✴️ My Big Boss ✴️

374 36 0
                                    


TYPO BERTEBARAN!!!!!

HARAP MAKLUM:))

_____________________________🍁🍀🚲

Yujin menatap pantulan diri di depan cermin besar dalam kamar. Senyumnya tidak pernah luntur semenjak mendengar suara Jeno. Apalagi lelaki itu terdengar kaget bahkan suara barang jatuh terdengar saat panggilan telepon tadi.

Yujin sudah berencana menertawakan sengakak-ngakaknya ke Jeno atas ulah bodohnya itu. Walaupun Yujin belum bisa mengingat seratus persen setidaknya secuil ingatan tentang Jeno telah kembali. Rasa Syukur tak henti-henti di ucapkan.

Apalagi Jeno. Seratus persen tunangannya itu teramat bahagia. Setelah dua bulan lebih dilupakan Yujin. Penantian yang tidak sia-sia. Entah apa yang harus Yujin berikan atas kesabaran dan kesetiaan seorang Kim Jeno. Dalam kondisi amnesia, Jeno masih bertahan dan menunggu Yujin pulih. Terlalu bahagia menjadi sosok teristimewa bagi Jeno. Tidak akan Yujin temukan lelaki sebaik hati Jeno.

Mengingat beberapa bulan terakhir ini membuat Yujin sedikit menyesal mengalami amnesia. Setiap hari Jeno harus menahan diri untuk tidak keceplosan atau berlebihan. Membatasi diri pada Yujin, sekadar bos dan karyawan magang.

Yujin memang tidak tahu bagaimana rasanya menjadi Jeno yang dilupakan. Teramat menyakitkan! Melihat kerasnya pengorbanan Jeno yang selalu memberi sinyal agar Yujin perlahan kembali dengan ingatannya. Berperilaku layaknya kali pertama mereka bertemu. Jeno yang dingin, cuek, diktator namun, lemah lembut dan penyayang.

Sekarang Yujin sudah rapi, wangi, tentunya cantik. Kini tinggal menunggu Jeno datang. Kebetulan hari ini weekend, jadi Yujin bisa bersantai dan menghabiskan waktu dengan Jeno. Ah, baru mengingat nama saja sudah rindu. Pikiran Yujin melayang membayangkan apa saja yang akan dilakukan Jeno hari ini.

Bermanja ria? Tentu tidak perlu ditanyakan lagi. Jalan-jalan? Iya, sudah lama tidak berkeliling menghabiskan bahan bakar mobil Jeno. Kuliner? Wajib. Salah satu kegemaran Yujin adalah menghabiskan uang Jeno untuk menjajal kuliner. Tidak, Yujin tidak matre hanya saja ada kesan tersendiri jika menghabiskan uang tunangan untuk mengenyangkan perut. Selain uang aman dikantong juga ada kepuasan tersendiri. Tandanya tunangan Yujin memang menyayangi dan yang terpenting tidak pelit membagi uang, anggap saja simulasi suami menafkahi istri, hehehe...

Atau mereka akan maraton film sambil berpelukan sampai siang? Boleh juga. Lagi pula itu juga kebiasaan mereka saat weekend menonton film sampai hari sampai kelaparan. Membayangkan saja sudah membuat tidak sabar. Bibir Yujin terus tersenyum membayangkan hal menyenangkan yang dilakukan bersama Jeno.

Ikatan rambut sengaja dilepas untuk memberikan kesan dewasa Yujin. Sebab tunangannya selalu berkomentar tentang tatanan rambut. Menguncir kuda? Jeno melarang katanya terlalu dewasa. Digerai? Jeno suka tapi terlalu  kekanakan dan gerah. Dikepang? Seperti anak TK. Dicepol? Bisa-bisa Yujin dikurung seharian di kamar oleh Jeno karena terlalu memperlihatkan leher. Lalu Yujin harus menatap rambut seperti apa? Memakai wig? Atau gundul sekalian? Tapi yang membuat Yujin tidak habis pikir adalah Jeno suka tatanan rambut cepol Yujin.

Oke, dengan berat hati Yujin menggerai rambut sepunggungnya. Lagi pula ini hari pertama kencan mereka setelah dua bulan. Tidak mungkin bukan kalau Jeno langsung mengomentari rambut? "Apa aku hubungi Jeno? Tidak, tidak. Biar surprise aku diam saja atau aku pura-pura Amnesia?" Yujin berbicara di meja riasnya sambil menatap pantulan diri.

Hampir satu jam Yujin menunggu Jeno, tapi tunangannya itu belum sampai rumahnya. Biasanya Jeno menempuh waktu dua puluh sampai tiga puluh menit. Ini kenapa belum sampai? Apa Jeno membelikan sesuatu dahulu untuk Yujin? Aduh, tunangannya itu memang suka membawa buah tangan jika ke rumah Yujin. Ah, Yujin jadi semakin ingin memeluk tunangannya itu.

Short Story ||•FinishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang