End

541 26 11
                                    


Selamat membaca
____________________

Jantung Maya berdetak tak karuan, ia semakin mempercepat langkahnya, air mata sendari tadi berjatuhan tanpa permisi hatinya kembali hancur.

Mata indahnya menatap segerombolan anak muda yang ia yakini sebagai teman putranya, Maya mempercepat langkahnya dan berhenti tepat di belakang pemuda yang memakai kaca mata.

Dewa melirik Maya begitupun dengan Yang lain, Tao bersandar pada pundak Raska pumuda itu kelelahan karena terus-terusan menangis.

"Bagaimana keadaan Ristian?" Tanya Maya tergesa-gesa.

"Keadaannya semakin menurun tante" jelas Dewa.

Hati Maya berdesir bagai di sayat, ia berharap jika ini hanya mimpi ia takut kehilangan Tian ia takut.

"Walaupun ristian sudah melakukan oprasi jantung, bukan berarti ia sudah baik-baik saja"

Maya memejamkan matanya, kedua tangannya terkepal kuat bayangan ucapan dokter pasca obarasi itu terngiang-ngiang di ingatan.

Maya membuka matanya kembali menatap nanar pintu IGD yang masih tertutup.

"Harus berapa kali mama bilang sama kamu, jangan bawa kris pulang semalam ini!" Bentak maya sembari menatap tajam putra sulungnya tersebut.

Tian menelan ludahnya leku, setiap kali suara bentakan dari maya keluar untuknya, Tian di haruskan menelan pil pahit dalam hidupnya,

Setiap kali tangan lembut tersebut meninggalkan jejak di pipi nya hati Tian serasa di hantam ribuan belati membuat Tian harus menahan rasa sakit itu sendiri

"Selalu aja kris! Apa mama tidak pernah sedikit saja mikirin Tian? Seenggaknya mama pikirin perasaan Tian ma, yang selalu mama lukai tanpa henti!" Ucap Tian tepat di hadapan sang bundanya bahkan kini air matanya sudah tidak dapat ia cegah lagi .

Tangan Maya menyentuh dadanya yang berdebar lebih kencang bayangan akan perlakuannya dulu muncul dalam ingatannya.

"Itu karena kamu selalu membantah! Kamu selalu membuat mama marah!"

Tian tersenyum miris sangat
"Apa mama engga sadar?atau memang mama pura-pura tidak sadar! Tian melakukan semua itu karena Tian kepengen mama itu melirik Tian, memperhatikan Tian seperti mama perhatian kepada kris! "

Maya terdiam mendengar penuturan anaknya tersebut, ucapan Tian terasa begitu menohok hatinya, seketika sebuah air telah berkumpul di pelupuk mata nya

"Tian selalu berdoa kepada Tuhan supaya Tian di berikan waktu yang lebih lama agar Tian bisa ngerasain kasih sayang mama perhatian mama, tapi seberapa lama pun tuhan memberikan waktu kepada Tian semua itu terasa sia-sia karena bagaimana pun mama tidak pernah melirik Tian walau hanya sedikit saja, dan jika Tuhan detik ini juga menghentikan waktu Tian, Tian rasa itu yang terbaik "

"Tian jangan tinggalin mama nak" gumam Maya sembari menunduk, penyesalannya terasa lebih berat.

"Ma-" mendengar suara rendah tersebut Maya mengangkat wajahnya dan,

Plagh,,

Semua yang ada di sana langsung menatap Maya dan Kristan, terkejut tentu siapa yang tidak terkejut semua orang tau jika Kristan adalah anak kebanggaan Maya, Anak Kesayangan Maya dan segala-galanya bagi Maya.

Mistakes In The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang