Guilty Feeling

122 46 56
                                    

thanks for your presence, my precious

——————

Kim Taehyung | Jeon Jungkook | Criminal!AU | Inosent Jungkook | Rate T | 695 words

.

Kita mengagumi pahlawan ketika anak-anak, namun saat dewasa kita memahami penjahat.

.

.

Jam menunjukkan sebelas malam. Sekiranya bukan waktu yang tepat untuk menyaksikan seorang lelaki yang penuh dengan hitam, duduk di kursi paling ujung sambil menatap dari balik kaca sebuah pemandangan malam yang menurut Jungkook tidak ada asik-asiknya. Akan tetapi, omong-omong tentang Jungkook, kafe tempatnya bekerja tutup tiap lima belas menit setelah ini, dan mengusir pelanggan dengan alasan demikian rasanya kurang sopan.

I've spent all of the love I saved

We were always losing game

Small town-boy in a big arcade

I got addicted to losing game

...

Lagu yang terputar shuffle sudah kembali ke daftar pertama sejak musik dimainkan. Membutuhkan waktu kurang lebih enam puluh menit untuk menghabiskan urutan yang konstan beruntun dari suara speaker usang yang diperdengarkan. Akan tetapi, selama itu pula, kopi hitam yang ia pesan tidak kunjung ditandaskan. Mungkin rasanya sudah tidak seenak ketika masih panas atau yang lebih buruk ampas kopinya mulai naik lagi.

Kemudian—

Jungkook melihat lelaki itu berdiri dari duduknya memperbaiki letak cap hoodie yang berantakan dan memasukkan kedua tangannya ke saku yang terlipat.

Ada perasaan aneh saat mata yang bersinar biru safir itu menatap Jungkook. Mereka bertahan pada posisi saling memandang selama beberapa saat sebelum Jungkook berharap ingin lenyap.

Karena—

"Apa kabar, Jungkook. Aku Taehyung, ingat?"

Senyuman yang seperti itu, yang membuat Jungkook sulit tidur setelahnya.

——

Taehyung itu serupa eksemplar yang terbuka mudah sekali dibaca, sedangkan Jungkook memiliki kepercayaan diri yang fluktuatif. Harusnya menjadi satu bagian yang bercelah-celah itulah alegori mengenai cara pandang hidup berubah. Taehyung yang melengkapi Jungkook begitu pun sebaliknya.

Akan tetapi—

Ketika sore itu mereka bertandang yang terlihat hanyalah kepingan-kepingan masa lalu yang menyakitkan. Timbunan ingatan yang meluap di kepala Jungkook tergantikan oleh rasa yang bimbang. Antara ingin membawa Taehyung ke dalam rengkuhan yang sama lima tahun lalu atau membiarkan Taehyung teronggok menyedihkan bersama kenangan pahit yang perlahan menggerogotinya.

"Kapan kau bebas?" tanya Jungkook tiba-tiba.

Ketukan di meja terhenti, terlihat Taehyung yang mendongak atas pertanyaan. "Minggu lalu."

"Bagaimana kabarmu?" pekikan kecil terdengar di ujung pertanyaan yang hambar.

"Baik. Kau hidup dengan baik, ya. Lima tahun, aku mencemaskan sesuatu yang bahkan lebih baik dari yang kuperkirakan." Tawa canggung diumbar, ada rasa hambar yang juga ikut keluar setelah kerinduannya terbayar.

"Yang seharusnya kau cemaskan adalah dirimu sendiri, bodoh. A-aku benar-benar merindukanmu," kata Jungkook kemudian setelah tergugu.

"Tidak ada yang rindu diantara kita, Jungkook. Kita hanya saling merasa bersalah."

Jungkook kembali menyesap tequila-nya, "Kita mengagumi pahlawan ketika anak-anak, Hyung. Namun, saat dewasa kita memahami penjahat."

"Untuk saat ini, aku berada di konklusimu yang mana?" balasnya dengan air muka yang konstan berubah.

Dari ruas-ruas jari kurus yang memerah, Jungkook menangkap satu hal yang tidak Taehyung jabarkan; lelaki yang memegang kendali atas ketakutannya itu adalah manusia yang rapuh juga. Di malam saat Jungkook hanya dihadapkan pada segudang rasa bersalah, di waktu itu pula Taehyung tersenyum; merenggut ketakutannya lagi dan berbisik, aku akan kembali, Jungkook. Jaga dirimu.

"Kau tetap menjadi satu-satunya alasan mengapa aku belajar bela diri selama setahun terakhir juga seseorang yang aku rindukan," jawab Jungkook bersama seteguk tequila-nya yang meluncur di antara kerongkongan yang kering.

Taehyung dengan tawanya yang berat mengusir segenap kekhawatiran yang bercokol di dadanya, melesatkan sejuta perasaan aman diantara pikiran mengenai dunia yang tidak lagi mampu menerbitkannya. Dihancur-leburkannya rasa-rasa apatis dari dasar detak jantung yang saling menautkan.

"Jujur saja, aku juga rindu, Jungkook. A-aku bahkan tidak tahu akan mencarimu kemana. Rumah lamamu ... mereka bilang sudah lama kosong, dan Tuhan mempertemukanku dengan seseorang yang berkata kalau Jungkook terlihat makin cantik sekarang." Taehyung tertawa lagi, kali ini lebih manis. Ada semburat merah jambu dibawah temaramnya senja.

Lantas—

Tawa Taehyung padam, tangannya meraih jari-jemari Jungkook dan membawanya kedepan bibir, menautkannya dan kupu-kupu terbang di perutnya. Lantas mendongak, Taehyung menimbun ribuan kuriositasnya di balik mata jelaga yang bersinar nan tajam.

Dilihatnya Jungkook yang merona rasanya semesta berubah menjadi segenap merah jambu. Hatinya juga. Hati Jungkook pula.

"Aku mencintaimu," kata Taehyung mendadak.

"Aku juga mencintaimu, bodoh. Jangan pergi lagi. Oke?"

Taehyung dan Jungkook sama-sama tidak mengerti atas semesta yang menjanjikan sesuatu.

——

Vote and comment will be appreciated🐇

Senandika | Thread of Ficlet | kth.jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang