Tiga Puluh

404 47 21
                                    


Terkadang kita akan sadar dengan apa yang kita lakukan ketika semua sudah hancur berantakan.

Selamat membaca
_____

Ristian Rakenza Pradipta pemuda yang saat ini terbaring di atas breanker rumah sakit wajahnya sangat pucat bibirnya tidak semerah jambu lagi bahkan sekarang pipinya sudah mulai tirus.

Beberapa perawat membuka bajunya dan memasang kan kabel-kabel penghungung EKG  pada tubuhnya yang mulai kurus.

Harkan memasang infus di tangan kirinya dan menyuntikan sesuatu pada cairan infus tersebut.

Hidung dan mulutnya sudah tertutup masker oksigen setelah perawat tadi membersihkan sisa darah di wajahnya.

Salah satu dari mereka menarik horden-horden seranya bisa menangani Tian dengan tenang tapi hal tersebut membuat Kristan tambah tidak tenang.

Tak jauh dari sana tepatnya di depan pintu IGD ada Devin dan Maya yang duduk di kursi tunggu sedangkan Kristan sendari tadi mondar-mandir karena kalut akan rasa khawatirnya.

Maya sendari tadi menangis di pelukan Devin ia menyesal telah memperlakukan Tian seperti tadi harusnya ia bersikap baik kepada anaknya tersebut.

Tapi apa yang ia lakukan tadi ia malah menyakiti putranya dengan kata-kata yang begitu menyakitkan harusnya ia bahagia karena putra sulungnya kembali bukannya malah mengusirnya seperti tadi ia sangat menyesal.

Devin sendari tadi tak henti seranya berdoa ia mengusap punggung Maya yang bergetar ia tak bisa melihat putra sulungnya seperti ini apa lagi ini adalah kali pertamanya melihat Tian sakit.

Memang selama ini Tian tidak pernah menunjukkan rasa sakitnya pada orang-orang yang ia sayang ia akan selalu terlihat baik-baik saja walaupun sebenarnya keadaannya jauh dari kata baik.

Tian akan selalu tersenyum walaupun di balik senyuman itu terdapat begitu banyak luka, tapi ia tidak mau ada orang yang tau karena itu sangat memalukan baginya jadi selama ini ia berusaha untuk selalu kuat menghadapi segala sesuatunya sendiri.

Ia tidak mau membagi luka nya dengan orang lain bahkan mungkin jika ia tidak kepergok oleh Dewa waktu itu, mungkin Dewa tidak akan pernah tau tentang penyakitnya yang ia derita.

Karena Tian tidak ingin di kasihani, Tian tidak selemah itu Tian bisa mengatasi ini sendiri walaupun pada akhirnya ia akan jatuh lagi-lagi dan lagi.

"Maaf kan mama tian" gumam Maya di sela-sela tangisnya.

Devin tak henti menenangkan Istrinya ia juga sangat mengkhawatirkan Tian yang saat ini sedang berjuang sendirian di dalam sana.

Beberapa pemuda dengan jaket yang sama berjalan tergesa-gesa menghampiri mereka Kristan terdiam dan menatap Dewa yang berjalan paling depan.

"Bagaimana keadaan tian?" Tanya Dewa setelah sampai di depan Kristan.

"Tian masih di tangani dokter" ucap Kristan sembari menunduk.

Dewa mengacak rambutnya frustasi ia menonjok dinding rumah sakit yang tidak berdosa menyalurkan seluruh kemarahannya.

"Wa jangan buat keributan! Tenangin diri lo!" Raska memperingati Dewa yang hendak memukul tembok lagi.

Mistakes In The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang