Empat Puluh Delapan

291 24 6
                                    

Karena mau sekuat apapun kamu berusaha takdir tuhanlah yang lebih berkuasa.

Selamat membaca
_______________

Rintik hujan mulai berjatuhan menghantam bumi aroma khas tanah basah tercium jelas, kilatan petir menyambar-nyambar di susul suara gaduh lainnya.

Berjalan di bawah guyuran hujan di temani isakan kecil nan penyesalan, dingin menyapa kulit kala angin semakin berhembus dengan kencang.

Darah mengalir dari jemari tersebut berkali-kali ia memukul benda yang ia temui, hingga akhirnya ia terjatuh dan berbaring di atas rerumputan di bawah siraman air hujan.

"Bagaimana para saksi sah?"

"SAH"

"Jika ini hanya mampi siapapun tolong bangunkan gue" pintanya entah pada siapa.

Bayang-bayang kejadian beberapa jam yang lalu terus terngiang-ngiang di ingatannya menari-nari di pikirannya.

Ke dua tangannya terkepal kuat kedua matanya terpejam ia tak rela tapi ia juga bisa apa ia bukan siapa-siapa.

"Bangun! devisi satu tidak membutuhkan kapten yang lemah!"

"Untuk saat ini saja, gue gak sekuat itu" gumamnya.

"REGA!! LO NGAPIN UJAN-UJANAN ANJIR!! NTAR LO PILEK GIMANA?!" Heboh Tao sembari berlari membawa payung berwarna hitam.

"Ga lo gak papa kan?" Tanya Tao sembari berjongkok di samping Rega.

"Gue gak papa" sahut Rega matanya perlahan terbuka.

"Lo gak pandai berbohong ga! Gue ingetin kalo lo lupa" suara Dewa terdengar Dingin sedingin malam ini.

Ketiga pemuda itu berada di taman dekat rumah Ristian, setelah menjadi saksi pernikahan Kristan , Rega melarikan diri entah kemana.

"Sejak kapan lo lemah kaya gini?" Tanya Tao.

Rega perlahan bangun dan duduk di antara Dewa dan Tao ia menunduk sebentar lalu menatap lurus kedepan.

"Gue juga gak tau" sahut Rega tanpa mengalihkan pandangannya.

"Setau gue Devisi satu adalah unit keamanan yang kuat" Sahut Dewa.

"Maaf, tapi untuk saat ini gue gak bisa" sahut Rega.

Tao langsung memeluk tubuh basah Rega entahlah apa yang ia lakukan ia hanya menuruti kata hatinya.

"Sudah sejak awal gue bilangin kalo suka ungkapin" bisik Tao sembari mengusap punggung Rega.

"Jijik anjing" Rega sedikit mendorong tubuh Tao .

"Silan lo ga! Baju gue basah ni gara-gara lo peluk! Tanggung jawab!" Heboh Tao sembari mengusap-usap bajunya yang basah.

"Ketololan macam apa lagi ini" gumam Dewa.

"Sudah berapa lama?" Dewa bertanya sembari menatap Rega.

"Gue juga gak tau kapan perasaan ini singgah" sahut Rega.

Mistakes In The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang