lima

763 104 168
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca!!

_______________________
Selamat membaca
_____________

Setelah kejadian memalukan di perpustakaan tadi pagi, Nana mulai menjauh dari Tian, bahkan Nana selalu lari jika berpapasan dengan pemuda tersebut, dan beruntung nya mereka tidak satu kelas jadi Nana tidak harus menahan malu jika berada di dalam kelas gara-gara kecerobohannya.

Bel pulang sekolah telah berbunyi setelah bu Tika mengakhiri pelajaran hari ini, nana langsung memasukkan seluruh alat tulis beserta barang-barang lainnya ke dalam tas ransel yang berwarna blueblack kesayangan nya.

Dengan langkah santainya Nana berjalan keluar dari kelas setelah ia berpamitan dengan Anisa, Nana bergegas mempercepat langkahnya sebelum Tian menghampiri nya dan mengajaknya pulang bersama seperti hari-hari biasanya.

Nana berbelok ke koridor utama hatinya sedikit lega karena ia tidak bertemu dengan Tian, jantung nana berdetak lebih kencang dari biasanya langkah nya semakin cepat setelah netranya menangkap gerbang sekolah yang sudah semakin dekat.

Namun tas punggung yang ia kenakan tiba-tiba di tarik paksa oleh seseorang sehingga membuat dirinya yang berjalan dengan cepat hampir saja terjungkal ke belakang jika ia tidak menyeimbangkan tubuhnya.

Nana menoleh ke belakang dan matanya menangkap sosok Ristian Rakenza Pradipta yang menahan tas punggung nya, sontak Nana membulatkan matanya sempurna setelah melihat siapa yang menarik tas punggungnya.

Nana berusaha melepaskan diri tetapi sekuat apapun ia mencoba hasilnya akan sia-sia karena tenaga Tian lebih kuat daripada dirinya, ia sudah seperti anak domba yang ingin lepas dari seekor srigala.

"Lepasin!!" Ucap Nana masih dengan usaha untuk terlepas dari Tian.

"Buru-buru amat, pake acara engga nungguin gue lagi" Ucap Tian masih dengan menahan tas Nana.

"Gue masih ada urusan gue engga bisa pulang sama lo" Nana menahan detak jantung nya yang berdetak lebih kuat dari sebelumnya.

"Emang cewe model kek lo ada urusan?" Tian menarik tas punggung yang di kenakan Nana sehingga membuat Nana semakin dekat dengannya.

Para siswa yang berjalan hendak pulang harus memilih jalan seranya tidak menabrak Tian dan Nana yang berdiri tepat di tengah-tengah koridor utama.

"Is yan lepasin dong" Ucap Nana yang sudah kesal bahkan wajahnya sudah memerah.

Tawa Tian bahkan hampir saja pecah karena pipi Nana yang sudah memarah Tian mendekatkan wajahnya ke wajah Nana lalu berucap.

"Kenapa lo menghindar dari gue?"

Nana menahan nafasnya dan membiarkan hembusan nafas Tian menerpa pipi serta telinga kirinya, Nana pun masih menahan debaran jantung yang meronta-ronta di dalam sana.

"Gu-gue engga menghindar, ta-tapi lepasin dulu"

"Tapi jangan lari"

"Iya gue engga akan lari"

Tian tersenyum dan langsung menarik nana seranya duduk di bangku depan kelas 10.C, setelah Tian melepaskan nana gadis tersebut langsung berlari meninggalkan Tian yang mematung di tempat.

Mistakes In The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang