"Heheh garing, ya?" Cengir Rio.

"Banget!"

"Ya udahlah. Intinya, aku sayang kamu. Sini cium gemes dulu." Rio mendekat seraya menarik kepala Ify. Lalu, di ciumnya kedua pipi Ify secara bergantian.

"Ada gitu, ya nama-nama cium. Baru tahu aku." Ucap Ify tersenyum geli setelah Rio melepas kepala Ify.

"Iya. Dan nama itu, aku buat khusus untuk kamu." Tanggap Rio tersenyum menyeringai. Ify menyipitkan matanya curiga jika Rio mungkin akan mengambil kesempatan.

"Mikir apa, kamu? Mau aku cium, lagi?"

"Apaan, sih. Nggak! Ya udah sebutin apa macam-macam cium menurut kamu."

"Ini-" Rio menyentuh pipi Ify dengan jari telunjuknya seraya memutar setir. Bersiap melajukan mobilnya. "Cium gemes."

Telunjuk Rio berpindah ke kening Ify. "Cium sayang." Lanjut Rio dan langsung membuat Ify tertawa.

"Ini cium cinta." Tawa Ify mereda karena ibu jari Rio yang kini beralih mengusap lembut bibirnya.

"Apaan, sih!" Sentak Ify karena salah tingkah sendiri. Tindakan Rio ini membuatnya teringat pada saat ciuman pertama mereka.

"Kalau ini cium jahil." Sambil tertawa kecil, Rio melanjutkan menyebutkan macam-macam cium menurutnya. Berakhir di hidung Ify.

"Nggak jelas banget." Ify menggeleng pelan. Kemudian membaca lagi materinya. Sementara Rio, fokus menyetir, dan sesekali ikut menyanyikan lagu yang terdengar dari saluran radio.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang