✴️ My Big Boss ✴️

292 41 4
                                    

Mohon dimengerti jika ada typo

🍀🍁

"Kak Jen, kenapa sih tiga hari ini susah tidur lagi?" Tanya Wonyoung pada Jeno.

Jeno tidak berniat menjawab. Hati dan pikirannya butuh kesendirian.

"Kak, maaf buat yang di kantor. Beneran aku nggak tau kalau Kak Yujin amnesia. Maaf, banget."

"Jangan meminta maaf ke kakak minta maaf ke Yujin, besok kalau dia sudah sembuh." Suara lemah Jeno terbawa angin dingin malam.

Jeno heran, malam ini rasanya sepi, sunyi. Apa ini cara tuhan menggambarkan hatinya? Jika iya, Jeno harus berterima kasih, karena itu tandanya tuhan masih bersamanya. Walau penggambaran malam ini terlihat menyediakan layaknya Jeno.

Memang dingin suhunya, tapi sungguh menusuk sampai hati. Daun pohon mengalun ringan terbawa angin tenang. Begitupun hati Jeno. Tenang namun, dingin.

"Kak, aku punya ide. Bagaimana kalau aku bertemu lagi dengan Kak Yujin. Aku akan men──"

"Jangan lakukan itu, kamu hendak membunuhnya?" Tanya Jeno dingin. Tidak! Yujin sakit karena terkejut dengan ucapan Wonyoung. Kali ini Jeno tidak akan membiarkan terulang kembali. Kejadian kemarin membuat Jaemin marah besar apalagi jika terulang kembali. Jeno bisa dibunuh Jaemin.

Apapun akan Jeno lakukan untuk melindungi tunangannya. Ah, apakah mereka masih pantas dikatakan tunangan? Yujin melupakannya. Melupakan semua kenangan dua tahun mereka, Amnesia.

Satu bulan lalu, Yujin mengalami tabrakan beruntun saat hendak menemui Jeno di kantor seperti biasa mengirim makan siang jika Yujin tidak ada kuliah siang. Tepat saat itu sebuah mobil tiba-tiba kehilangan kendali sehingga menabrak beberapa mobil di depannya, salah satunya mobil yang dikemudikan Yujin.

Dalam kondisi tersebut Yujin mengalami luka parah sampai mengalami koma satu minggu, memang tidak sampai yang berbulan-bulan atau bertahun-tahun, tapi untuk Kim Jeno rasanya sudah lima abad.

Sehari tidak bertemu dengan sang tunangan seperti zombie. Sehari tidak mendengan suara sang tunangan seperti mayat hidup. Yujin adalah hidup Jeno. Tingkat kebucinan Jeno bisa dikatakan pada tahap akhir.

"Please, Kak. Janji aku nggak bakal ngomong apapun yang ada sangkut pautnya sama Kak Jeno. Aku mau minta maaf soal kemarin dan mau bilang kalau aku salah orang doang. Udah nggak lebih, janji..." Sambil menunjukkan jari kelingking pada Jeno tak lupa mata mengedip.

Cara jitu, bisa dicoba. "Kakak mohon jangan paksa Yujin ingat semua. Kamu tahu Yujin penting buat kakak. Kalau memang maumu itu lakukan asal tidak me──"

"IYA, JANJI!!" Teriak Wonyoung.

Jeno mengangguk mengusak ubun rambut. "Janji, jangan paksa dan ngomong aneh ke Yujin."

Wonyoung mengangguk antusias. Ah, dia tidak sabar bertemu kembali dengan kakak iparnya. Sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama walau sekadar mengirim kabar lewat pesan chat. Semenjak tragedi tabrakan beruntun itu Yujin tidak bisa dihubungi. Rupanya dia ganti ponsel beserta nomor.

.
.
☄️❄️✨❄️☄️
.
.

Yujin termenung di dalam tempatnya bekerja. Sejak dua hari lalu pikiran Yujin terpecah. Obrolan singkat dengan Wonyoung masih terngiang.

Semenjak sakit dia merasa ada sesuatu yang terlewati bertanya pada siapapun tidak ada yang mau menjelaskan. Hanya menjawab 'perasaanmu saja' atau 'tidak ada, hanya hal kecil' yang justru membuat Yujin yakin kalau dia memang melewatkan sesuatu. Tapi apa?

Short Story ||•FinishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang