Tiga Puluh Dua

376 39 12
                                    

Selamat membaca
_________

Devin memasuki ruang rawat inap Ristian ia melihat ruangan Ristian sepi tanpa penghuni hanya ada Ristian yang terbaring di atas breanker rumah sakit dengan berbagai alat penopong kehidupan yang menempel indah di tubuhnya.

Devin mendekat dan mengusap surai hitam Tian dengan sayang ia tersenyum menatap Tian yang memejamkan matanya dengan damai.

"Hay jagoan papa" sapa Devin.

Hanya keheningan yang menyelimuti ruangan tersebut Devin menarik kursi dan duduk di samping breanker.

Ia menggenggam tangan Ristian yang terbebas dari infus ia menempelkan telapak tangan Tian pada pipinya, ibu jarinya sendari tadi mengusap punggung tangan tersebut.

"Mau sampai kapan tidur terus hmm?" Devin menatap wajah tampan Tian yang tenang dan damai walaupun sangat pucat tapi itu tidak mengurangi kadar ketampanannya.

"Bangun yuk sayang"

"Papa kangen sama Tian" Setetes air mata terjatuh Devin tidak bisa mencegahnya rasanya sakit sekali melihat putranya terbaring lemah tak berdaya seperti ini.

"Kenapa Tian gak pernah cerita sama papa?" Devin terus bermonolog di ruangan tersebut ia menenggelamkan wajahnya pada telapak tangan Tian.

"Pasti sakit ya rasanya"

"Maafin papa ya sayang karena selama ini papa jarang memperhatikan kamu" lanjut Devin dan ia bangkit dari duduknya.

Ia mengusap air matanya yang masih membasahi kedua pipi ia tersenyum kembali saat menatap Tian pipi pemuda itu tidak setembem dulu lagi bahkan bibirnya sudah tidak semerah jambu lagi.

"Jagoan papa pasti sembuh, semangat ya sayang" bisik Devin tepat di telinga Tian dan mendaratkan sebuah kecupan pada kening putranya tersebut.

Pintu ruangan terbuka dan menampilkan sosok Maya yang berjalan tergesa-gesa Devin menoleh dan menyerit bingung karena Maya seperti orang yang ketakutan.

"Ada apa ma?" Tanya Devin sembari menatap Maya.

"Pa dia, dia datang lagi" ucap Maya sembari memegang lengan Devin.

Devin menyerit bingung dia siapa?

"Siapa ma?"

Maya meneguk ludahnya kasar dan sedikit mendongak seranya menatap wajah Devin.
"Le-leo pah"

Deg

Devin mematung setelah mendengarnya apakah ia salah dengar? Leo kembali, pandangan matanya kosong ia seperti kehilangan tenaganya.

"Ma" Devin menatap Maya begitupun sebaliknya.

"Dia tidak akan mengambil kalian dari papa kan?" Tanya Devin menatap mata Maya penuh harap ia tidak sanggup jika harus kehilangan Maya dan juga anak-anaknya.

Maya langsung memeluk Devin ia menangis di dalam pelukan suaminya bagaimana ia bisa meninggalkan Devin sedangkan Devin sudah berkorban banyak untuknya.

"Kita akan terus sama-sama kan ma?" Devin takut sangat, ia takut jika Leo mengambil harta yang oaling berharga darinya.

"Iya pa kita akan terus sama-sama, kita akan terus bersama sampai kapan pun" ucap Maya sembari melepas pelukannya.

Mistakes In The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang