Shit

36 3 0
                                    

++ demi apa dari kemarin promptnya kayak gini semua. can relate, wkwk.




Janji diciptakan untuk diingkari.

cast ; taekook , cw // bxb , trust issues , breakup, cheating , rate m , harshword , too many 'shit' word

•••

Dari banyak hal yang Jungkook sukai dari Taehyung termasuk dari caranya menatap dengan atraktif, gaya hidup yang jauh dari kata normal, berandal kelas kakap, selera musik yang sama, dan ciuman tentu saja. Jungkook hanya perlu mengapresiasi seberapa ahlinya ia ketimbang mantan-mantan atau one night stand sekalipun. Taehyung adalah segalanya.

Adalah malam ini, di mana denting jam menyuarakan pukul 1 dinihari, ketukan di jendela mengejutkannya. Jungkook terkesiap, tidurnya tidak pernah terganggu di malam-malam yang berisik sekalipun. Namun ia tetap beranjak, menyibak tirai dan shit, itu Taehyung.

"Jungkook ..."

Taehyung menghambur ke pelukannya seketika saat kaki-kaki bersepatu boots itu menyentuh ubin kamar yang dingin. Jungkook tentu saja merengkuhnya kemudian, dan shit, alkohol. Seluruh tubuhnya berbau menyengat alkohol dan rokok, sialan.

"Dari mana?" tanya Jungkook.

"Hm?" Demi Tuhan, Taehyung yang seperti ini terlihat lebih baik dengan wajah polos kemerah-merahan, sayu, dan lemah. Ketimbang terlihat seperti lelaki dewasa dengan piercing di bibir, intimidatif, dan keras.

Jungkook menaikkan alisnya, dari dalam pelukan, ia juga melihat seberapa menariknya Taehyung saat ini. Lucu, Jungkook sepenuhnya menopang berat badan, sebab sedikit saja ia melepaskan sudah diyakini Taehyung akan tergelepar.

"Tidak naik motor? Pergi dengan Yoongi, tidak? Minum berapa gelas? Kenapa tidak pulang dan malah lari ke rumahku?" ujar Jungkook dengan banyak pertanyaan.

"Ish," desis Taehyung seketika meletakkan jarinya di depan bibir Jungkook bermaksud untuk menghentikan kalimatnya. "Bawel sekali, Jungkook. Memang tidak boleh?"

Shit. "Eum, boleh. Maksudku ..."

T-shirt polos warna putih yang dipakai Jungkook mendadak Taehyung rekati dengan telapak tangannya yang dingin. Kulit pinggangnya seolah mendesis sebab getaran yang tidak akrab. Atmosfer konstan berubah, hening, intimidatif, dan seperti udara-udara yang direnggut, Jungkook terlalu sulit bernapas.

"Aku akan selalu pergi ke rumahmu. Baik dalam keadaan yang, uh ..." Ia tersengguk. "... yang mabuk seperti ini atau yang sepenuhnya sadar. Tidak ada yang pernah melihatku seperti ini, Kook. Tidak ada, kau tahu?" Jungkook mengangguk.

Taehyung mematung sesaat, kalimat-kalimatnya berhenti. Ia menatap ke arah mata Jungkook dan berkata, "Anak baik."

"Kemudian apabila aku tiba-tiba datang ke sini, mengetuk jendelamu, membangunkanmu tengah malam. Itu artinya aku sedang rindu. Rindu sekali, sampai mau mati," kata-katanya manis.

Satu-dua detak pada jarum jam yang selaras dengan debar jantungnya, Jungkook melupakan bagaimana caranya ia berpikir, ketika satu-satunya yang ada di otaknya saat ini adalah Taehyung, ciuman. Jari-jari yang lain menahan kepalanya, menyentuh kecil ujung-ujung rambutnya, afeksi yang sederhana karena ini Taehyung dan Jungkook menyukainya.

"Sialan, Jeon. Cantik sekali, atau karena aku sedang mabuk sehingga kau terlihat berkali lipat, uh, tidak-tidak, apa aku bermimpi?" sahut Taehyung kemudian.

Jungkook tertawa, manis sekali dan menggeleng. "Oh, tidak ya?"

Senyuman-senyuman itu luntur tersedak kaitan bibir yang mengelaborasi keduanya. Menjadikan sayup-sayup angin tergesa-gesa menutup separuh jendelanya, membiarkan mereka, dua orang yang menenggelamkan diri bersama dersik percakapan dan tangan-tangan yang berjurai.

•••

“Taehyung.”

Motor-motor yang terjejer di antara beberapa orang itu seketika terdiam deru suaranya. Bersamaan dengan suara tawa yang terkikik berangsur padam. Taehyung ada di sana, berdiri, menyuapi sesendok es krim dari cup di tangannya kepada seorang perempuan. Dan, Jungkook tidak percaya.

“Oh. Hai, Jungkook. Sudah selesai? Mau pulang sekarang?” tanya Taehyung saat ia menyerahkan cup es krimnya pada temannya yang lain. Berjalan melalui kerumunan menuju Jungkook yang mematung.

Jungkook tersedak, saat Taehyung menggapai tangannya. “Aku ... Ada hal yang harus kuurus. Kau mau menunggu?”

Taehyung menghela napas separuh menggerutu. “Sampai jam berapa? Aku janji akan pergi dengan temanku. Kau bisa pulang dengan Mingyu?”

Deg!

Nada bicaranya tidak berubah. Terdengar selalu atraktif dari mana saja Jungkook melihatnya. Namun, kalimat-kalimat yang ke luar dari mulutnya, memiliki maksud berbeda dari hari ke hari. Jungkook seperti tidak mengenal Taehyung, ia benar-benar asing.

“Ah, tentu. Kau, pergilah. Selamat bersenang-senang, Tae.” Jungkook memaksakan senyumnya.

“Anak baik. Nanti malam kuhubungi, oke?” Taehyung menepuk kecil kepalanya kemudian berlari kembali ke arah teman-temannya yang bersenandung dan tertawa besar.

Jungkook saat itu hanya tidak yakin bisa memercayai Taehyung lebih lama. Lelakinya itu seperti tidak peduli akan bagaimana jika Jungkook sendiri, lelaki itu terlampau sibuk dengan kehidupan sosialnya sendiri. Sibuk bersenda gurau dan menertawakan hal-hal yang Jungkook tidak ketahui. Dan saat teman perempuannya terlihat merangkul Taehyung, Jungkook genap melupakan kakinya yang perlahan berlari menjauh.

•••


“Kau tidak perlu mengkhawatirkan gadis itu. Dia cuma temanku.”

Shit, yang kukhawatirkan sekarang ini adalah lebih pada diriku sendiri yang berpura-pura tuli di tengah teriakanmu, Taehyung. Jungkook bermonolog dari dalam hatinya.

“Aku— aku memang mendekati banyak orang, tapi percayalah satu-satunya yang kucintai hanya kau, Jungkook.”

Maka, yang dapat Jungkook lakukan hanyalah tersenyum getir.

•••

“Apakah janji-janji yang kausebutkan tempo hari itu, memang untuk kauingkari, Taehyung?” kata Jungkook tergagap di depannya.

“Ya. Janji diciptakan untuk diingkari, Kook.”

Perempuan disampingnya jauh lebih menarik ketimbang sesuatu yang Jungkook miliki.


•••


— Aku gak tau lagi nulis apa. Intinya cuma mau challenge ini kelar. Apa yang dimulai harus selesai, kan?😭

Senandika | Thread of Ficlet | kth.jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang