I know it's too late to say sorry, but sorry, forgive me. I'm so annoying, aren't I?
Can we still be friends? I'm done with my fault. You can check on my profile, D's.Ini cerita buat kamu.
Stay healthy, keep writing, and be happy.Jangan lupa baca cerita Roar of the King punya D's. Taekook disana jadi uWu. Hehe.
Happy for you too YoungGiMin
-----
Kim Taehyung | Jeon Jungkook | Heavy-angst | Tae older than Koo | Sad | 688 words
.
Karena kau pantas mendapatkan yang lebih baik
.
•••
Saat pertama kali melihat Jungkook meringkuk diatas bangku panjang halte bus tengah malam, Taehyung ingat pernah meninggalkannya disana. Bersama luka yang terasa seperti angin yang berembus perlahan merajam.
.
Dunia begitu kejam, begitu Taehyung menyebutnya dan Jungkook tertawa. Berselang-seling dengan bau besi tua, tawa itu terdengar menyedihkan. Seperti raut muka yang tampak begitu lelah seperti hanya ingin menjadikannya satu pelarian di hari Taehyung yang buruk. Dengan tanpa memedulikan apa yang sebenarnya terjadi.Saat salju turun, hoodie mereka diterpa angin. Rambut-rambut mereka, helainya penuh dengan bulir-bulir salju yang turut membasahi dingin kepalanya. Bahkan tawa mereka terdengar lebih keras sampai waktu yang terbang atau bahkan orang-orang yang menatapnya aneh berpikir, bahwa mereka baik-baik saja, berpendapat kalau mereka tidak sedang gila terjerat keadaan.
Namun ketika, Taehyung sudah akan pulang, menyudahi perjumpaan yang kesekian kali. Jungkook berujar, "Aku mencintaimu sekalipun aku terlihat tidak cukup baik untuk bisa membuatmu mengatakannya juga."
Dan Taehyung tidak pernah mengatakannya. Taehyung seketika hanya berbalik dan pergi sebelum senyum yang terasa begitu aneh di kepala Jungkook.
.
Ada rasa yang kabur dan sakit sesaat setelah melihat betapa lebam di rahang kanannya tampak membiru. Berusaha mengenyahkan perih yang Jungkook rasa itu menyakitkan, tangan mungil anak itu terulur mengusap permukaan kulit dengan rapuh. Sekalipun dunia tidak pernah memberitahunya bahwa ini, perasaan yang Jungkook bawa adalah terlarang.
"Lebih baik. Terima kasih." Taehyung tersenyum dan Jungkook melihatnya.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Jungkook.
Bertahun-tahun Jungkook hidup dengan menghitung seberapa sering ia tertawa, kali ini rasanya ia mempunyai begitu banyak pilihan untuk berbahagia. Kalau dengan melihat tawa Taehyung saja, rasa sakit yang berbanding dengan seratus ribu kekacauan lainnya bisa menguap.
"Aku terkena pukul Ayahku, Jungkook. Tapi ini tidak sakit, lihatlah, aku masih bisa menemuimu. Aku tertawa kan?" kata Taehyung.
.
"Jungkook, aku mencintaimu. Benar-benar jatuh cinta. Merindukanmu sampai mau mati rasanya."
Taehyung datang dengan napas terengah, kaki-kaki pendeknya gusar di atas tanah, menggerigiti gugup bibirnya. Itu berhasil merampas kekecewaan Jungkook. Ia berbicara bersama angin dan udara kosong saat Taehyung pamit akan pergi beberapa hari ikut orang tuanya ke Seoul.
Akan tetapi, hari ini ia datang. Bersama rintik kecil yang tidak padam, hanya rebas di sekitaran.
Tetap dengan senyum lebar, tipikal Taehyung. Dengan warna rambut baru, Lilac-nya tertiup angin terlihat halus sampai rasanya Jungkook ingin menyentuhnya. Taehyung saat ini terlihat seperti dirinya. Berwarna seperti bias pelangi yang datang setelah ini.
"Kau ingin aku tinggal bersamamu?" tanya Taehyung.
Jungkook terkikik, manis sekali. "Jangan bodoh, kau mau aku melihatmu yang lebam lagi?"
"Ayahku memukulku bukan karena aku terlalu sering menemuimu, Jungkook. Aku hanya -ah, kemarin aku menghilangkan 10 sen milik kakakku." Taehyung tersenyum.
"Bukan alasan yang tepat untuk dia memukulmu."
"Aku menghilangkannya lima kali. Ayahku jelas marah, Jungkook," lanjut Taehyung seraya mencubit pipi merona hangatnya.
Pada kenyataan, hari-hari berikutnya, Taehyung memang tidak pernah datang. Sementara Jungkook kembali hidup diantara rasa yang luas penuh bimbang. Menyahuti detak pada jantungnya sendiri, atau bahkan tertawa keras. Tanpa seseorang.
.
"Berjanjilah untuk tidak pernah melupakanku, Jungkook. Sungguh -aku benar-benar akan kembali." Taehyung merintih di dekapan Jungkook. Mengutarakan hal yang paling tidak bisa ia pikirkan. Taehyung bodoh, sama bodohnya.
"Mustahil. Itu tidak mungkin, akan bagaimana pun takdir tidak pernah membuat kita memiliki akhir yang baik, Taehyung. Kau dan aku sampai kapan pun akan tetap seperti ini." Nada bicara Jungkook yang tenang membawa implikasi yang sulit terhadap tangan-tangan yang mengusap punggungnya menenangkan.
"-Karena kau pantas mendapatkan yang lebih baik."
"Kalau begitu, biarkan aku meninggalkan wanita itu dan pergi bersamamu. Kemana pun asalkan tidak ada Ayah, Ibu, siapapun," kata Taehyung putus asa.
"Ayahmu akan menembakkan pelurunya ke kepalaku jika sekali-kali kau berani melakukannya. Jika tidak ingin aku mati, jika benar-benar mencintaiku. Pergi bersama apa yang telah takdir pilihkan. Aku baik-baik saja, Taehyung."
.
Taehyung kembali melihat Jungkook sebagai irama violin yang terdengar di dalam kepalanya. Aroma laut yang asing dan cendana-pinus meletakkannya di dasar masa lalu dan waktu yang tertinggal.
Taehyung datang untuk pertama kali setelah Jungkook menginginkannya pergi, namun Jungkook tidak ada. Halte bus itu kosong dan Taehyung benar-benar ingin mati.
.
/bow/sending virtual hug/Thanks for vomment, guys.
Luv you😘🐰
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika | Thread of Ficlet | kth.jjk
Fanfic[25 Days Ficlet Challenge] senandika /se•nan•di•ka/ n wacana seorang tokoh dalam karya susastra dengan dirinya sendiri; percakapan (suara batin) Written in B A H A S A Taekook Ficlets | boyslove | bxb | all of genre ©2021