a young man with a teal color

168 44 63
                                    

Kim Taehyung | Jeon Jungkook | Tragic Relationship | Hurt-Comfort | 550 words

.

Seutas dawai emas mengikatku dan dirimu. (Taylor Swift-Invisible Strings)

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.


Kendati tidak lagi bisa bersua, maka ilusi akan membawa kita kembali.

.

Dari batas cakrawala petang ini langit memerah muda, hiruk pikuk pelabuhan di kota Sydney terlihat nyalang berpendar dari tempatnya berdiam. Taehyung agaknya tidak pernah merasa jenuh dengan keadaan bagaimana cara angin selalu berdersik di kakinya, menamparkan sejuk di kedua tungkai telanjang yang bergoyang.

Rumput selalu berwarna hijau sementara ia sudah hampir kehilangan separuh dari ingatannya tentang warna kemeja seorang pemuda. Itu warna teal yang kontras berpadu dengan rona pada bibir pun mata bulat mutiaranya.

"Sudah berapa lama, Jungkook?" ucap Taehyung bersama setelempap jarak yang mengudara diantara ruang dan waktu yang memuai.

Taehyung tahu betul, jikalau untuk saat ini Jungkook-nya tidak akan pernah menjadi seseorang yang serta-merta bisa ia rengkuh, bukan lagi pemuda bersenyum tipis yang memiliki kendali atas hidupnya. Tidak lagi, Taehyung. Tidak lagi.

"Tiga tahun, atau bahkan lebih. Entahlah, mengingatnya kembali hanya akan membuka memoar lukaku perihal dirimu," jawab Jungkook yang hanya dari separuh tatapan.

Apabila diperkenankan untuk memilih, Taehyung lebih menyukai bagaimana laku Jungkook yang sedikit menampakkan kepatetisan. Implikasinya adalah— ia yang akan lebih mudah melupakannya. Melupakan rasa hancur, luka, dan juga Taehyung dengan semua eksistensinya.

"Apa aku pantas untuk hanya sekedar berkata kalau aku benar-benar rindu sampai mau mati?"

Kali ini dibawanya jemari Jungkook untuk ia genggam bersama kepahitan yang luruh di sela-selanya. Kepedihan yang ingin sekali Taehyung lemparkan jauh ke dalam muara lautan.

"Apa yang kau katakan, Taehyung?" kata Jungkook berkenaan dengan fibrasi getaran yang kian kentara. Kerinduan yang juga menggelegak tidak bisa disembunyikan.

"Waktuku habis, Jungkook," jawab Taehyung lagi. Ada percikan aneh dalam setiap silabelnya.

Selama lebih dari tiga tahun terakhir, Taehyung melihat—kerut pada wajah tirusnya hanya berganti menjadi lengkungan-lengkungan yang menampakkan kalau ia hidup dengan baik— bersama seseorang. Pemuda yang membuat kakinya melunak seperti apa yang dulu pernah ia katakan ketika pertama kali bertemu Taehyung.

Taehyung pikir, Jungkook tidak lagi mengharapkan apa-apa dari kembalinya seseorang dari masa lalu. Terlebih yang bisa diingat hanyalah segumpal rasa sakit.

Kemudian—

Ketika Jungkook muas air mata berderai-derai tampak pecah seolah patahan hati yang retak terdengar lebih keras, Taehyung memahamkan pada hatinya untuk tidak pernah lagi ingin tinggal.

Mendengar sengguk tangis dan penghidu yang ditarik dalam-dalam serta bahu yang konstan naik-turun, Taehyung berusaha memberanikan diri untuk memeluknya. Membiarkan angin menghempaskan apa saja yang menjadi kekhawatirannya.

"Tetap disini, kumohon. Selamanya ingin seperti ini saja. Mintalah ragamu kembali, Taehyung. Mintalah!" seru Jungkook disertai pukulan yang mendarat di dadanya bertubi-tubi.

"Seutas dawai emas mengikatku dan dirimu.


Lepaskan ikatannya dan biarkan ketenteraman menghampiri dirimu. Dari sekian banyaknya permintaanku itulah yang akan benar-benar diberikan. Sebab akan bagaimana pun, kita hanya berselang-seling seperti ilusi."

Di depan dada Taehyung tangisnya makin lantang, lelaki itu tahu jikalau Jungkook tidak akan pernah melepaskannya sekalipun kematian telah lama merenggutnya. Jungkook sudah kepalang gila menyukainya sampai-sampai dari sisa aroma angin laut masih terasa seperti bau parfumnya.

"Kupikir kedatanganmu dapat membawamu kembali namun nyatanya kau masih tetap berdiri sebagai ilusiku, Taehyung," ucap Jungkook.

Lalu—

Tidak ada lagi yang mengutarakan perasaan, pelukan yang longgar hanya terasa semakin dingin. Petang ini, angin membawanya kembali untuk tidak pernah datang lagi.

Jungkook mendekap buku yang Taehyung gemari bersama nabastala merah muda yang melebarkan senyum di atas bayang-bayang wajah Jungkook.

Kim Taehyung dan batu nisannya tertiup angin— dan Jungkook kembali menangis.

.

.

.

Yuhuu, I'm back here.
Vote, comment and thanks for coming, guys.

Semoga nyambung sama tantangan prompt-nya.

Senandika | Thread of Ficlet | kth.jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang