24. Sekali Lagi

937 112 29
                                    

"Oke." Detik setelahnya, tangan Ify merasa bebas. Lalu, di saat yang sama pula, Ify merasa hampa. Kehangatan genggaman Rio yang sejak tadi tidak ingin ia rasakan, hanya membekas, meninggalkan luka yang tak pernah bisa ia kendalikan.

Ify perlahan mundur dengan tubuhnya yang sedikit gemetar. Tangisnya sebisa mungkin ia tahan. Bibirnya bergetar kecil yang sedikit saja dia bergerak, isakan itu akan keluar dari mulutnya. Tapi tidak. Ify tidak akan menangis di depan Rio meski ingin sekali ia menunjukkan kerapuhannya pada laki-laki itu. Karena mungkin, jika Rio memeluknya, sakit yang selama ini tertanam bisa sedikit saja terkubur oleh kehangatan yang selalu Rio curahkan padanya. Ify menggeleng kecil, nyaris tak telihat lalu melangkah tanpa kata. Air mata Ify jatuh secara perlahan saat tubuhnya membelakangi Rio. Tidak mungkin Ify bisa merajuk. Tidak ada waktu baginya untuk melakukan hal kekanakan itu lagi. Tak akan ada lagi Rio yang mencintainya sepenuh hati. Ify menekankan hal itu dalam dirinya. Bahwa Rio bukanlah lagi miliknya. Ify harus tetap sadar tentang itu.

Ify terus memaksa kakinya untuk tetap melangkah. Memaksa kepalanya untuk tidak bergerak. Memaksa hatinya untuk tidak melemah. Memaksa egonya untuk berkuasa penuh akan semua perasannya. Dan memaksa dirinya untuk tidak goyah pada keputusan yang selama ini ia yakini. Meski air matanya tak bisa berhenti mengalir, Ify berusaha keras mengabaikan kerapuhannya.

"I miss you."

Tubuh Ify mematung. Tangisnya seketika berhenti. Jantungnya berdebar kencang. Seirama dengan denyut nyeri di hatinya. Ify enggan mengakui rasa sesak itu kian mereda. Kelegaan itu pula menghinggapinya saat sadar ada sebuah tangan kokoh melingkari bahunya. Hembusan nafas hangat di lehernya semakin menyadarkan bahwa ini adalah hal yang nyata. Tak ingin terlena, Ify berusaha begerak menjauh. Namun, tangan kanan Rio terlalu kuat mempertahankan tubuhnya agar tetap diam.

"Malam ini aja, Fy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Malam ini aja, Fy." Bisikan serak itu kembali terdengar. Rio semakin mengeratkan lengannya. Menenggelamkan wajahnya yang hangat di lekukan leher Ify. Mencari kenyaman di sana. Meredakan sakit yang menghantuinya sepanjang waktu.

"Malam ini aja. Jadi Ify aku yang dulu."

Ify diam. Memikirkan permintaan Rio yang membuatnya sedikit tergiur. Hanya malam ini. Hanya malam ini, Ify bisa membebaskan hatinya. Membuka topeng yang selama ini menutupinya. Hanya malam ini, Ify bisa mencurahkan semua perasaannya. Meluapkan rindu yang ada. Hanya malan ini. Mungkin Ify bisa menunjukkan segala isi hatinya tanpa di sadari oleh Rio.

"Pura-puralah, untuk malam ini aja kamu cinta sama aku."

Tidak perlu pura-pura. Ify bisa melakukan itu, Rio. Meski sakit mendengarnya, tapi Ify juga merasa lega karena Rio masih menyangka jika dia tidak mencintai laki-laki itu lagi.

"Untungnya buat gue apa?" Tanya Ify masih berusaha menunjukkan kekerasan hatinya.

"Aku janji. Setelah matahari terbit, aku nggak akan muncul lagi di hadapan kamu."

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang