My Posesif Jendra!

270 32 9
                                    

Typo mohon dimaklumi!
.
.

Suara alarm jam di atas nakas berbunyi nyaring membuat sosok yang tengah terlelap dalam tidurnya merasa terganggu. Tangannya terulur mematikan alarm dan menatap jam. Masih dini untuk bangun bagi perempuan yang belum bersuami, tapi baginya jam inilah dia disibukkan. Sosok itu bergerak resah sampai matanya mengerjap beberapa kali. Pada kedipan ke dua wanita tersebut baru menyadari bahwa dia bukan di kamar dengan design feminim khas wanita di dominasi warna ungu baby, tapi warna wallpaper tembok monochrome dan design simpel.

Selin mulai sadar dimana dia berada. Dia meregangkan ototnya yang kaku lalu menolehkan kepala ke kanan. Bibirnya tersungging ke atas, Jendra tidur di sampingnya. Melihat betapa tampannya garis wajah Jendra membuat Selin berdecak kagum sampai lupa cara berkedip. Rasanya seperti mimpi, kemarin pagi Selin masih tidur si kamar Runa, sekarang sudah tidur di kamarnya sendiri bersama Jendra. Tangannya terulur menyentuh rambut suaminya yang panjang sehingga menutup seluruh dahi, bahkan panjang rambut sampai menyentuh alis.

Menyisir rambut sampai turun ke dahi. Alis Jendra yang tebal juga bulu mata panjang nan lentik membuat Selin insecure. Padahal dia perempuan, tapi milik Jendra lebih lebat dan bagus dibanding miliknya. Tangannya terus turun sampai menyusur di hidung lalu pipi. Dengan usil dia memainkan pipi tirus itu. Jendra suka sekali mencubit dan mengunyel pipi Selin dan sekarang Selin ingin merasakan. Agar tahu alasan mengapa suami tampannya itu bermain pipinya.

Terlalu fokus bermain dengan wajah tampan itu sampai tidak sadar bahwa si empu wajah sudah bangun, tapi tidak membuka mata. Puas bermain Selin menghimpitkan tubuhnya dengan Jendra. Mencari kehangatan di sisi Jendra dari dinginnya angin fajar.

"Dingin?"

Jendra bertanya namun, matanya masih setia tertutup rapat membuat Selin semakin masuk ke dalam pelukan Jendra. Dalam diamnya Jendra, tangannya membawa tubuh Selin agar lebih mendekat pada tubuhnya. Menyalurkan rasa hangat pada tubuh kecil dalam pelukannya.

"Good morning, Papa!" Pelan tapi dapat didengar Jendra.

Jendra menarik sudut bibirnya, "good morning, Mama!" Diakhiri dengan ciuman seperti biasa.

Lima belas menit berlalu namun, Selin selama itu tidak benar-benar tidur, tapi menutup mata merasakan sensasi pelukan yang dirindukannya selama lebih satu bulan. Rasanya tidak percaya. Andai saja semalam Jendra tidak datang ke restoran pasti Selin pagi ini bangun di kamar Runa. Jika selama Jendra tidak mau mendengar kan kebenaran dari mulut langsung Yosia, hubungan mereka masih stuck dalam kesalahpahaman.

Runa. Sahabat Selin satu itu adalah orang dibalik baiknya hubungan Selin dengan Jendra. Tanpa bantuan Runa semua ini juga belum tentu terjadi. Selin teramat beruntung mempunyai sahabat seperti Runa. Mereka layaknya saudara kembar. Melakukan sesuatu bersama dan menyelesaikan masalah bersama. Saling membantu dan menguatkan satu sama lain.

Selin melepaskan tangan Jendra yang memeluk di pinggang.

"Terlalu pagi." Jendra mengeratkan pelukan bahkan kaki Selin dikunci dengan kakinya.

Selin tersenyum, selalu begitu. Jendra yang manja! "Jam lima, Kak!"

Jendra tidak bergeming justru menelusupkan kepala ke bahu Selin sambil bergumam sekali.

"Ibadah dulu, ya?"

Jendra membuka mata. Pertama yang dilihat adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling indah yang pernah ditemukan Jendra. Dengan iseng Jendra mencolong ciuman di wajah Selin.

Selin mencebikkan bibir menatap garang Jendra. Yang ditatap tersenyum sampai matanya hilang. Bukannya takut, tapi gemas melihat itu. "Kiss dulu!"

"Big No!"

Short Story ||•FinishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang