sepuluh

603 75 151
                                    


~Terkadang kita membutuhkan seseorang untuk menjadi pegangan supaya kita kuat menghadapi pahitnya kenyataan dan pedihnya takdir tuhan~
-
-
Mau tau kelanjutannya^_^
GO,

__________________
Selamat membaca
__________________

Dengan emosi yang masih membara Tian melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan ibu kota yang mulai ramai kendaraan dan tak luput dari ocehan pedas para pengguna jalan.

Tian tidak memperdulikan ocehan pedas tersebut,  karena hanya dengan cara seperti itu emosinya bisa padam dan kekesalannya bisa hilang terbawa angin yang sengaja ia terjang.

Hingga terlintas di pikiran Tian bawah ia harus bertemu dengan Tao, ya pasalnya awal mula perdebatan yang terjadi di rumah tadi karena Tugas kelompok yang di katakan Tao dua hari yang lalu saat Tian masih di rumah sakit.

Tian mulai mengurangi kecepatan laju motor sport kebanggaannya setelah netranya menatap rumah mewah dengan cat berwarna abu-abu ia langsung memasuki pekarangan rumah mewah tersebut.

"Eh nak Tian, tumben sekali nak Tian pagi-pagi udah ke sini" Sapa pak jono _ tukang kebun di rumah Gretao Prasetyo .

"Iya Pak biasa ada urusan sama si Tao " Ucap Tian dengan sopan lalu menyalami pak jono,  Tian memang liar tetapi ia masih memiliki tatanan sopan santun yang baik, didikan Devin memang tidak pernah mengecewakan.

"Den Tao mungkin masih tidur nak" Ucap pak Jono, ya pasalnya si Tao itu tidak jauh beda dengan Tian ia selalu menghabiskan waktu di malam hari dan akan hibernasi ketikan fajar hendak tiba.

"Bukan sesuatu yang asing bagi saya pak" Ucap Tian sembari terkekeh mendengar ucapan pak jono.

"Yaudah nak monggo, silahkan masuk" Ucap pak Jono mempersilahkan.

"Tante sama om ada engga pak? " Tanya Tian sebelum masuk ke dalam rumah Tao.

"Nyonya baru saja pergi ke butik nak,  dan tuan masih di kampung halamannya" jeals Pak Jono.

"Sejak kapan om setyo pulang kampung? " Tanya Tian, biasanya si Tao selalu bercerita tentang keluarganya yang sangat harmonis tersebut.

"Tiga hari yang lalu nak" Jelas pak jono sembari tersenyum.

"Oh begitu,  yaudah kalo gitu Tian duluan ya pak, mari"  Ucap Tian sembari tersenyum.

"Kamu itu baik sekali nak Tian, mungkin ayah mu akan sangat bangga jika tau putranya telah tumbuh dewasa dengan sempurna" gumam Pak Jono.

___________________________________________

"Woy bangun kunyuk" Ucap Tian sembari membaringkan tubuhnya di samping Tao yang masih terlelap dalam mimpi indahnya.

"Ta" panggil Tian, netra Tian masih senantiasa menatap langit-langit kamar Tao.

"Ta lo hobi banget si tidur" Tetapi belum ada sahutan dari Tao.

"Ta"

"Oy"

"Curut"

Mistakes In The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang