Empat Puluh

318 32 26
                                    


Selamat membaca
_____________

Ristian Rakenza Pradipta, pemuda yang baik nan penuh luka, senyuman yang akan menghanyutkan siapa saja yang melihatnya, pemuda dengan kedua lesung pemikatnya, keberanian serta solidaritas tanpa batas dan tekat yang kuat ia mampu meraih semua yang ia inginkan.

Pemuda yang selalu mengalahkan lawannya saat bertarung serta di sirkuit, pemuda yang berekspetasi tinggi akan kasih sayang  dari ibunya.

Pemuda yang memiliki bibir merah jambu, kulit bersih serta tatapan yang menyeramkan, aura kepemimpinan sangat melekat pada pemuda tersebut.

Pemuda yang selalu terlihat baik-baik saja di depan para sahabatnya itu selalu menahan mati-matian rasa sakit yang selalu menggerogoti tubuhnya.

Pemuda yang selalu menjadi tameng untuk kembarannya serta para anggota NightStar  kini terbaring lemah tak berdaya di dalam ruangan yang bernuansa serba putih.

Beberapa kabel penopong kehidupan terpasang seperti pameran pada tubuhnya, hidung dan mulutnya sudah tertutup oleh masker oksigen.

Devin dan Leo berhasil menemukan mereka di hutan untunglah Devin dan Leo datang tepat waktu jadi Ristian masih dapat tertolong, tidak bisa di bayangkan jika mereka sampai telat sedetik saja mungkin nyawa putra mereka sudah melayang.

"Anak ayah kuat" batin Leo lelaki dewasa itu sendari tadi mengusap punggung tangan Tian yang terbebas dari infus.

"Bolehkan om  berharap tian memanggil om dengan sebutan ayah? Hhh om terlalu berharap ya sayang" lanjut leo dalam hati.

"Maafin ayah ya sayang, andai saja waktu bisa di putar ayah gak akan pernah  ninggalin mama kamu" Leo mengecup punghung tangan tersebut air matanya kembali menetes kala mengingat betapa bodohnya dia dulu.

"Munggkin jika kamu tau yang sebenarnya, kamu akan bunuh ayah, tapi satu hal yang harus kamu tau ayah sayang sama tian jauh sebelum ayah tau kalau tian anak ayah"

"Bertahan ya sayang ayah akan berusaha memberikan yang terbaik untuk tian"

"Ingin rasanya om mendengar tian memanggil ayah, jagoan ayah pasti sembuh"

"Sedang apa anda di sini" suara tersebut berhasil mengalihkan Atensi Leonel.

Lelaki dewasa tersebut berusaha tersenyum tangannya menghapus sisa air mata yang tadi sempat membasahi pipi.

"Jauhin tian! Saya tidak suka tian dekat dengan anda!"

"Iya saya pergi, jaga tian ya" Leo berusaha tersenyum dan melangkah pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Hati leo seperti di sayat-sayat mendengar kata-kata Kristan apalagi melihat wajahnya yang terlihat jelas bahwa pemuda tersebut sangat membencinya.

Ingin rasanya leo memeluk Kristan dan memberikan pemuda itu kekuatan tapi apa boleh buat jangankan untuk memeluk menatap saja sulit karena pemuda tersebut selalu menghindar dari tatapannya.

Leo sadar ia memang salah dan pantas mendapatkan semua ini tapi leo tidak bisa membayangkan jika Ristian juga membencinya seperti Kristan apakah ia mampu menahan rasa sakit itu.

Mistakes In The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang