Elegi

101 38 76
                                    

Kim Taehyung | Jeon Jungkook | boyslove!AU | Angst | 550 words

*

Kau bilang kita ini satu untuk selamanya. Namun, mengapa aku merasa kita ini tidak pernah satu.

*

*


Malam-malam seperti ini hanya terasa seperti ketika aku menatap langit dan disuguhkan ratusan keping sinar bintang. Alas sepatuku terlihat tidak lebih baik semenjak tanah rapuh yang kujejaki ini ternyata meninggalkan bekas. Bekas yang jauh lebih mudah dihilangkan ketimbang dari apa yang sebenarnya takdir perlihatkan.

Buku-buku rel bergerak di kepalaku, suaranya nyaring, tengah malam terdengar mengganggu. Kereta membawa kembali atau bahkan tidak—tidak ada yang kembali selain bayangan. Ilusi yang kubuat sendiri, refleksi yang kutangkup dengan sebuah tangan yang pada akhirnya merenggang. Aku memegang kebisuan diantara rasa yang lamat-lamat semakin padam.

Seseorang pernah berkata di masa lalu, "Berjanjilah, Hyung. Kita akan menatap langit dengan keadaan hati yang selalu sama—"

Haha, omong kosong. Suara-suara itu menghentikan rasa takutku. Malam dimana aku terakhir kali melihat Jungkook, masa itu pulalah atas dasar diriku sendiri pemahaman tentang rasa mengasihi berubah.

Aku bukan lagi Kim Taehyung yang katanya bisa menyembuhkan luka lebih baik, haha, aku bahkan bisa mendengar bagaimana dunia benar-benar mengolokku. Terakhir, aku tinggal menertawai diriku sendiri karena dengan bodohnya masih merindukan kesediannya menerimaku. Mencoba mengerti lebih dalam untuk mencintaiku.

Setelan tuksedo yang kusiapkan satu jam lalu, masih kurebahkan diatas ranjang. Berpikir dalam mempertimbangakan kedatangan karena, sungguh, apa mungkin aku akan tahan untuk tidak menangis di hari bahagianya?

*

Dulu sekali, aku bahkan sempat berpikir untuk membawa Jungkook dalam perhelatan kita sendiri dengan aku dan dia yang menjadi satu-satunya pasangan yang diberi selamat. Di gedung ini beserta rasa sesak yang perlahan menguap, aku berjalan memasuki lobi. Tempat yang akan membawaku pada perkara dimana rasa apatisku meluah, debar jantungku yang tiada lagi berdetak normal.

Kemudian — tawa orang-orang terdengar menyakitkan dari sisi indera pemikiran yang dangkal.

Setelah berminggu-minggu diterpa kesakitan yang parah karena tidak sehari pun aku meninggalkan kamarku hanya untuk mempertahankan wangi Jungkook disana. Tidak beranjak satu senti pun dari ranjangku untuk tetap memeluknya di antara bayang-bayang yang masih bisa kurasakan.

Haha, dia jahat sekali, bukan?

Sementara saat ini, dihadapanku dia tercium seperti aroma angin laut yang pekat, yang menahanku untuk tidak pernah lagi memeluknya.

"Hyung, kau datang," kata Jungkook.

"T-tentu, Jung. Selamat ya!" Aku mengulurkan tanganku yang basah karena gugup, meski bagaimanapun keringat-keringat dingin di batas keningku tidak dapat kusembunyikan.

Namun, Jungkook memelukku. Di depan kekasihnya, di depan orang-orang yang tidak tahu betapa aku menginginkannya menjadi milikku.

"Terima kasih, Hyung. Maafkan aku, sungguh. Kau boleh membenciku sebesar rasa marahmu padaku, Hyung. Atau mungkin kau ingin memukulku saat ini? Lakukan saja, kumohon. Aku tidak tahu bagaimana cara menebus kesalahanku. Maaf, Hyung." Jungkook merintih di sela rengkuhan yang bergetar.

Suara yang berbisik di telingaku semakin menyayat akal sehat. Lalu, aku hanya menjauhkan tubuhnya, melepas pelukan.

"Jungkook, dengar. Apapun yang terjadi, bagaimana pun kau sekarang, menyakitimu adalah hal yang tidak akan pernah kulakukan. Memikirkannya saja pun aku tidak sanggup. Jadi, berbahagialah Jungkook. Aku mungkin tidak akan lagi menemuimu sebagai seseorang yang kau butuhkan, bukan seseorang yang kau inginkan hadirnya. Tapi, percayalah. Sampai kapanpun, Jeon Jungkook. Aku mencintaimu."

"Kau bilang kita ini satu untuk selamanya. Namun, mengapa aku merasa kita tidak pernah satu."

Aku, Kim Taehyung akan mencoba menata kembali hatiku yang sempat porak-poranda.

*

Note:
Vote and comment akan sangat diapresiasi🐰

Senandika | Thread of Ficlet | kth.jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang