Do You Love Me? : YES!

190 35 0
                                    

Jeno menyibukkan diri dengan bola basketnya. Tidak sendiri, ditemani sosok Haechan dan Chenle yang juga ikut bermain basket. Mereka bermain dari jam lima sore dan sekarang pukul enam kurang sepuluh.

Haechan sudah duduk di kursi meninggalkan Jeno dan Chenle yang masih lanjut saling mengoper dan mendribble bola.

"Udah mau Maghrib, wooii!" Teriak Haechan di pinggir lapangan. Kedua kakinya diluruskan.

Baik Jeno dan Chenle menoleh.

Jeno memasukkan bola ke dalam ring, "nanggung." Balas Jeno setelah puas mencetak angka dua.

Haechan berdecak pinggang, "banyak setannya kalau mau Maghrib."

"Lo kan setannya." Balas Chenle mengambil air mineral lalu melempar ke arah Jeno. Haechan enggan membalas.

Mereka bertiga sama-sama duduk menghadap ke barat tepat matahari hendak memberi salam perpisahan di langit ufuk barat.

Jeno mengedarkan pandangan di seluruh lapangan. Tepat sembilan puluh derajat dari arah pandangnya dia melihat Hyunjin berjalan memasuki lapangan.

"Hello ma bro!" Sapa Hyunjin memberi salaman pada tiga orang.

"Udah sehat lo?" Tanya Haechan mendapan giliran salam paling akhir.

Jadi posisi tempat mereka duduk dimulai dari selatan, yaitu Haechan, Jeno, Chenle, dan Hyunjin.

"Udah, dari tiga hari lalu, tapi baru keluar hari ini. Biasa nyokap dramatis amat kalau gue gerak." Komentar Hyunjin.

Jeno mengangguk. Dia tahu betul bagaimana khawatirnya Mama Hyunjin kala mengetahui Hyunjin jatuh dari motor sebulan lalu. Tidak terlalu parah memang, tapi Mama nya itu menjaga Hyunjin seperti menjaga emas agar tidak kecolongan. Hyunjin bergerak sedikit saja perlu pengawasan.

"Ngapain keluar? Diomelin tau rasa lo!" Jeno menanggapi.

"Kena semprot Mama Nayeon, lo!"

Hyunjin tersenyum riang, "tenang aja. Mama lagi pergi, tadi gue ke rumah si Echan tapi kata Mamanya di sini."

"Baru sebulan ga keluar rumah udah lupa aja kegiatan sore anak komplek." Ejek Jeno setelah meneguk airnya.

"Gue keliatan paling putih sendiri nihh.... Sebulan nggak kena panas. Kek cewek abis perawatan, Bro... Btw, Cewek lo salah paham ke cewek gue?"

Tiga pasang mata menatap Hyunjin meminta melanjutkan obrolan. Cewek siapa yang dimaksud? Jeno apa Haechan? Sebab pacar Jeno, Hyunjin, dan Haechan jika disatukan akan seperti tong alias berisik. Chenle? Dia tidak diperbolehkan pacaran terlebih dahulu. Katanya nunggu umur dua puluh tahun dulu.

"Ceweknya si bangsat." Oke, kali ini mereka mulai paham. Kejadian berhari-hari lalu saat Yujin dan Ryujin adu suara di kantin sekolah. Yang akhirnya Yujin mendatangi Jeno ke kelas.

Tidak perlu heran kalau Lee Jeno mendapat julukan itu sebab itu memang realitanya. Pun Jeno tidak membantah atau sakit hati.

"Lo nggak jelasin apa-apa ke Yujin?" Tanya Haechan.

Jeno mengangkat bahu ringan. Tangannya sibuk memainkan bola.

"Pantesan. Harusnya lo ngomong ke cewek lo biar dia ga salah paham. Lo yang salah, Jen!"

"Harus banget gue cerita?"

"Chan, Le, pegangin gue biar ga nonjok ini orang." Balas Hyunjin. Chenle segera memegang takut membogem wajah Jeno beneran.

Jeno menatap malas ketiga temannya. Seolah tidak peduli. "Gue sama dia pacaran boongan."

Otomatis tiga orang itu menatap Jeno kaget sedangkan yang ditatap berlagak biasa saja. Chenle melongo, Haechan menghentikan gerakan tangan hendak meneguk air, dan Hyunjin langsung mengubah posisi duduk. Semuanya menegang kecuali Jeno.

Short Story ||•FinishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang