BAB 21 : Malam ini...

727 62 9
                                    

Seringaian tipis terbentuk dibibir Edgar usai dia mendengar hal apa yang baru saja Jayden katakan tepat didekat telinganya.

Apa pemuda itu pikir Edgar akan merasa terbebani? Tch! Lucu sekali jika dia benar beranggapan seperti ini.

Jayden yang tidak mungkin akan mau menuruti apa mau Edgar yang memintanya untuk menjauhi Katya, tentu hal itu sudah Edgar duga akan terjadi. Hal itu tidak akan semudah itu.

Sekarang, gantian Edgar yang mendekatkan mulutnya ditelinga Jayden. Hanya kalimat singkat yang dia ucapkan.

"Minggir."

Jayden terpaku, apalagi saat Edgar pergi menaiki motornya kembali sebelum dia benar-benar melaju pergi dari hadapan Jayden.

Waahhh. Benarkah? Benarkah Jayden di acuhkan? Atas apa yang telah dia katakan kepada pemuda itu, sikap seperti ini yang Jayden dapatkan darinya sebagai jawaban? Wahh!

"Tch!" Jayden berdecih lucu. Rupanya, Edgar tidak takut sama sekali ya namanya akan kotor.

Sepertinya dia juga yakin bahwa Jayden tidak akan bisa merusak nama baiknya mengingat Jayden tidak memiliki bukti nyata tentang Edgar yang telah berprilaku buruk hari ini.

Ya. Itu memang benar. Jayden memang benar tidak bisa merusak nama baik Edgar karena dia tidak punya bukti. Wajah pemuda itu juga masih Jayden rahasiakan dari Rayhan dan anggota Antraxs yang lainnya.

Jayden menyimpan hal itu sendirian, karena menurutnya, Edgar adalah masalah pribadinya.

Baiklah. Tidak perlu bingung. Kita lihat saja, sampai berapa lama lelaki itu mempertahankan Katya sebagai kekasih gelapnya. Jayden yakin, itu tidak akan bertahan lebih lama lagi.

Beberapa saat kemudian...

Edgar bersama motor sportnya tiba ditempat tujuannya, Markas Araster, menemui teman-temannya yang sedang bersantai di sofa.

Tanpa permisi, Edgar mengambil rokok yang tersedia diatas meja lalu langsung menikmatinya, sebelum duduk diantara ke-enam rekannya.

"Edgar." Devano memanggil.

"Hhm?" Edgar menyahut, lalu membuang asap rokok dari mulutnya.

"Soal pertemuan lu sama si Hengga Satria Pratama nanti malem."

"Ya. Kenapa?"

"Gue mau mastiin lagi. Lu yakin mau bener-bener temuin dia?"

"Gue udah ambil keputusan, 'kan?"

"Nggak. Bukan gitu. Cuma yaaa... Masa cuma karena klien yang satu itu lu berani ungkap muka lu ke dia? Kalo nanti terjadi masalah gimana? Gue soalnya abis mikir dua kali ini."

"Ya, terus menurut lu gimana?"

"Tolak aja sih menurut gue mah kalo emang dia gak mau bilang tentang masalah dia ke kita lewat telepon. Jangan ambil resiko. Soalnya tuh orang pernah menang lawan Mafia. Takutnya nanti kita masuk ke jebakan tersembunyi dia lagi."

Ya. Anggota Araster yang lain membenarkan ucapan Devano. Araster jangan sampai lalai sedikitpun. Jangan sampai membuat kesalahan yang bisa merusak semuanya.

Edgar terdiam memikirkan sejenak. Sebelum perhatiannya di curi oleh ponselnya yang berbunyi, memberi tanda ada yang menelponnya ke nomor khususnya sebagai anggota Araster.

Tak langsung Edgar menjawab panggilan telepon itu, karena yang menelponnya sekarang adalah orang yang sedang di bicarakan.

Tapi pada akhirnya Edgar mau menerimanya tanpa mau meminta pendapat dari teman-temannya terlebih dahulu.

WAR OF LOVE!!✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang