Kim Taehyung | Jeon Jungkook | Friends Relationship | Lil bit angst | 714 words
"Aku mencintaimu, bukankah itu ungkapan terburuk yang pernah kau dengar?" Dia menatap langit,
menyeringai seperti iblis. (Taylor Swift - Cruel Summer).
.
Mungkin inilah yang akan terjadi. Jika pada akhirnya, bagian dari sifat kepatetisannya tidak pernah menemukan celah untuk sekedar berilusi.
Jeon Jungkook saat itu hanya sempat bergulung di kamarnya yang hambar, tidak seperti tetes-tetes hujan di luar yang seolah membercandainya lelucon paling lawak sejagat. Ketuk riuh jam dinding juga berniat mengoloknya, melempar desibelnya lebih keras untuk membuat Jungkook terganggu dan beranjak pergi dari sana. Keluar, menikmati malam bersama udara dingin yang kosong. Ini lucu, tapi hatinya berkata baiklah.
Sebelum suara pintu yang digedor cukup anarkis membuatnya sekali lagi harus segera melempar jauh selimut yang semenjak dua jam ini membungkus tubuhnya. Bergerak tidak karuan di hadapan cermin, pakaian rumah yang kusut tidak menjadi pilihan. Ah, masa bodoh.
Yang terlihat di hadapannya kali ini setelah berlari begitu serius dari dalam dengan debum kaki yang menyentuh lantai, tergesa-gesa adalah Taehyung. Ya, Kim Taehyung. Kim Taehyung.
"Hai," sapa Taehyung lebih dulu.
Lalu yang sedang Jungkook pahami sekarang adalah fakta bahwa dirinya tidak lagi mampu mengedukasi detak jantungnya sendiri.
——
Hampir tengah malam. Hujan sudah berhenti, tetapi Jungkook masih belum mengerti implikasi dari apa yang menyebabkan ia terduduk di sini. Berhadapan dengan Taehyung yang menyesap cokelat panasnya. Menyeretnya kemari dengan dalih aku sedang baik, jadi ikut saja dan dengan tidak tahu malunya Jungkook menurutinya.
"Apa yang menggangumu malam-malam Taehyung?" kata Jungkook sehabis menandaskan setengah dari macchiatonya.
"Tidak ada, Jungkook," jawab Taehyung dengan tawa simpul dan senyum kotak yang berselang-seling seperti manusia gila.
Jungkook ikut tersenyum, desah napas lega yang kentara tidak dapat menutupi kebahagiannya. Ia hanya perlu melihat Taehyung gembira dan harinya akan berubah baik. Sesederhana mencintai sahabat sendiri.
"Baiklah, Taehyung. Katakan apa yang membuatmu seperti ini? Ceria sekali, aku sungguh ingin dengar." Jungkook berucap dengan manis sebelah tangannya menumpu dagu sehingga membuatnya sedikit condong ke arah Taehyung.
Taehyung mengerjap, kemudian ikut memajukan tubuhnya berniat ingin berbisik. "Kau orang pertama yang kuberitahu, Jungkook. Besok kau akan menjadi saksi berita heboh satu fakultas."
Senyumnya mengembang lagi. Melempar Jungkook kembali pada dunianya yang berpendar-pendar. Melihat Taehyung bersikap sedemikian hidup, seperti menunggu puluhan kali tahun kabisat bagi Jungkook, namun diantara banyak enigma yang Taehyung punya sifat ini yang selalu Jungkook sukai.
"Tahan napas, buang. Oke." Taehyung melakukannya dengan sempurna, Jungkook tertawa.
"Berlebihan Taehyung," jawab Jungkook sambil terkikik.
Taehyung menarik napasnya pertama kali sebelum menggabungkan kontak matanya pada Jungkook. Menatap ke dalam retina bening sehitam mutiara yang terlihat memesona di bawah remang lindap kafe malam hari. Sebias rona merah muda mengembang di kedua pipi berisi pun senyum yang tak pernah luntur di wajahnya. Hanya ketika bertemu Taehyung. Hanya saat bersama Taehyung. Lalu hanya sewaktu jatuh cinta terasa begitu benar pada Taehyung.
"Aku mencintaimu, a-aku tidak tahu sejak kapan tapi yang penting, mataku tidak pernah lepas barang sedetik pun saat kau tersenyum. Terdengar lucu tapi aku sungguh-sungguh. Maukah kau?" Taehyung memungkasi pernyataannya, ungkapan cinta yang disampaikan di tengah malam di antara badai dingin yang menusuk kulit. Ini menakjubkan bagi Jungkook.
"A-apa maksudmu?" jawab Jungkook gelagapan. Ia cuma belum memercayai satu hal.
"Bagaimana?" kata Taehyung kemudian.
"Aku ..." Jungkook belum sempat menyumpah-serapahi detak jantungnya yang berpacu begitu cepat, rasa yang tidak pernah ia alami dan yakini sebelumnya. Kemudian ini terjadi padanya pun Taehyung.
Setelahnya Taehyung berkata, "Aku akan menyatakan cintaku pada Jimin besok. Bagaimana menurutmu? Ah, aku payah sekali soal ini. Kau tahu aku tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Bantu aku, Jungkook."
Kelunya lidah, kakunya gerak tubuh, bergetarnya tiap lapisan dari inci kulitnya, memadamkan segenap rasa yang membuncah seperti bunga api sebelumnya. Jungkook membeku lebih terlihat seperti tidak mematung terkejut. Kedua binarnya sontak meredup, ia hanya sedang menertawai dirinya sendiri jauh dari dalam lubuk hati. Tawanya hambar berpecah-pecah menjadi keping yang tidak terkatakan.
Hatinya mencelos, serupa luka yang menjadi lebam yang menghitam.
Rasanya tak bersambut, tepukan sebelah tangan yang Jungkook dapat. Bertanya di dalam hati mungkinkah seperti ini rasa berdelusi, fraksi yang bergetar hanya serupa kotak yang kosong.
Lalu Jungkook berdeham—
dan kemudian berkata."Aku mencintaimu, bukankah itu ungkapan terburuk yang pernah kau dengar?" Ia menatap langit, menyeringai seperti iblis.
Langit malam yang gelap entah mengapa terlihat begitu menyesakkan di hadapan Jungkook. Dengan berusaha begitu keras agar air matanya tidak terjatuh, ia menatap Taehyung.
Tersenyum, kemudian pergi bersama rintik hujan yang datang lagi di sepertiga malam yang terlewati.
——
Vote and comment will be apreciated. Thanks for coming🐇
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika | Thread of Ficlet | kth.jjk
Fanfic[25 Days Ficlet Challenge] senandika /se•nan•di•ka/ n wacana seorang tokoh dalam karya susastra dengan dirinya sendiri; percakapan (suara batin) Written in B A H A S A Taekook Ficlets | boyslove | bxb | all of genre ©2021