BAB 23 : Mengetuk

590 62 23
                                    

Seperti mandi darah. Keluar dari Markas Valuenz, Araster sudah seperti habis mandi darah karena tubuh mereka penuh dengan bercak darah yang masih basah.

Apa yang terjadi?
Tentu mudah di tebak, 'kan?

Ya. Araster kembali meraih kemenangan. Mereka berhasil menumbangkan seluruh anggota Valuenz yang mengepung mereka.

Begitulah akibatnya jika Edgar berhasil membangunkan keyakinan di dalam diri ke-enam rekannya. Serangan yang musuh berikan, hanya akan menjadi boomerang untuk mereka.

"Ow!" Havid meringis ngilu melihat Devano keluar paling akhir dengan membawa kepala seorang wanita yang pemuda itu penggal.

Kepala siapa itu? Kepalanya Trifti. Waw!

"Buang, Bang. Ngapain segala di bawa? Nanti ada yang liat." Fadel mengingatkan Devano.

"Jangan rewel." Jawab ketus Devano sebelum dia mendahului yang lain naik ke mobil. Kepala Trifti dia taruh dibawah kakinya dan dia injak.

Setelah Aiden dan Fadel naik ke mobilnya, baru deh Devano menancap gas mobilnya pergi mendahului mobil Jay dengan Jay, Edgar, Havid dan Sean sebagai penumpangnya.

"Tch!" Edgar berdecih lucu. Dia mentertawakan Devano. Rupanya, semarah itu ya dia karena telah di tipu oleh seorang wanita. Ckckck!

Karena apa yang Araster lakukan ini, keesokan harinya, kejadian ini menjadi topik panas di sosmed ataupun diluar sosmed. Dengan caption 'Pembunuhan Berantai di Markas Anak Tongkrongan'.

Tak sedikit orang yang ketakutan mengetahui tentang berita itu. Bahkan tempat pembunuhan berantai itu menjadi sangat dihindari oleh warga. Kebanyakan, takut terkena dampak sial.

Seperti di SMA Wismaraja ini. Disini juga ramai yang membicarakan tentang pembunuhan berantai itu. Benar-benar topik panas hari ini.

Tapi Edgar dan Devano sebagai pelaku yang juga bersekolah disini, tidak merasa terintimidasi sama sekali. Keduanya biasa-biasa saja. Sekarang sedang berjalan santai menelusuri Koridor menuju ke kelas mereka.

"Nanti malam kalo lu gak sibuk, dateng kerumah gue, ya. Gue mau bicarain tentang hal yang menyangkut nama 'Eagle God'." Devano berkata.

"Hhm? Lu dapetin sesuatu tentang mereka lagi?" Sahut Edgar melontarkan pertanyaan.

"Belum sih. Gue belum bertindak lagi soalnya. Cuma ya, emang ada hal yang perlu gue bicarain aja sama kalian. Karena siapa tau diantara kita ada yang satu pemikiran...

... Tentang kita yang terjebak semalam, itu tuh gue merasa kayak ada hal yang ngeganjil. Gue masih mikirin sekarang, nanti malam baru kita bahas dan harus clear. Malam nanti juga gue bakal bertindak cari tahu tentang mereka lagi."

Edgar merangkul pundak Devano. "Keep calm, Devan. Pelan-pelan aja. Jangan terburu-buru."

"Iya. Maafin gue ya karena gue udah bikin kesalahan yang bikin kita bertujuh hampir mati. Itu pasti karena kesalahan gue yang-"

"Ssstt!" Edgar berhasil membungkam mulut Devano. Menurutnya, Devano sudah selesai bicara. Jangan membicarakan hal yang berlebihan. Edgar tidak suka mendengarnya.

Baiklah. Devano nurut saja deh.

Mereka pun sampai ke kelas mereka...

WAR OF LOVE!!✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang