34.Nostalgia

367 38 41
                                    

Warning! 18++Terdapat adegan dewasa di chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Warning! 18++
Terdapat adegan dewasa di chapter ini.

___

"Angin kencang, ayo masuk," ajak Seulgi pada Jongin yang sedang duduk di kursi kolam renang. Mencemaskan suaminya yang tampak murung semenjak peristiwa tak menyenangkan di pesta pernikahan mereka tadi siang.

"Sebantar lagi. Duduklah."

Seulgi duduk di samping Jongin merapatkan kepala di dadanya. Sang suami mengelus rambut hitam panjangnya lembut.

"Rasa bersalah menghantuiku setiap saat. Maafkan aku, karena tak pernah bisa memberikan kebahagiaan yang sempurna untukmu," ungkapnya seraya meremas jemari wanita yang kini menjadi istrinya.

Seulgi menatap mata sendu Jongin, menyiratkan keresahan hatinya. "Tak ada yang mesti dimaamfkan, kau sudah jujur tentang masalah ini sebelumnya. Lain ceritanya bila kau merahasiakannya dariku."

"Jika berita semakin memburuk, dan berdampak pada nama baik juga karierku, apa kau akan tetap menerimaku?"

Ekspresi Seulgi berubah kesal. Menegakkan kembali posisi duduknya. "Pertanyaan macam apa itu? Kau bertanya seperti itu, berarti masih meragukanku."

Jongin tersenyum tipis seraya menyentuh pipi Seulgi. "Aigoo ... kenapa beruang ini gampang sekali ngambek hmm? Aku kan cuma bercanda."

Lengan kelar itu mendekap pinggang ramping sang istri dari belakang, mengecup pipinya lembut. "Sekian lama aku sendiri dalam sepi, kini ada seseorang yang setia berada di sisiku. Aku bahagia, melebihi kebahagiaan apa pun yang pernah kurasakan." Jongin membalikkan pundak istrinya hingga berhadapan. menatap dalam wajah yang masih canggung.

Sudah tak tahan berda di suhu udara yang semakin dingin, Jongin memangku Seulgi, memboyongnya ke dalam rumah. Tujuannya tentu saja ke kamar utama yang akan menjadi tempat paling romsntis bagi pasangan pengantin baru itu menghabiskan malam pertama.

Kondisi kamar masih gelap. Jongin sengaja tak menyalakan lampu. Membuka laci lampu tidur, mengambil alat pemantik api yang sudah dipersiapkan. Tiga buah lilin aromaterapi dalam unstem glass ada di atas nakas, ia nyalakan satu persatu. Aroma bergamot menyeruak, membelai hidung, memberi efek menenangkan. Sinar yang lembut membuat suasana terasa hangat.

Jongin mengambil sebotol wine dari atas meja. Dua gelas bertangkai tinggi sudah dipersiapkan. Ia tuangkan masing-masing setengah bagian gelas. Menyodorkan satu gelas ke tangan Seulgi, diteguknya cepat, hingga minuman yang tertampung di dalamnya habis dalam sekejap.

Jongin melongo, beberapa saat kemudian terkekeh. "Sayang, aku ingin bersulang denganmu, kenapa menghabiskannya lebih dulu?"

"Kalau begitu ... berikan lagi." Seulgi kembali menyodorkan gelasnya.

"Tidak boleh. Tujuanku memberikan sedikit anggur, agar kau merasa lebih rileks saja, bukan untuk membuatmu mabuk. Kalau sampai mabuk, kau tak akan mengingat momen spesial kita malam ini." Jongin meneguk setengah gelas wine miliknya, kemudian beringsut lebih dekat pada istrinya.

Stay With Me (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang