Tiga belas

466 56 98
                                    

Welcome to my story

Hargailah karya orang lain sebagaimana anda ingin di hargai!!

_______________
Selamat membaca
_____________________

~Teruslah tertidur dan jangan terbangun, supaya mimpi indahmu terus berlanjut~

#Gretao Prasetyo

Perlahan tetapi pasti kedua mata Tian terbuka, bau anyir nan amis tercium begitu jelas rasa sakit bagai di hantam ribuan belati masih ia rasakan.

Dadanya terasa begitu sesak, tangan kanannya masih senantiasa mencengkram dada bagian kirinya,Tian berusaha untuk duduk dengan sisa tenaga yang masih ia miliki.

Wajah tampannya kini sudah pucat pasi bak kehilangan asupan, bibir manisnya masih tertutup oleh darah yang mulai mengering.

"Sakit" lirih Tian sembari bersandar pada dinding kamar yang gelap gulita.

Dada Tian naik turun nafasnya mulai tersengal-sengal rasa nyeri menjalar di setiap inci tubuhnya terasa ada sesuatu yang ingin keluar dari mulutnya.

Tian menunduk sembari memukul dadanya yang terasa begitu sakit dengan sisa tenaga yang ia punya, Tian memukul dadanya hingga ia memuntahkan darah untuk kesekian kalinya.

Bau anyir nan amis begitu menyengat, butiran bening terjatuh tanpa dapat ia cegah, air matanya berlomba-lomba membasahi wajah tampannya.

Tian menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskanya secara perlahan seranya mengurangi rasa sakitnya.

Tian menyeka darah yang kembali keluar dari bibir manisnya, dengan air mata yang terus mengalir , terangnya sinar rembulan dan gelapnya kamar yang bernuansa serba hitam membuat kesan tersendiri akan kegelapan hidupnya.

Keringat dingin mulai membasahi tubuhnya rasa sesak semakin menjadi-jadi , jantungnya terasa sakit luar biasa berkali-kali Tian memukul dadanya dengan sisa tenaga yang ia punya.

Tian merasakan ada sesuatu yang berlomba-lomba ingin keluar dari mulutnya dan dengan sekali pukulan pada dadanya, darah segar kembali keluar dari mulutnya tanpa dapat ia cegah.

Tubuh Tian terasa sangat lemah, sara sakit kian menggerogoti tubuhnya, bahkan Tian merasa jika ia sudah tidak memiliki tenaga lagi, dan di malam ini menjadi titik terendah seorang Ristian Rakenza Pradipta.

"Ya allah sampai kapan hamba kuat menahan rasa sakit ini" batin Tian pilu.

____________________


Seorang pemuda dengan rambut sedikit kecoklatan terduduk manis di kursi dengan tumpukan buku yang lumayan banyak yang sedang ia buka tiap lembarnya.

"Gini amat jadi ketua kelas" keluhnya.

"Emang paling enak tu jadi ayah untuk anak-anak kita jhhhkhh" monolog Tao yang di iringi oleh gelak tawa yang nyaring.

"Lo ngapain?" Suara bariton yang sangat familiar tersebut membuyarkan kefokusan seorang Gretao Prasetyo.

"Lo ga liat gue lagi ngapin?" Sahut Tao sembari menatap sinis Dewa.

Mistakes In The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang