.19

26 6 0
                                    

T A E K O O K

Prompt ke-19

Manusia adalah makhluk ajaib. Diciptakan dengan logika dan akal sehingga dapat membedakan yang
mana benar dan salah. Namun masih bisa bertingkah laku salah karena kehebatan akal itu sendiri.

|•••

Beberapa orang terkadang menyesali pertemuan, membenci keadaan di mana mereka pernah menjadi seseorang yang ditinggalkan. Hakikatnya, semua manusia tidak menyukai kondisi demikian. Tidak ingin ditinggalkan, tidak mau dikesampingkan, tidak ingin dibuang, tidak mau disingkirkan sebagai sesuatu yang dengan mudah dilupakan.

Ketika Kim Taehyung mendeklarasikan hari perpisahan mereka, Jungkook konstan mematung di tempat. Berupaya menyelami netra gelap yang tidak terlihat ramah sama sekali. Memproses apa yang waktu itu Taehyung katakan sebenarnya.

Tiga hari menghilang, nomornya susah dihubungi, teman-teman satu fakultas berbicara 'tidak tahu' yang sama ketika Jungkook bertanya. Jimin yang notabene sahabatnya kala itu saja berkata, “Taehyung, kalau sudah bosan, kupikir, Kook, kau dilupakan.”

Tidak dengan Jimin yang tertawa selepas berbicara dengan enteng pada Jungkook, melainkan apa yang ada di kepala Jungkook saat itu hanyalah 'apa benar?', 'ini keliru' dan Jungkook tetap berpikir jernih.

Sampai pada hari ini, ketika rasa kekhawatirannya menguap bersama udara-udara yang ke luar dari embus napasnya. Jungkook mendapati dirinya merasakan kelegaan yang besar saat melihat Taehyung terlihat berjalan ke arahnya. Menyampirkan satu tali tas seperti selalunya, hoodie kebesaran kesayangan yang bahkan Jungkook lupa telah berapa banyak ia merindukan aroma dari Taehyung saat memeluknya.

Jungkook sejemang melupakan kegusaran yang sedari kemarin mendistraksi pikirannya. Tidak mengingat lagi alasan-alasan mengapa Taehyung meninggalkannya, tidak juga ingin mempertanyakan apakah Taehyung masih mencintainya atau sebaliknya. Jungkook tahu bagaimana harus bersikap sebagaimana sebenarnya. Lelaki dewasa yang paham mana salah dan mana yang benar.

Sebab, Jungkook yakin Taehyungnya masihlah amat mencintainya.

“Jungkook, ayo putus.”

Kaki-kaki yang melunak terasa seperti ingin runtuh saja. Rasa panas dari matanya tidak sampai terjatuh hingga Taehyung menatapnya lagi. Dengan kedua pandangan yang menunjukkan sisi muaknya sendiri. Jungkook tidak dapat membuka mulutnya, tidak pula ingin mendengar frasa-frasa dari intensitas Taehyung saat ini.

“Jangan bertanya mengapa. Jangan menatapku seolah kau yang paling tersakiti. Kumohon, Kook. Aku tidak bisa melihatmu menangis.” Taehyung dan kata-katanya berpengaruh pada kesakitan yang tempo hari mulai mereda.

Jungkook pikir, dengan kembalinya Taehyung, ia dapat sekali lagi berteriak pada dunia bahwa ia menjadi satu-satunya orang paling beruntung karena merasa dicintai. Jungkook dapat sekali lagi menerbitkan suasana-suasana hati yang lebih baik. Namun tidak setelah Taehyung berkata lagi.

“Kau bebas berspekulasi apapun tentangku. Berpikiran macam-macam atas apa yang telah kulakukan padamu, Kook. Tapi satu hal yang ingin kukatakan padamu, kumohon jangan pernah membenci dirimu sendiri. Tolong, demi aku. Benci aku saja, ya? Aku yang membuatmu patah hati seperti ini.”

“Tae ... ” Jungkook merintih, untuk kemudian Taehyung merengkuhnya ke dalam pelukan. Membubuhkan afeksi dan sentuhan-sentuhan yang Jungkook pikir tidak akan pernah lagi ia dapat seusai ini. Taehyung, ia memutuskannya.

“Aku mencintaimu, Kook. Tapi aku tidak bisa mencintai dua orang ketika di dalam pikiranku hanyalah Jeon Jungkook yang melekat. Maaf, Jungkook.” Taehyung berkata lagi.

“Lalu kenapa tidak memilihku?” Tangisnya makin parah.

—“Manusia adalah makhluk ajaib. Diciptakan dengan logika dan akal sehingga dapat membedakan yang mana benar dan salah. Namun masih bisa bertingkah laku salah karena kehebatan akal itu sendiri.”

fin.

•••|

Aku akan meminta maaf pada diriku sendiri karena tidak pernah bersungguh-sungguh dalam menulis. Maaf juga kepada kalian yang membaca ini. /nangis tujuh hari tujuh malem.

Senandika | Thread of Ficlet | kth.jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang